GAIRAH CINTA TERLARANG
PART 49
"Kau tahu sayang, aku membayangkan kita tinggal satu rumah berempat, aman, damai dan penuh cinta, mau, ya, sayang?" Rasa tidak percaya memasuki hati dengan begitu cepat. Lelaki yang dulu lembut berubah menjadi manusia yang tidak memiliki etika.
Aku terperangah mendengar penuturan lelaki yang hampir delapan tahun menemaniku. Mataku tidak berkedip menatap ke arahnya, mulutku terbuka sempurna. Kuterdiam sejenak tanpa kata. Hatiku menguatkan nuraniku.
"Maaf, lanjutkan ide gilamu dengan istrimu yang lain, tidak denganku, Satria!" tegasku. Sesekali aku menoleh ke belakang berharap Revan datang membebaskanku dari Satria.
"Lihat apa, sayang? Kamu cari lelaki yang tidak berguna itu, Ya?" Tanyanya dengan nada menghina.
Aku diam tanpa menjawab, aku bersiap hendak turun dari mobil dan meminta pertolongan. Namun, mas Satria lebih cepat mengetahui niatku.
"Dia tidak akan datang menolongmu, jadi ... kamu menurut
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 50Mas Satria menarik bajuku dengan kasar. Sehingga terdengar bunyi sobekan akibat kelakuannya."Lepas!" Aku mendorong tubuh Satria kuat. Tubuhnya mundur beberapa langkah dariku. Aku merasa terhina dengan perbuatannya.Dengan langkah terhuyung, aku berlari menuju mobil. Aku ingin menjauh dari hadapan mas Satria yang tidak lagi memiliki hati."Kau ikut denganku!" sentak mas Satria. Dia berupaya mengejarku. Aku merasa miris dengan rasa sosial di antara masayarakat sekarang ini. Tidak ada pengendara yang berani menolong. Mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing.Biiim ... biiim ...!Suara klakson mobil yang saling bertautan. Aku memekik girang dalam hati. Revan datang untuk menyelamatkanku."Kenapa lelaki itu bisa lepas! Tidak becus!" desis mas Satria dengan kepalan tangan penuh emosi"Satria apa yang kau lakukan?" Revan turun dari mobil dengan wajah yang baba
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 51Kami saling diam, tidak ada pembicaraan antara aku dan Revan, hingga sampai depan rumah. Kami tenggelam dalam pikiran kami masing-masing.Aku bergegas turun dari mobil mencari Mbok Yem. Memintanya untuk mengobati luka Revan. Dengan sigap Mbok Yem mengambil obat di lemari dan membawa air hangat untuk mengompres luka di wajah Revan.Aku menaiki tangga, memasuki kamar yang di penuhi kenangan dengan mas Satria. Setiap inci dari ruangan itu terdapat bayang mas Satria.Mengambil koper dan memasukan beberapa potong baju yang ada di dalam lemari. Membuka laci dan meraih surat-surat berharga yang telah susah payah aku perjuangkan.Melihat ke dalam sebelum keluar dari kamar. Ranjang itu, menjadi saksi bisu, saat cintaku dan mas Satria masih menyatu. Deretan tas dan sepatu mewah yang tertata rapi dalam lemari kaca, menjadi bukti perhatiannya padaku. Namun, hal itu tidak membuat dia menjadikanku satu-satunya ra
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 52Setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Mobil Revan berhenti di sebuah rumah yang tak kalah mewah dengan rumah yang aku tinggali bersama Mas Satria. Rumah dimana aku menghabiskan masa kecil dengan penuh tawa tanpa air mata karena hati terluka."Biar aku yang turun," ujarku seraya membuka pintu mobil.Aku menekan bel dan satpam rumah membukakan pintu gerbang. Aku memberi isyarat untuk Revan melajukan kenderaannya. Aku berdiri tegak di depan rumah orangtuaku. Menarik napas dalam lalu membuangnya pelan."Maafkan Tania, Ayah, Ibu, kepulangan Tania membawa beban untuk kalian berdua. Harusnya bahagia yang kulukis di usia senja kalian." Gumamku pelan.Berjalan gontai menuju mobil Revan. Dari jauh aku melihat Revan sibuk menurunkan barang-barangku. Kehadiran Revan sungguh anugerah untukku. Walau orang-orang bisa beranggapan aku adalah wanita gampangan. Dekat dengan lelaki lain, padahal aku masih b
