Tiga hari sudah. Semenjak Mama meminta Athira datang membawa Cira bertemu papanya. Angin malam berhembus lirih. Sinar lampu kristal di ruang tengah memantul lbut sinarnya menyelinap di celah pintu kamar Shaka yang sedikit redup.
Entah kali keberapa Shaka mengurut pelipisnya yang terasa pening. Badannya sepertinya memang sedang tidak fit. Selera makannya terbang entah kemana. Seminggu ini beberapa hari dia tidak masuk kantor dan meminta Handi, tangan kanannya, untuk menghendel dulu sebagian tugasnya. Sesekali Shaka memeriksa laporan yang dikirim Handi via email. Shaka yang selama ini begitu ambisius seperti kehilangan banyak semangat.
Tak dipungkiri kabar pernikahan Athira dengan Raka beberapa waktu lalu, sangat memukul perasaannya. Alih- alih dia bisa merebut kembali hati Athira dan memulai kembali hidup baru, kini wanita itu malah sudah resmi menjadi istri orang.
Mata Shaka terpaku pada deretan anyelir dan anggrek yang berjejer rapi di halaman rumahnya. Bunga-
Wajah Shaka tampak terkejut."Siapa? Athira, Mbok?" Suara Shaka hampir hilang di kerongkongan. Perasaannya bercampur menjadi satu. Ada bahagia, resah juga cemas, dan perasaan lain yang entah bagaimana harus melukiskan nya."Betul, Non Athira dan Neng Cira, Mas." Bi Narti menjawab pasti. Ada getar rindu dalam nada suara perempuan paruh baya itu. Bagi Bi Narti, selain baik, Athira adalah majikan penyayang dan pengertian. Jauh berbeda dengan Nyonya sepuh dan Elda putrinya yang cerewet, kasar dan sombong. Sejak Athira pergi, otomatis yang berkuasa di rumah ini adalah Nyonya sepuh. Belum satu pekerjaan beres, sudah menyuruh ini itu, belum sifat pelitnya bikin Bi Narti pingin berhenti kerja. Beruntung ada Tuan muda Shaka yang masih sangat baik terhadap dirinya."Suruh masuk, Bi." Shaka memerintahkan. Mama hanya diam, ada raut gelisah di mata tuanya yang masih indah. Mama cantik luar biasa, sayang sifatnya tidak secantik wajahnya."Baik, Mas. A
Karma Si Gadis AngkuhElda menendang daun kering di depannya. Terik matahari dan angin kemarau yang kering membuat kerongkongannya terasa panas dan terbakar.Gadis itu tidak menduga, buntut kedatangan Athira ke rumahnya tempo hari adalah kemurkaan Shaka yang membuat semua fasilitas yang selama ini dia nikmati dengan sangat melimpah dicabut tiba- tiba.Bayangkan, mulai mobil, ATM dan kartu kredit, semuanya di ambil oleh kakak satu- satunya itu. Shaka juga memangkas uang sakunya tinggal separuh saja.Dasar sial. Bagaimana mungkin kakaknya begitu murka sehingga rela melihat dirinya ibarat gembel yang harus mengirit uang saku dan rela jajan di kantin murahan, juga makan siang hanya di warteg mahasiswa yang terkenal murah dan desak- desakan.Seperti hari ini, Elda harus pergi naik angkot dengan uang saku pas- pasan, alih- alih Shaka merasa kasihan saat dirinya mengeluh, malah disuruh membawa bekal nasi dari rumah dan kalau perlu jalan kali. Ja
Kalah dan patah hati adalah dua hal yang tidak pernah hadir dalam hidup Elda selama ini. Tapi semua itu kini nyata adanya. Sebulan sejak dia bertemu Surti yang memberinya foto Andrian pria yang diam- diam telah mencuri hatinya bertunangan dengan Erika, Elda dan keluarganya mendapat undangan pernikahan Erika dan hari ini, Elda hadir sebagai tamu undangan.Elda mencelos. Sia- sia Elda menaruh hati dengan Andrian, pengusaha muda tampan itu ternyata memilih Erika yang penampilan nya sudah seperti astronot mau ke bulan. Tidak seperti para seniornya yang mendekam di balik jeruji besi, Erika berubah menjadi lebih santun dan religius. Gadis angkuh dan pemuja pesta itu berproses menjadi gadis yang lebih baik. Erika berhijrah tanpa paksaan, dengan sepenuh hati dia memulai segalanya dari awal untuk berubah. Dengan tekun dan sungguh- sungguh Erika belajar mengaji dan memperdalam ilmu agama. Allah kini membalas kesungguhan Erikaa dengan menjodohkannya dengan seo
