Ketika kembali sadar Lizie mendapati tangan dan kakinya terikat, mata serta bibirnya juga ditutup hingga dia hanya melihat gelap dan tidak bisa berteriak. Secara naluri Lizie sedang sangat ketakutan dia benar-benar tidak tahu sedang berada di mana, yang Lizie ingat hanya satu hal mungkin tubuhnya akan dimutilasi dan dibuang ke rawa seperti yang sering dikatakan Sky untuk menakut-nakutinya.
Jantung Lizie berdegup sangat kencang dengan nafas memburu kasar, dia sudah berusaha berkelit dari ikatan tapi tidak bisa berbuat banyak karena tangannya diikat ke belakang ke sebuah tiang. Lizie ingin berteriak tapi yang keluar hanya otot lehernya yang mengejang, suaranya tertelan kembali dan dalam gelap gulita sepertinya memang tidak ada hal lain yang pantas untuk dia rasakan kecuali rasa takut. Berulang kali Lizie berusaha menyentak tangannya tapi ikatannya masih terlalu kencang dan justru pergelang
"Tolong....!" "Tolong.... Tolong aku!" Teriak Lizie yang segera disusul suara derap langkah cepat menaiki anak tangga. Seketika pintu di depannya seperti didobrak hingga Lizie ikut merasakan hempasan angin dari daun pintu yang didorong dengan kasar. "Sudah kuingatkan jangan berteriak!" bentak suara berat itu terdengar sangat marah. "Aku harus ke toilet. " Lizie tidak tahu seperti apa reaksi pria itu karena matanya masih tertutup. "Aku tidak tahu bagaimana harus memanggilmu." Nampaknya mereka baru sama-sama bingung. Pria itu juga tidak tahu bagaimana Lizie bisa ke toile
Malam semakin larut Lizie berusaha untuk bisa tidur walaupun rasanya aneh harus tidur di kamar yang asing dan sadar dirinya sedang disekap seorang penculik. Bukannya memejamkan mata Lizie malah mulai membayangkan seperti apa kira-kira pria yang sedang menculiknya. Jika menilai dari suaranya yang berat pastinya dia laki-laki dewasa tapi masih cukup muda, mungkin juga bertato. Lizie membayangkan banyak tokoh penjahat dan penculik yang sering dia lihat di film-film karena seumur hidup Lizie juga belum pernah melihat seorang penculik apa lagi membayangkan dirinya bakal diculik seperti ini. Preman jalanan pun enggan untuk mengganggunya karena dia sendiri sudah biasa hidup dan berkumpul dengan berbagai jenis manusia dari berbagai profesi kotor mulai pengedar obat terlarang hingga gangster di tempat hiburan malam.Karena terus memikirkan seperti apa rupa penculiknya Lizie sampai tidak ingat sama sekali jika malam itu dirinya tertidur. Lizie hanya terkejut ketika terbangun oleh suara
David segera turun karena ingat dia juga harus membuat sarapan untuk Lizie. Bukannya segera membuat makanan, David malah cuma berdiri di ambang pintu dapur dan kembali memikirkan Alizia Moris yang sekarang sudah tahu siapa dirinya. David memang tidak akan pernah mau melakukan semua ini jika bukan karena permintaan adik perempuannya. Sudah sejak kemarin David harus menutup bar dan restoran, meliburkan semua pekerja karena harus menyimpan seorang gadis di kamarnya.David mengelola bar dan rumah makan warisan ayahnya di kawasan pantai Montauk. David juga tinggal di situ menempati lantai dua sebagai tempat tinggalnya sementara lantai satu merupakan bar dan restoran. Kamarnya ada di loteng yang sekarang di tempati Lizie. Karena selalu tinggal seorang diri sejak sang ayah meninggal lima tahun yang lalu jadi saat bar dan restoran tutup seperti ini rasanya hanya tinggal kesunyian yang menemaniny
