13. BANTUAN SULTAN
“Berhati-hatilah. Orang seperti mereka bisa melakukan segalanya. Yang benar bisa menjadi salah. Begitu pula sebaliknya.” Nasihat bu amir kepadaku. Beliau mulai menjalankan kendaraannya.
“Lalu apa yang harus saya lakukan, bu?” tanyaku kepada bu amir.
“Yang terpenting kita buat laporan dulu tentang kejadian keji yang kau alami. Gunakan hal ini untuk menekan mereka. Jangan mau kalah. Walau mereka mengandalkan harta yang mereka miliki, tetap saja tidak ada orang yang kebal hukum. Minimal orang tersebut akan memikirkan reputasinya. Sedikit saja kasus ini diketahui publik, bisa hancur karirnya.”
Aku menghela nafas panjang lalu menghembuskan perlahan. Apa yang aku alami benar-benar membuat kepala hampir pecah. Di satu sisi aku tak ingin terjadi apa-apa dengan adikku.
Yang dikatakan bu Amir itu benar. Posisiku bisa saja terjepit. Mereka bisa memutarbalikkan fakta. Tapi jika hukum sudah berbicara, tidak
GAIRAH YANG TERTUNDA SULTAN “Sultan! Lepaskan tanganku!” seru istriku sambil berusaha melepaskan tangannya dariku. Aku tak peduli dan terus menarik lengannya dengan kesal. Sesampainya di kamar, aku mendorong istriku hingga terjatuh di atas ranjang. “Beraninya kau melakukan ini padaku, Sultan!” “Kau yang beraninya melakukan tindakan tanpa persetujuanku! Apa kau tak punya perasaan iba sedikit saja kepada mereka. Bagiamana perasaan Aira!” “kenapa kau menyalahkanku?! Apa yang kulakukan salah? Aku hanya ingin membelamu! Kau tahu’kan perbuatan yang kau lakukan itu bisa membuat harga dirimu hancur! Bukan hanya penjara, tapi karier dan nama baikmu juga hancur! Tak berpikirkah kau sejauh itu! Aku melakukannya karena ingin menyelamatkanmu dari kehancuran! Itu karena aku sangat mencintaimu!” “Aku tahu itu dan juga konsekuensinya! Tapi tidak dengan membuat keluarga aira menderita! Kasihan mereka! Kita bisa bicara
SUMPAH AIRASULTAN“Marina! Kenpa kau mendorongku?!” tanyaku sambil berusaha kembali menyerangnya lagi. Namun Marina malah menendangku dengan kuat hingga aku terjungkal. Rasa kesal kembali membuatku naik darah.“Marina! Apa-apa an kamu!” hardikku kepadanya.“Mulai sekarang, jangan pernah menyentuhhku!”“Apa maksudmu?”“Aku jijik dengan milikmu yang sudah pernah di pakai untuk wanita lain! Cuih! Menjijikkan!” Marina bergidik jijik melihatku.‘Tapi kau tadi juga menikmatinya! Jangan munafik!”“Iya. Tapi begitu mengingat hal itu, membuatku jijik dan mual!”“Tolonglah, aku sudah tidak bisa menahannya. Untuk kali ini saja,” pintaku kepadanya. Sebagai lelaki sangat tersiksa dengan keadaan seperti ini.“Aku bilang tidak, ya tidak! jangan memaksaku! mengingat saat kau menggerayangi tubuh wanita itu
TERNYATA AIRA SALAH SATU KARYAWANKUSULTANYa. Wanita itu adalah gadis yang membuatku tak nyenyak tidur karena terus memikirkannya. Dan dia kini berada di hadapanku. Apa yang harus kulakukan. Bahkan Aira terlihat sangat ketakutan. Dia menoleh ke arah kanan dan kiri mencoba mencari pertolongan. Apa dia pikir aku akan menyakitinya lagi. Dia salah sangka, aku harus menghilangkan rasa ketakutannya.“Tenang, Aira! Saya tak akan menyakitimu.”“Pergi kamu! kenapa sih kau selalu saja mengganguku?”“Saya tidak mengganggumu, saya hanya ....”“Aku berjanji tak akan menuntutmu! Tapi aku mohon, berjanjilah untuk tidak menemuiku lagi. Aku mohon, pergilah dari kehidupanku selamanya! Biarkan aku dan keluargaku hidup tenang! Aku mohon!” Gadis itu terus memohon. Bahkan dia beringsut ketakutan saat aku sedikit demi sedikit terus mendekatinya. Mungkin rasa trauma itu masih membekas da
“Bu, pria ini adalah ....”‘Rani! Apa saja pekerjaanmu di dalam! Kau tidak tahu apa yang dilakukan wanita ini? dia sudah berani menamparku karena tak sengaja menyentuh dadanya. Aku sudah minta maaf, tapi gadis itu terus memakiku!” aku sedikit berbohong untuk melindungi reputasiku.“Enak saja kau bicara! Kau itu ....”“Rani! Aku tunggu di ruanganku sekarang juga!” mencoba terus memutus pembicaraan Aira supaya dia tak kelepasan bicara.“Baik, pak!”‘Bu, kenapa ibu hormat kepada pria bejat itu?!”“Yang sopan kalau berbicara padanya Aira! Kalau kau tak bisa menjaga lisanmu, kau akan kupecat sebelum Pak Sultan yang memecatku! Kau mengerti?!”Aku mencoba mengamati riak gelombang pada wajah Aira. Wajahnya memucat. Sepertinya dia sangat terkejut dengan apa yang baru saja di dengarnya. Kepalanya menggeleng cepat.‘Tidak! tidak m