Rio merebahkan tubuhnya yang terasa pegal. Seharian ini agenda kegiatannya begitu padat. Ada beberapa dokumen perizinan yang harus secepatnya selesai. Belum lagi, agenda pertemuan susulan dengan pihak Bank. Cukup melelahkan.Setelah berganti dengan baju santai yang terdiri dari kaos putih dan celana berbahan kaos yang nyaman, Rio memilih merebahkan tubuhnya di depan televisi sambil memeriksa beberapa email masuk yang belum sempat dibaca." Mbeb, lelahkah dirimu?" Surti yang selesai memandikan Raffa, putra mereka yang masih bayi mendekat. Meletakkan Raffa dalam gendongan Rio yang segera menciumi kepala mungil jagoannya. Harum shampoo dan minyak telon, membuat Rio tampak sangat menikmatinya. Surti memang piawai mengurus rumah tangga dan anak mereka. Jangankan hanya mengurus Raffa, urusan ngupas kelapa dan manjat betulin genting bocor pun Surti jagonya. Jangan tanya asisten rumah tangga, bukan karena tidak sanggup menggaji, melainkan gak ada yang betah. Surti
[ Yakin masih mau bertahan dengan perempuan udik dan kampungan itu, Yudha?]Mata Haifa mengerjap. Mbak Meri berfikir jika Yudha suaminya yang tengah on line.Serr. Deg.Pesan Mbak Meri tampak menonjol diantara pesan anggopta Brahma Squad lainnya. Mbak Meri, Mbak Shila, Mas Andri, Mas Raka dan Yudha suaminya, Meri dan Sila adalah mantu Putri di keluarga Yudha, selain dirinya. Sedangkan Andri dan Raka adalah suami mereka, kakak dari Yudha. Erika sendiri adalah anak perempuan satu-satunya keluarga Pak Brahma dan Bu Intan,putri bungsu diantara empat bersaudara.[ Sudah udik, kampungan, pemalas pula.] Lanjut Mbak Meri, ditimpali emot tawa oleh Mbak Shila , membuat wajah Haifa makin panas.Jadi selama ini, grup itu tidak segan menghina dan mencaci dirinya. Pantas dia tidak dimasukan an
Angin senja menerbangkan sisa kemilau perak berganti dengan semburat kuning di ujung langit.Haifa kembali membetulkan letak hijabnya yang meriap di terpa angin. Hari hampir magrib. Entah mengapa Haifa tidak sedikitpun melirik jam di pergelangan tangannya.Kalaupun saat ini dia berdiri di depan teras rumahnya yang sepi, dia tidak ingin menunggu siapapun.Semenjak Yudha pergi tadi pagi, tak sekalipun dia melihat gawai untuk mencari kabar suaminya. Hal yang tidak pernah absen dilakukan selama ini, menunggu Yudha kembali dari tempat kerja, menanti kehadirannya dengan penuh rindu dan menyambut sosok imamnya dengan penuh cinta.Duh, kemana larinya semua rasa itu? Kemana perginya segenap penantian yang selama ini menemani hari-harinya? Rasa sayang dan cinta itu tidak hilang, hanya saja Haifa sadar, mungkin rasa it
"Mas, kok?" Haifa yang pertama mundur ke belakang karena kaget. Bukankah Yudha sedang menghabiskan malam romantis bersama Sekar? Kenapa dia sekarang hadir di sini?Harusnya Haifa terlonjak bahagia karena Yudha hadir dan menghentikan tawa mengejek Meri dan Shila.Sayang, Yudha tidak sendiri. Bersamanya ada sosok perempuan semampai dengan kulit bak pulalam dan dandanan nan seksi. Yudha hadir bersama Sekar.KressssKembali ada rasa sakit yang tidak bisa dilawan. Duh Gusti, padahal hamba sudah berusaha iklas, tapi mengapa melihat laki-laki yang kucintai sepenuh jiwa berdiri bersama perempuan lain, hamba lagi-lagi hancur dan terluka. Haifa mendesah sendu, perlahan menggeleng, berusaha memandang arah di mana tak seorang pun melihat air mata yang kembali menggenang di kelopak matanya."Kamu sudah pulang,
Haifa terlonjak. Dengan cepat mendekati Ibu dan memegang tangan perempuan yang teramat dihormatinya. Wajah lembut Haifa berubah sangat khawatir melihat napas Ibu yang terlihat turun naik."Ibu?" Haifa dengan lembut menuntun Ibu mertuanya, perlahan membujuknya agar kembali masuk."Ibu, masuk yuk.""Tunggu." Sekar yang masih memegang pipinya yang masih terasa panas, tampak belum puas. Apalagi barusan dia dengan jelas mendengar Ibu menyebutnya wanita sundal. Menyebalkan.Perempuan tua, kurang ajar. Kamu pikir aku perempuan rendah yang bisa kau injak begitu saja? Gerutunya nampak sangat tersinggung."Ada apalagi? Cukup, pergi dari rumah ini. Akhiri keributan ini ,Sekar." Haifa menatap ke arah kekasih suaminya dengan tajam, memohon pengertian agar Sekar segera pergi.