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 53Kling ...![Tan, kita jadikan, ke rumah orangtua Roby?]Isi chat yang Revan kirimkan untukku.[Jadi, tapi, jangan bilang sama Ayah dan Ibu, Ya?]Pintaku pada Revan, aku tidak ingin membebani mereka.[Siap!] Balasnya.Aku menuruni tangga. Kepalaku celingak-celinguk mencari keberadaan Revan. Namun, batang hidungnya tidak aku temui.[Kamu dimana?]Kukirimkan pesan untuknya.[Di halaman belakang sama Ayah.] balasnya.[Ayo, jalan sekarang!] Ajakku[Ok, pamit sama calon Ayah mertua dulu, Ya, hahahhahahha ...!] Aku tersenyum tipis melihat sikap Revan yang mulai berani bercanda denganku.Setelah pamit kepada ayah dan ibu, kami berdua melakukan perjalanan menuju rumah orangtuanya Roby. Kebenaran harus diungkap, jangan sampai Roby mati sia-sia karena ulah manusia licik seperti Satria."Ayah kamu baik, ya, Tan," ujar Revan."Hmmm
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 54"Ibu nggak ngerti, Nak, saat Pak Alex bilang Roby kena serangan jantung, Ibu nggak percaya, tapi ... kata tetangga Ibu benar seperti yang ditulis dalam kertas di tangan kamu, Nak!" Air mata Bu Narsih kembali deras, dia larut dalam isakan meratapi putra semata wayangnya."Aku lihat, Van!" Pintaku, Revan mengarahkan kertas di tangannya ke arahku. Jelas tertulis di kertas bahwa Roby meninggal karena serangan jantung."Apa maksud dari semua ini, Van?" tanyaku pada Revan yang sedang membolak balik kertas yang dia pegang. Bu Narsih menatap kami dengan mata yang berkaca-kaca. Hatiku sedih melihat wajah tuanya yang harus kehilangan anak dengan cara yang tidak wajar. Revan hanya mampu mengeleng pelan, dia tidak mampu menjelaskan tentang hal yang terjadi."Bu!" Panggi Revan lembut, bulir bening menetes dari sudut mataku. Secepat kilat, kuseka dengan ujung jemari."Kenapa, Nak?" tanya Bu Nars
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 55Bu Narsih menatap kami silih berganti, gejolak amarah mulai memudar dari sorot matanya."Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu kalian?" tanyanya tanpa melihat ke arah kami."Izinkan kami melakukan autopsi pada jenazah Roby, Bu," pinta Revan."Itu artinya makam Roby harus dibongkar, ya?" tanyanya lagi."Iya, Bu," jawab Revan."Saya tidak rela!" tegasnya. Bu Narsih bangkit dan menutup pintu dengan kerasnya."Bagaimana ini, Van?" tanyaku bingung."Kamu dekati dia pelan-pelan, mungkin hatinya bisa luluh, Tan!" Saran Revan padaku. Tubuhnya dihempaskan pada kursi plastik di sampingnya. Rasa kecewa tengah membayanginya."Ibu," panggilku lembut. "Bu, Kita bicarakan baik-baik," sambungku lembut."Pergi kalian!" teriaknya."Kami tidak akan pergi sampai Ibu memberikan kami izin untuk mengautopsi jenazah Roby!" tegasku."Terserah kalian !" teriak B
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 56Aku memilih diam, malas melanjutkan karena aku tahu perbincangan ini tidak pernah ada ujungnya."Urusan Roby, biar aku yang urus setelah ini, kamu tidak perlu memikirkannya lagi. Hasilnya nanti aku beritahu, Ya." Revan mengedipkan matanya ke arahku."Aku masih penasaran, Van," ungkapku."Ini semua berbahaya untuk kamu, aku tidak ingin kamu kenapa-napa, Tan," ujar Revan. Binar kekhawatiran terlihat dari ekspresi wajahnya."Baiklah, tapi kamu juga harus hati-hati," ujarku pada Revan."Siap! Pinjam ponsel kamu, Tan?" Revan meletakkan tangan di depanku."Untuk apa, fokus aja nyetir, Van," ujarku."Jadi nggak mau kasih ni, ya sudah," ujar Revan dengan menampakkan wajah cemberutnya."Ya Allah Van, dari dulu kamu tu nggak pernah berubah, ce
GAIRAH CINTA TERLARANGPART 57Aku mencoba mengingat gelombang suara yang baru saja menembus gendang telingaku."Siapa kamu? Kamu mau apa?" cercaku dengan pertanyaan yang mendiami pikiranku untuk sekarang ini."Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang perlu kau lakukan, hentikan mencari tahu penyebab kematian Roby!" tegasnya. Nada bicaranya terkesan emosi."Memangnya kamu siapa, hah?" tanyaku kesal. Aku mencoba menantangnya."Kau tidak perlu tahu Tania, kalau kau mau cerai dari Satria, cerai secepatnya, jangan banyak tingkah, sok jadi detektif, lakukan saja urusanmu, jangan campuri urusan orang lain!" teriaknya dihadapanku sampai cipratan ludahnya mengenai wajahku. "Siapa kamu, hah? Buka penutup mataku, biar aku bisa melihat siapa kamu, jangan jadi pencundang!" teriakku tidak mau kalah. Aku yakin, wanita itu takut aku melihat wajahnya sehingga dia memasang penutup mata di wajahku."Masih mau mem