Bisa kembali ke rumah, duduk dan bermalas-malasan di sofa bersama Sky yang terlihat sibuk sendiri dengan layar monitor di depannya membuat Lizie merasa kembali ke peradaban. Walaupun baru beberapa bulan tinggal bersama Sky ternyata rasanya sudah seperti tinggal seumur hidup dengan pria itu. Lizie sangat takut jika ingat dirinya tidak bisa melihat Sky seperti kemarin. Kadang Lizie juga penasaran apa Sky juga pernah merindukannya. Walaupun tak semanis yang dipikirkan Lizie minimal apa pria itu tidak pernah rindu berdebat dengannya. Lizie kembali cemberut karena hanya bisa menebak-nebak isi pikiran Sky. Lizie curiga memang tidak pernah ada apapun yang bisa mengendap di dalam hati seorang pria yang juga bisa begitu mudah menyukai berbagai jenis wanita. Pria yang sangat masuk akal memang cenderung tidak pernah memfungsikan hatinya. "Kita akan tinggal di Hampton," kata Sky t
Sky segera menurunkan resleting di punggung Lizie dan membiarkan gaun basah itu jatuh ke lantai. "Cepat ganti pakaianmu, ini sangat basah," ucap Sky setelah Lizie berhenti menciumnya. Sky membelai pipi Lizie menuruni sisi leher hingga ke bahunya yang lembut kemudian mencium puncak kepala gadis itu dan menghirupnya dengan tarikan nafas dalam. Sangat dalam hingga matanya ikut terpejam. "Aku juga sangat merindukanmu, tentu aku juga ridu memarahimu jika kau tidak ada satu hari saja." Tidak tahu kenapa dada Lizie seketika menghangat ketika mendengar hal sepele itu keluar dari bibir Sky. Sky memang bukan hanya sekedar pria yang ia inginkan tapi dia sudah lebih seperti keluarga yang menjaganya. Seperti kakak laki-laki yang sesekali juga
Vivian Dawson masih berusaha duduk tenang menyimak informasiyang baru di sampaikan Victor Durant mengenai rencana Sky untuk tawaran kerja sama dengan perusahaan pertambangan milik Jeremy Loghan."Anak muda yang bergerak terlalu cepat!" ucap Vivian yang mulai ikut mencemaskan rencananya yang belum matang. "Bahkan sampai sekarang kita masih belum menemukan Alizia Moris!""Aku akan segera membayar lebih banyak orang untuk segera menemukanya.""Kita benar-benar harus segera mendapatkannya atau semua rencana kita akan berantakan. Sky bisa bergerak lebih cepat dari pada kita dan seharusnya kita yang mendapatkan kontrak kerjasama bersama Jeremy Loghan!""Aku bisa mengatur waktu agar kau bisa bicara dulu dengan Jeremy Loghan
Suara pecahan vas kaca, guci-guci antik dan perabot kristal super mahal kembali terdengar mengerikan setelah Vivian Dawson memukulnya satu-persatu menggunakan tongkat baseball seperti wanita yang sedang sinting."Seharusnya kau melihat bagaimana pemuda pengkhianat itu mempermalukanku di depan Jeremy Loghan! "Vivian masih menggila dan kembali membanting beberapa benda dari atas meja. Dia merasa benar-benar dipermainkan oleh Sky Adington, karena ternyata selama ini justru dia sendiri yang telah meyembunyikan Alizia Moris."Kau tidak akan bisa mengalahkan Sky Adington jika hanya membanting barang ke lantai, dia tidak hanya cerdas dan licik dia juga memiliki Alizia Moris"Victor hanya bisa membujuk agar wanita itu bisa berpikir leb
Lizie kembali melihat Geby yang sedang berada di pantai tapi kali ini bersama suaminya. Tadinya Lizie tidak ingin mengganggu tapi karena Geby yang melambai kepadanya lebih dulu dia pun segera berlari kecil menghampiri mereka. Lizie baru keluar dari rumah, cuma memakai celana hotpants dan kaos longgar milik Sky sebab Sky melarangnya cuma memakai bikini jika keluar. Senyum cerah Lizie tetap terlihat cemerlang di bawah naungan topi lebarnya ketika langsung menyapa Geby dan suaminya. "Selamat siang Mr. Loghan senang bisa bertemu Anda lagi." Lizie sengaja menyapa Jeremy karena Geby sepertinya jauh lebih santai. "Geby mengatakan kalian akan makan malam bersama kami." "Oh, maaf sepertinya tapi aku belum bisa ikut makan malam di rum