Share

[Bego] Part 5

"Huhuhu ... gue sungguh menyesal. Seandainya gue gak mendorong Altha, dia pasti gak akan seperti sekarang." Olivia menutup wajahnya dengan ke dua tangannya, dari sela-sela jarinya menetes air mata. Olivia terus menangis dari sejak Altha pingsan di kantin sekolah sampai di rumah sakit, terus merasa bersalah sebab telah membuat Altha terluka, padahal kejadian itu tidaklah dia sengaja.

"Kamu gak salah, kamu kan gak sengaja, tenang aja. Dokter juga udah bilang dia baik-baik saja, dia pingsan karena fobia sama darah." Seorang pemuda menyetuh pundak Olivia, spontan Olivia menatap ke arahnya.

"Makasih, Kak. Kalo gak ada Kakak, aku gak tahu harus berbuat apa." Olivia menatap lemah pemuda itu yang tidak lain adalah Kakaknya, Gabriel Alexandre. Gabriel tersenyum tipis sambil membelai rambut sang Adik, berusaha menenangkan kesedihan Adiknya. Baru kali ini dia melihat Adiknya menangis selama ini.

Sebenarnya dia juga sempat kaget melihat Altha pingsan di kantin dengan luka lumayan parah di tangan kanannya. Lebih panik lagi ketika dia tahu pelaku yang membuat Altha pingsan ialah Adiknya. Sebagai seorang Kakak sudah sepatutnya dia melindungi dan bertanggung jawab atas perbuatan Adiknya, sebab itulah kenapa Gabriel ada di rumah sakit menemani Olivia. Sebenarnya dia sudah meminta Adiknya itu kembali ke sekolah biar dia saja yang menjaga Altha, namun Olivia menolak, dia merasa semakin bersalah jika tidak menemani Altha sampai sadar.

"Kak, Olivia mau ke WC dulu, Kakak jagain Altha ya." Gabriel mengangguk pelan membalasnya.

"Iya, hati-hati, jangan nangis mulu, tuh wajahmu dah jelek kayak kecebong di comberan." Niatnya mau mencairkan rasa sedih sang Adik, namun gak sadar kalau perkataannya itu justru membuat mood Adiknya semakin anjlok.


Olivia memukul sekilas pundak Gabriel, kesal karena perkataan Kakaknya. "Iihh! Kakak gak lucu tahu! Kesel aku sama Kakak! Kakak gak pekaan orangnya!" Olivia pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya udah kayak anak pramuka.


Bahkan pasien dan tamu lain yang kebetulan satu kamar rawat dengan Altha membuka tirai pembatas dan menatap ke arah Gabriel, seakan ikut tak percaya mendengar perkataan Gabriel, mungkin di pikiran mereka sekarang ialah, kakak macam apa si Gabriel? Adiknya lagi sedih malah diledekin bukannya dibuat senang.


Gabriel membalas mereka dengan senyuman canggung, merasa perkataannya mungkin mengganggu ketenangan pasien lain.


"Salah lagi, salah lagi, kenapa sih gue selalu dikatain gak pekaan? Kurang peka apa coba gue?" gerutu Gabriel pelan, kesal juga dikatakan gak peka padahal dia sendiri sudah berusaha peka dengan sekitarnya, terutama pada Adiknya itu. Dia kan tadi niatnya mau menghibur, kok dikatakan gak pekaan? Di mana letak gak pekanya?

Gabriel duduk di kursi yang sebelumnya Olivia duduki, sejenak dia menatap Altha yang masih belum sadarkan diri. Gabriel mengenal Altha karena pertemuannya tadi pagi, di mana Altha menyerempet motornya dan terjadilah kecelakan bak di nopel-nopel, sangat kebetulan Altha terjatuh tepat di atas Gabriel. Jika mengingat kejadian tadi pagi dia menjadi merasa sedikit kesal, bagaimana tidak? Altha dengan santuy-nya pergi begitu saja tanpa bertanggung jawab atas perbuatannya. Paling tidak seharusnya Altha menanyakan keadaannya meski nanti bakal ditanggapi dingin.

'Gadis bego,' gerutu Gabriel dalam hatinya.

Pandangan Gabriel turun pada tangan kanan Altha yang sudah diperban kain putih, hampir seluruh tangan kanannya itu mendapat perban. Awalnya Gabriel berpikir Altha pingsan karena syok atau karena lukanya yang cukup parah, ternyata Dokter mengatakan Altha memiliki penyakit fobia terhadap darahnya sendiri, apalagi pada darah yang cukup banyak, sebab itulah Altha langsung pingsan pas melihat tangannya terluka.

Ting!

Suara pesan chat masuk, Gabriel langsung menyalakan ponselnya dan melihat pesan W******p yang masuk. Pesan itu dari Adiknya, Olivia.

[Kak, aku keluar mau beli buah untuk Altha. Tolong jagain Altha, jangan pulang! Awas aku balik Kakak gak ada!] 

Gabriel mendengus kasar, sebuah pesan chat ancaman dari Adiknya yang tidak bisa dia tolak. Karena dia tahu, jika dia menolak, sang Adik bakal melapor pada Nyonya besar alias Mama mereka. Gabriel sudah hapal sifat mengancam Adiknya itu.

