Rytme kembali membawakan dua botol anggur kepada kami, dia tersenyum lalu meninggalkan kami, dia berdalih kalau dia harus melayani tamu lainnya. Acara ini seperti memang sudah direncanakan, karena sebelumnya tidak ada lampu gantung diluar Lhome Funeral.
Aku tidak sadar kalau ada yang mendekati kami dari belakang,
“ Boleh aku bergabung?” tanyanya pada kami,
Aku meliriknya, aku terkejut saat melihatnya. Dari ujung kaki hingga ujung kepala aku menatap, dia bukan manusia. Dia adalah salah satu dari keluarga Tarmus atau yang aku sebut suku Tarmus, dia seekor kelinci.
Perawakan sagat berbeda dengan Tarmus pada umumnya, dia memiliki bulu putih yang bersih tanpa campuran warna lainnya, bola matanya hitam berkilau, tanduknya hanya tumbuh kecil selayaknya bayi kambing, gigi kelincinya sangat lucu menurutku, sepertinya dia rajin untuk menyikat giginya.
Apa benar ada tarmus selucu ini!
Aku tidak berfikiran aneh, aku hanya ingi
Aku teringat sesuatu, saat awal perjumpaanku dengan Tyrian. Tyrian berkata Lhome akan mengadakan perkumpulan dua hari lagi. Namun, faktanya saat kami berada di Villa Merrow, aku mempertanyakan tentang pesan yang disampaikan Gulliver, dan dia hanya diam, “ Apa mungkin Tyrian menyembunyikan sesuatu?” Pikiranku terlalu berlebihan, kemungkinan dia telah mendapatkan pesan itu, sebelum Reinhard memberitahunya, lagipula saat itu dia tidak menjawabku. Dan dia hanya menghargai ayahnya dengan berpura-pura tidak tahu. “ Sudahlah” Aku terlalu banyak berfikiran yang aneh belakangan ini. Rembulan mulai meninggi, hari semakin larut. Tubuhku terasa sangat lelah dan ingin sekali istirahat, aku menyenderkan tubuhku keatas meja perjamuan, kerap kali kicauan burung malam mengganggu pendengaranku. Liliana mencoba menyadarkanku. Aku rasa alasan tubuhku menjadi sedikit berat dan lelah adalah karena wine yang kuminum, aku tidak tahu bahwa w
“ Ah, baiklah. Aku minta maaf sekali padamu, tapi keadaannya sangat genting. Aku akan mentransfer ke debit kamu, agar mencari rumah terdekat disana.” Sahut Paman Jhonny, dia berbicara melalui ponselnya pada seseorang. Dia mengakhiri ucapannya dan menutup teleponnya, dia kemudian menghampiri kami. Sebenarnya, kami tidak ikut pindah bersama ibu dan Lidya, mereka akan diarahkan ke sebuah rumah di Selenal. Paman Jhonny berkata bahwa ibuku akan dijemput disebuah terminal bus, oleh orang suruhan Paman Jhonny. Ibuku memang masih terlihat kesal, namun ini demi kebaikannya dan Lidya. Mereka bersiap-siap saat itu juga. Setelah semuanya selesai, kami mengantarkan ibu dan Lidya ke sebuah terminal di Lostcity, “ Hati-hatilah Bu. Aku akan mengunjungimu” ucapku pada ibu, aku kemudian memeluknya. Memang sedikit berat bagiku harus membiarkan ibuku pergi jauh. Selenal adalah sebuah kota yang berjarak sekitar lima jam perjalanan dari Lostcity. “ Maafkan aku Carmilla, ta
Manusia bagaikan air, mereka sama-sama bisa berubah sangat drastis saat dihadapkan sebuah wadah. Tidak seperti angin, mereka mampu bergerak bebas kemanapun mereka menginginkannya. Awalnya aku sangat takut jika mimpiku menjadi kenyataan, aku takut saat ada makhluk diluar nalar manusia atau mereka disebut monster, siluman atau semacamnya. Namun akalku terduduk seketika itu juga, saat mengetahui fakta tentang makhluk-makhluk yang dianggap hanya mitologi ataupun dongeng isapan jempol itu muncul dihadapanku. Ya, aku seperti air yang kusebut, perlahan seiringnya waktu meskipun sulit awalnya, aku mulai terbiasa dengan hal itu dan menganggap hal itu hanyalah sesuatu yang biasa. Apa kau tahu kalau aku benar-benar bingung. Tentu tidak, karena aku orang yang menanggung bebanku sendiri. Sedari awal aku juga tidak ingin melibatkan siapapun, aku hanya melihat siapa yang benar-benar peduli disekelilingku, aku hanya menguji mereka. Tapi, aku terlalu na
