Bisa kembali ke rumah, duduk dan bermalas-malasan di sofa bersama Sky yang terlihat sibuk sendiri dengan layar monitor di depannya membuat Lizie merasa kembali ke peradaban. Walaupun baru beberapa bulan tinggal bersama Sky ternyata rasanya sudah seperti tinggal seumur hidup dengan pria itu. Lizie sangat takut jika ingat dirinya tidak bisa melihat Sky seperti kemarin. Kadang Lizie juga penasaran apa Sky juga pernah merindukannya. Walaupun tak semanis yang dipikirkan Lizie minimal apa pria itu tidak pernah rindu berdebat dengannya. Lizie kembali cemberut karena hanya bisa menebak-nebak isi pikiran Sky. Lizie curiga memang tidak pernah ada apapun yang bisa mengendap di dalam hati seorang pria yang juga bisa begitu mudah menyukai berbagai jenis wanita. Pria yang sangat masuk akal memang cenderung tidak pernah memfungsikan hatinya.
"Kita akan tinggal di Hampton," kata Sky t
Sky segera menurunkan resleting di punggung Lizie dan membiarkan gaun basah itu jatuh ke lantai. "Cepat ganti pakaianmu, ini sangat basah," ucap Sky setelah Lizie berhenti menciumnya. Sky membelai pipi Lizie menuruni sisi leher hingga ke bahunya yang lembut kemudian mencium puncak kepala gadis itu dan menghirupnya dengan tarikan nafas dalam. Sangat dalam hingga matanya ikut terpejam. "Aku juga sangat merindukanmu, tentu aku juga ridu memarahimu jika kau tidak ada satu hari saja." Tidak tahu kenapa dada Lizie seketika menghangat ketika mendengar hal sepele itu keluar dari bibir Sky. Sky memang bukan hanya sekedar pria yang ia inginkan tapi dia sudah lebih seperti keluarga yang menjaganya. Seperti kakak laki-laki yang sesekali juga
Vivian Dawson masih berusaha duduk tenang menyimak informasiyang baru di sampaikan Victor Durant mengenai rencana Sky untuk tawaran kerja sama dengan perusahaan pertambangan milik Jeremy Loghan."Anak muda yang bergerak terlalu cepat!" ucap Vivian yang mulai ikut mencemaskan rencananya yang belum matang. "Bahkan sampai sekarang kita masih belum menemukan Alizia Moris!""Aku akan segera membayar lebih banyak orang untuk segera menemukanya.""Kita benar-benar harus segera mendapatkannya atau semua rencana kita akan berantakan. Sky bisa bergerak lebih cepat dari pada kita dan seharusnya kita yang mendapatkan kontrak kerjasama bersama Jeremy Loghan!""Aku bisa mengatur waktu agar kau bisa bicara dulu dengan Jeremy Loghan
Suara pecahan vas kaca, guci-guci antik dan perabot kristal super mahal kembali terdengar mengerikan setelah Vivian Dawson memukulnya satu-persatu menggunakan tongkat baseball seperti wanita yang sedang sinting."Seharusnya kau melihat bagaimana pemuda pengkhianat itu mempermalukanku di depan Jeremy Loghan! "Vivian masih menggila dan kembali membanting beberapa benda dari atas meja. Dia merasa benar-benar dipermainkan oleh Sky Adington, karena ternyata selama ini justru dia sendiri yang telah meyembunyikan Alizia Moris."Kau tidak akan bisa mengalahkan Sky Adington jika hanya membanting barang ke lantai, dia tidak hanya cerdas dan licik dia juga memiliki Alizia Moris"Victor hanya bisa membujuk agar wanita itu bisa berpikir leb