1 PENCULIKAN“Alhamdulillah ya, kita bisa di terima kerja di sini. Aku sangat bahagia sekali, Ardi. Ibuku pasti senang kalau tahu anaknya bekerja di kantor yang berdiri dengan sangat megah.”“Iya Aira. Kita jadi bisa tiap hari bertemu. Semoga saja aku bisa mengumpulkan uang untuk menikahimu.”“Amin.” Aku tersenyum bahagia. Semoga saja rencana indah kami berdua untuk segera menuju pelaminan, akan terwujud.“Ya, lumayan lah walau hanya jadi CS.” Jawabku sambil senyum-senyum.“CS?! Customer service maksudmu?” tanya Ardi sembari mengerutkan keningnya.“Bukan. Cleaning Service.”“Iih becandanya garing amat.” Jawab Ardi sambil mengacak rambutku.“Ayo, kita pulang. Besok pagi kita sudah mulai bekerja. Kita harus disiplin waktu. Jangan sampai terlambat.”“Oke.”Kami berdua berjalan dengan bergandengan tangan menuju
Pria itu menatap Ardi penuh kebencian. Dengan kasar dia melepas penutup mata dan mulut kekasihku. Dan tanpa ampun pria itu langsung melayangkan tinju pada wajah Ardi. Lantas menarik kerah kemejanya. Aku menjerit dan tidak tega saat melihat kekasihku di hajar dengan membabi buta oleh pria tak dikenal itu.“Hentikan! Kau tak punya hak untuk memukuli kekasihku! Apa salahnya padamu?!” teriakku dengan di iringi airmata yang terus mengalir. Hati seperti teriris saat melihat Ardi merintih kesakitan.“Diam kamu pe***ur!” hardik pria itu kepadaku dan membuatku naik pitam. Belum sempat aku menumpahkan kekesalan, kekasihku sudah terlebih dulu menghardik pria itu.“Jangan pernah mengatakan hal itu kepada kekasihku! Dia wanita baik-baik!”‘Wanita baik tak mungkin merebut kekasih adikku!”“Siapa adikmu? Aku bahkan tak mengenal dirimu! dan apa salah kami sehingga kau menculikku dan kekasihku?!”
PERLAKUAN ARDI YANG MENYAKITKAN“Cepat rapikan pakaian kekasihmu dan pergilah dari sini!” lelaki biadab itu dengan santai mengenakan kembali pakaiannnya dan menyeringai kepada Ardi. Dia sama sekali tak menatapku. Yang dia inginkan adalah melihat kesedihan di mata Ardi bukan di mataku. Padahal di sini aku lah yang menjadi korbannya. Korban kebiadaban lelaki dengan alasan membalas dendam. Tak berpikirkah sedikitpun tentang aku yang akan menanggung penderitaan seumur hidupku. Trauma mungkin akan membayangi sepanjang usia.“Lepaskan aku! Aku bunuh kau!” teriak Ardi dengan tubuh tersungkur di lantai. Tubuhnya bergetar hebat akibat menahan amarah dalam dada.“Oke. Lakukan kalau kau berani!”Pria itu melepas ikatan pada tubuh Ardi. Tanpa ampun, Ardi segera menghajar sang penoda hingga babak belur. Tak ada perlawanan dari pria yang sudah mengotori tubuhku. Kini pria itu tak terlihat segarang tadi. P
ARDI“Aira! Menyingkirlah! Jangan membahayakan dirimu?!”Aku berusaha menyeberang jalan. Namun kendaraan begitu padat. Tak ada celah sedikitpun untuk bisa menembus padatnya kendaraan. Teriakkanku tak membuatnya menjauh dari badan jalan. Aira tetap bergeming dan menghadang truk yang sudah semakin dekat.Ini salahku. Kalau saja aku tadi tak menyakiti perasaannya, mungkin kejadiannya takkan seperti ini. Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengan Aira. Aku takkan bisa memaafkan diriku sendiri. Nekat menyeberang jalanpun tak mungkin kulakukan. Sama saja dengan bunuh diri.“Aira! Menyingkirlah! Truknya sudah semaikn dekat. Maafkan aku. Dengarlah, Aku masih mencintaimu dan berjanji akan selalu bersamamu. Kemarilah, sayang!” aku terus mencoba membujuknya. Semoga saja berhasil.Aira bergeming. Akan tetapi dia menoleh kearahku. Entah apa arti tatapannya kepadaku. Mudah-mudahan saja, dia mendengar ucapanku dan mengurungkan niatnya.