“ sihlakan masuk, ada perlu apa ya?” sapa sesosok itu. Tampak sekali dari ekspresinya, kalau dia tidak mengenali kami. Aku menduga bahwa yang membuka pintu bukanlah dari keluarga Selesan. Paman Jhonny menarik nafasnya, dia Menolak untuk masuk kedalam rumah dan dia mulai bertanya tentang seseorang yang memiliki rumah itu sebelumnya. Sepertinya, sesosok yang membuka itu menangkap maksud Paman Jhonny. “ Oh, Tuan Sheldon Selesan ya. Mereka pindah lima tahun lalu, sebelum kami menempati rumah ini.” Balasnya memberitahu. Kami meminta kepada pemilik rumah untuk memberitahukan alamat tempat tinggal Sheldon yang sekarang, terlihat dari gerak-geriknya aku merasa bahwa sang pemiliki rumah sudah tidak tahu tentang tempat tinggal Sheldon. Sebagai gantinya dia memberikan kami nomor Sheldon Selesan yang dia dapatkan saat menghubungi Sheldon lima tahun lalu. Setelah kami berterima kasih, kami lekas kembali kedalam mobil. Paman Jhonny mencoba menghubungi Tuan
Seorang pria negro menyambut kami didepan pintu masuk sebuah rumah di sebuah villa elite. Suasana disini sangat hangat dari segala aspek, kemungkinan karena orang-orangnya yang lebih ramah dari Claudia. Kami dipersihlakan masuk dan duduk ditempat yang kami kehendaki, lagi-lagi kami disuguhkan hidangan yang menakjubkan. Sup Lobster dan segala jenis makanan laut. Sangat mewah dan tanpa pikir panjang kami menikmatinya, “ Demender Jhonny” ucap seseorang yang berjalan memasuki ruang makan itu. Mereka seperti sekelompok mafia menurutku. Paman Jhonny berdiri dan menyambutnya. “ Senang bertemu denganmu, Sheldon” balas Paman Jhonny. Aku sangat terkejut melihatnya, aku berfikir kalau Sheldon adalah orang Eropa berkulit putih, tapi yang aku lihat saat ini adalah seorang pria besar berkulit hitam. Terpancar senyum dari kedua bibir Sheldon. “ Aku sudah menduganya, tidak mungkin seorang Jhonny bisa dikalahkan
Malam menjelma menjadi fajar yang cerah, aku bangun tanpa petunjuk sedikitpun. Hari ini aku akan menemani Liliana untuk mendaftar kuliah di Universitas Lostcity. Sudah hampir seminggu aku tidak menginjakkan kakiku di kmpus tercintaku. Liliana tampak memakai kacamata dengan lensa High index, terlihat bahannya yang tipis dan pipih. Dia memakai hoodie dengan jeans cokelat. “ Bisakah penampilanmu sedikit seperti wanita.” Ucapku padanya yang duduk disofa. Dia menaikkan satu alisnya, dan menepuk pundakku. “ Ayo kita berangkat” sambutnya. Pagi itu suasana masih dingin, dan jam menunjukkan pukul 6.30, dia membuatku harus bangun pagi-pagi hari ini. Kami berjalan menuju kearah garasi mobil. Dia membuka Folding gate garasi mobilnya. Aku menatap Liliana yang berjalan kearah Mustang Boss 429 Berwarna cokelat kegelapan dengan garis tengah hitam yang menjalar dari depan ke belakang mobil itu. Sekilas warna mobil itu sangat clop dengan
Aku menyesal berjumpa dengan makhluk aneh seperti mereka, terkecuali Liliana dan Paman Jhonny. Aku juga tidak bisa membayangkan jika Jack datang dan mencabik-cabikku dengan taringnya. Sungguh menakutkan. Mobil melaju cepat membawaku kerumah sakit terbesar di Lostcity. Aku benar-benar tak bisa menahan rasa sakitnya. Beberapa kali mobil menghantam sebuah lubang, dan membuatku semakin kesakitan. Sebagai pria aku hanya diam dan menahan rasa sakitnya. “ Kita sampai” beritahu Liliana padaku. Bahkan aku tidak merasakan nyaman saat kepalaku berada diatas paha Liliana, pahanya sangat padat dan sedikit keras. Sebelum Estelle menurunkan kami didepan pintu masuk rumah sakit, aku memohon satu hal pada Liliana. “ Liliana tolong rangkul saja aku.” Pintaku memohon. Dia mencoba meyakinkan keinginanku namun aku tetap ngotot untuk dirangkul dan berbohong kalau aku sudah tidak merasakan sakit yang terlalu, alhasil dengan sangat amat berat a
Disisi lain, Arin, Rakhisa dan Bashra telah beristirahat disebuah rumah sederhana di Lostcity. Mereka selalu mendapat informasi terpanas tentang seorang Landers yang baru-baru ini muncul di Lostcity, Jason Landers memberitahukan kepada mereka tentang pesan-pesan yang muncul di mimpinya. Selama ini sebagian besar mimpinya hanya menjorok tentang kemunculan Landers lainnya, dan hanya sedikit dia mendapat pesan tentang kejadian masa lalu yang menjadi kunci sejarah. “ Benar, namanya Kenshin. Itu yang diberitahukan Jason Landers, dia sedang menjalani studinya di Universitas Lostcity.” Bashra berucap memberitahukan hal tesebut pada Arin dan Rakhisa. Aeri masih sedang dalam perjalanan menuju Lostcity menggunakan mobilnya, dia hanya membuang-buang waktunya dengan berada didalam mobil sepanjang hari. Malam telah tiba, setelah Dawan selesai mengompresku, dia mulai bangkit meninggalkan kamarku. Aku mencoba mendudukkan diri; merogoh ranselku dan menga