Lizie kembali melihat Geby yang sedang berada di pantai tapi kali ini bersama suaminya. Tadinya Lizie tidak ingin mengganggu tapi karena Geby yang melambai kepadanya lebih dulu dia pun segera berlari kecil menghampiri mereka. Lizie baru keluar dari rumah, cuma memakai celana hotpants dan kaos longgar milik Sky sebab Sky melarangnya cuma memakai bikini jika keluar. Senyum cerah Lizie tetap terlihat cemerlang di bawah naungan topi lebarnya ketika langsung menyapa Geby dan suaminya. "Selamat siang Mr. Loghan senang bisa bertemu Anda lagi." Lizie sengaja menyapa Jeremy karena Geby sepertinya jauh lebih santai. "Geby mengatakan kalian akan makan malam bersama kami." "Oh, maaf sepertinya tapi aku belum bisa ikut makan malam di rum
"Aku tidak mau dia datang lagi kemari!" kata Lizie pada Sky yang dia tahu sedang bicara di telepon dengan Emma. "Kau butuh bantuan karena kau tidak akan bisa mengajarimu memakai gaun yang benar." Sky mendongak dari sofa melihat kepada Lizie yang baru turun dan berhenti di tengah anak tangga. "Geby akan membantuku, dia sudah berjanji." Ini untuk kesekian kalinya Lizie menolak kedatangan Emma. "Baiklah aku akan batalkan janjinya." Sky menyerah karena tidak ingin berdebat lagi dengan Lizie yang pasti akan tetap berkeras menolak kedatangan Emma. "Kau mau kemana?" heran Sky melihat Lizie yang langsung berjalan mengabaikannya. "Aku
Rumah keluarga Dawson merupakan rumah dengan pekarangan paling luas di semenanjung Long Island. Mansion megah itu kali ini sedang dihiasi oleh lampu-lampu malam bercahaya redup dan hangat di sepanjang garis pantai halaman belakangnya. Sebuah pesta kalangan atas yang mahal serta penuh kemewahan sedang digelar di dalam ballroom super luas yang kisi-kisinya dibuka lebar agar para tamu juga bisa ikut menikmati berjalan-jalan di halaman belakang dan pantai. Semua tamu dari kalangan sosial kelas atas, mereka hadir dalam acara amal untuk yayasan yang sudah sepuluh tahun didirikan oleh Vivian Dawson beserta rekan-rekan sosialitanya. Sama sekali tidak seperti pesta yang pernah Lizie lihat di manapun, pesta kalangan atas memang sangat berbeda. Semua orang terlihat begitu anggun dan cantik mengenakan gaun-gaun yang indah dari para perancang ternama. Semua saling bicara dengan kumpulan mereka masing-masing, tawa mereka pun sangat terjaga dan beretika meskipun sebagian yang lain juga ter
Lizie masih berdiri di lingkungan yang sama, di depan orang-orang yang juga masih sama, tapi rasanya seperti tiba-tiba ditarik ke dalam lobang dimensi yang berbeda dan diputar ulang. Kali ini mereka semua memberi senyum kepadanya dan mungkin jika Lizie tersandung hingga terjungkal sekalipun tidak akan ada lagi yang berani menyinggungnya. Sky mengajak Lizie menghampiri Jeremy Loghan dan istrinya. "Itu tadi sangat mengesankan," puji Geby untuk Lizie, dan kau juga sangat cantik. "AKu tahu ini karena siapa," Lizie balas memuji pilihan gaunnya yang memang cantik. "Aku serius kau terlihat luar biasa." Geby kembali menilai gadis muda di depannya dan tidak luput ikut memperhatikan cara Sky menggenggam tangan Lizie.
"Aku masih ingat semuanya, Sayang, semua detailnya." Lizie benar-benar jijik mendapati tubuhnya di pandangi dengan cara seperti itu. "Apa maumu?" Lizie langsung waspada menanggapi seringai jahat dan licik dari senyum Mark. Dengan santai pria itu mengeluarkan kartu nama dari kantongnya. "Simpan dulu nomorku, karena sepertinya ada yang sedang mencarimu." Pria itu mengedikkan pandanganya ke arah Sky yang memang sedang terlihat bertanya pada beberapa tamu untuk mencari Lizie. Jantung Lizie berdegup semakin kencang begitu melihat Sky. "Jangan lupa segera hubungi aku setelah nanti kalian sampai di rumah," pesan Mark sebelum kemudian berjalan pergi sambil memberi isyarat jari telunjukn