[Oke]

Gabriel membalas pesan chat Olivia singkat. Sekejap saja pesan itu langsung ceklis biru pertanda pesan telah dibaca.

Ting!

[Makaciw Kakakku yang tampan 😜]

Gabriel tertawa kecil membaca pesan chat balasan dari Adiknya. Dia mematikan layar ponselnya lalu memasukkan ke saku jaketnya, tidak berniat membalas pesan chat Olivia lagi. Pandangannya kembali menatap Altha, namun masih belum ada tanda-tanda gadis itu akan sadar. Gabriel melirik jam tangan di pergelangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul 11:00 siang, sudah 2 jam lebih Altha pingsan namun tak kunjung juga sadarkan diri. Dari pada bosen duduk menunggu si Altha sadar, lebih baik dia keluar sebenar sekadar mengisi waktu bosannya.

Gabriel beranjak bangun, siap meninggalkan kamar rawat, namun kejadian di nopel terjadi lagi. Sebuah mukjizat si Altha langsung memegang tangan Gabriel, menghentikan pemuda itu pergi.

"Jangan pergi," lirih Altha yang masih dalam keadaan tertidur. Gabriel sempat tercengang karena perbuatan yang tak disadari si Altha.

"Lo ngigo ya?" balas Gabriel namun tidak ditanggapi. Melihat Altha tak membalas dia yakin kalau gadis itu beneran ngigo. Gabriel melepaskan tangan Altha darinya, namun belum lama terlepas, tangan Altha menyambar lagi kayak buaya. Gabriel sempat terkejut.

"Lo ngigo apa bohongan?"

"Jangan pergi pisang."

"Apa? Lo bilang apa tadi?"

"Jangan pergi pisang."

"Apa?"

"Pisang Altha jangan pergi!!!" Entah sebuah kesengajaan atau tidak, Altha tampaknya kesal ditanya mulu dan akhirnya ngegas ngomongnya membuat pasien lain menatap mereka lagi. Dengan cepat Gabriel langsung membekap mulut si Altha agar gadis itu berhenti berteriak.

"Sssttt!! Jangan ribut." Salah satu pengunjung pasien memberi isyarat pada Gabriel untuk tidak ribut. Padahal yang berteriak seseorang yang lagi tertidur, namun karena meraka waras tidak mungkin mereka menuduh si Altha yang lagi pingsan.

Gabriel tersenyum lebar pada tamu itu sambil memberi isyarat kalau dia meminta maaf atas keributan yang telah terjadi. Tamu itu kembali menutup tirai setelah menegur Gabriel.

Gabriel menghela nafas lega, kemudian dia melepaskan bekapannya terhadap mulut si Altha. Terlihat Altha menarik nafas panjang setelah bekapan dari mulutnya terlepas, seakan dia baru saja kehilangan oksigen untuk beberapa detik.

"Gila lo ya? Lo pingsan tapi masih bisa teriak? Spesies langka banget." Gabriel memuji yang sebenarnya terdengar sedang menghina, dia yakin gak ada manusia seunik Altha, dalam keadaan pingsan masih bisa berteriak, aneh dan unik kan?

"Pisang, Altha mau pisang." Altha kembali ngigo, namun kali ini suaranya lebih kecil dari sebelumnya, terdengar seperti berbisik.

"Pisang?" Gabriel melirik ke segala arah mencari pisang yang mungkin ada di kamar rawat ini. Tapi sialnya pisang itu gak ada. "Gak ada pisang," balas Gabriel kepada Altha. Sekarang kelihatan juga begonya si Gabriel, masa orang pingsan diajak ngomong? Tapi emang si Althanya aja yang unik, pingsan masih bisa bicara.

"Altha mau pisang."

"Gak ada pisang di sini."

"Pisang!"

"Gak ada bego!"

"Pisang!"

"Lo-"

Mata hitam pekat itu membulat sempurna, sangat terkejut atas apa yang dilakukan Altha padanya. Sekali lagi! Entah ini sebuah kesengajaan atau tidak, Gabriel tetap terkejut. Pasalnya si Altha tiba-tiba saja menariknya dan langsung menciumnya. Gila tapi nyata, udah kayak di nopel-nopel! Gabriel bisa merasakan bibir hangat Altha menyetuh pipinya. Gabriel terlalu panik sehingga tidak bisa berpikir jernih, dia bahkan tidak berpikir untuk melepaskan ciuman itu. Sedangkan si Altha tampak senang mencium Gabriel karena di dalam mimpinya dia sedang memakan ice cream pisang terenak yang pernah dia beli.

Tanpa disadari, seorang wanita paruh baya terkejut melihat Gabriel dicium si Altha untuk waktu yang cukup lama. Saking terkejutnya, keranjang buah pisang yang dia pegang jatuh ke lantai menimpa kakinya, alhasil si wanita itu pun berteriak kesakitan sambil memegang kakinya.

"Aduh! Aduh! Aduh! Sakit! Aaww!! Sakit!"

Dan Gabriel langsung tersadar, dia pun segera menjauhkan diri dari Altha. Panik melihat seorang wanita paruh baya datang tanpa dia sadari. Wanita itu juga sedang menatap ke arah Gabriel, tatapan mereka berdua pun bertemu.​

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status