Tiba di dalam kamar, Alanis mengamati sekeliling kamar. Niatnya sudah jelas. Mencari kepastian akan keraguannya tentang sosok si putra bungsu keluarga Tresno.Belum sempat ia memulai, handphonenya bergetar ada paggilan masuk dari Yanto. Alanis memeriksa situasi dulu sebelum menjawab, takut ada yang mengintainya.Aturan dilarang menjawab telepon saat bekerja berlaku untuk Alanis di rumah ini. Setelah merasa aman, ia menjawab panggilan dari Yanto.“Pulang jam berapa, Nis? Mau gue jemput nggak?” tanya Yanto.Alanis tadinya sudah menolak tawaran Yanto saat dia rencana pulang di sore hari. Namun kini jadwal pulangnya berubah, jam 12 malam. Takut juga Alanis pulang jam segitu sendirian.“Tapi gue lembur sampai jam 12 malam, To?” kata Alanis memberi kabar saja berharap Yanto yang berinisiatif untuk menawarkan diri.Alanis merasa tidak enak terlalu banyak meminta tolong sama Yanto.“Jam 12? Gila majikan lo! Elo kerja dimana sih? Siapa sih majikan elo? Udah biarin gue jemput aja! Bahaya cewek
“Aku benci melihat kamu bersama lelaki lain!” keluh TT dengan menaikkan level suaranya untuk menunjukkan rasa cemburunya yang memuncak.Kejujuran yang berarti TT telah mampu untuk melawan gengsi dalam dirinya. Tidak mudah bagi seorang lelaki mana pun untuk mengakui bahwa dia sedang merasa cemburu. Tapi demi Alanis, TT menghancurkan tembok kokoh itu.Dan Alanis pun tak menyangka jawaban yang diberikan oleh TT. Dugaannya adalah TT berbeda karena sudah tahu tentang status masa lalu Alanis.Namun yang dia dengar kini, ternyata lebih manis untuk dirasakan oleh Alanis.“Benarkah elo cemburu, mas?” tanya Alanis dalam hatinya.Cemburu adalah tanda bahwa seseorang tak ingin kehilangan orang yang dipilihnya. Dan Alanis mendengar langsung dari mulut TT bahwa dia adalah orang yang terpilih oleh TT yang artinya TT tidak ingin kehilangan Alanis.Di saat suasana hening sebuah mobil keluar dari gerbang rumah Tresno dengan lampu yang menyorot ke tempat Alanis dan TT berada.TT mengenal mobil yang akan
Tetesan air mata Alanis terlihat jelas oleh TT. Dia bereaksi spontan untuk mengusap air mata itu dengan sangat lembut memakai ibu jarinya.“Sedih terus! Kapan senengnya?” ucap lembut TT.JLEBB! Lagi sebuah perhatian dari rasa sayang yang tulus membuat hati Alanis makin meronta untuk segera meruntuhkan dinding tebal yang menghalanginya untuk bersikap jujur pada TT.Bahwa, Alanis pun sebenarnya sudah jatuh hati kepada lelaki tampan yang benar-benar baik kepadanya.“Udah mas!” kata Alanis sembari menepis jemari TT yang masih berada di wajahnya.Tidak mudah untuk Alanis untuk menerima perlakuan manis TT. Penghalang itu terlalu besar untuknya.Dan seketika dia berlari masuk tanpa berucap sepatah kata pun kepada TT, meninggalkan lelaki itu yang masih berdiri disana tanpa sempat menahan kepergian Alanis.TT menghela nafas sangat panjang melihat reaksi Alanis. Dia sekali lagi mencoba mengerti. TT tahu dan bisa merasakan kalau Alanis menyimpan rasa bersalah dan penyesalan atas masa lalunya kar
Tresno dan Verawati kaget dengan kemunculan tiba-tiba TT. Mereka menata sikap senormal mungkin.Terutama Tresno, yang seketika langsung merubah gesturenya dari suami memelas yang takut istri menjadi mode garang agar tampak berwibawa di depan TT.“Sudah pulang kamu, Nak?” tanya gugup Verawati.“Bilang-bilang dong kalau datang! Nggak sopan sekali sikap kamu tuh sama orang tua sendiri!” bentak Tresno pada TT.Sebenarnya bentakan yang dilakukan oleh Tresno dimaksudkan untuk menyembunyikan adegan memelas yang sebelumnya dia tunjukkan kepada istrinya.Namun cara bicara itu justru mengundang rasa kesal dari TT. Meski sebelumnya TT sempat berpikiran kalau sebenarnya ayahnya itu masih punya sisi lain yang bisa dia tiru sebagai lelaki yaitu bersikap lembut pada perempuan.Namun, bentakan Tresno langsung merubah segalanya. Kini TT tidak terima dengan perlakuan sang ayah kepadanya.“Kalau cuma mau marah-marah lebih baik nggak usah kesini deh pi! Lagian percuma, Bagus udah ambil keputusan final! N
JRENG! Alanis langsung menyadari sebuah kemungkinan. Kedua orang yang ada di hadapannya saat ini adalah Ibu dan salah satu adiknya Yanto, keluarga pemilik rumah ini.“Ibu ini orang tuanya Yanto?” tanya Alanis dengan sangat hati-hati.“Loh kok kamu bisa kenal sama kakak aku sih?” sambar si anak.BENAR! Wanita paruh baya dan gadis yang ada di hadapan Alanis sekarang adalah Ibu dan adiknya Yanto.“Oh bener ya berarti. Yanto memangnya belum cerita apa-apa bu, kak?” kata Alanis yang kini tampak mulai bingung dengan situasi yang dialaminya sekarang.“Cerita apa? Kamulah yang harusnya cerita kenapa bisa tinggal di rumah saya dan apa hubungan kamu dengan anak saya, Yanto!” sentak si ibu kesal.“Mmm... jadi saya ditawari Yanto untuk menempati rumah ini, bu. Tapi saya janji akan bayar tiap bulannya kok bu setelah saya dapat gaji,” Jelas Alanis.“Lah kok saya tidak diberitahu sama Yanto? Terus hubungan kamu sama Yanto apa? Kamu belum jawab! Kamu pacarnya atau cuma teman saja?” tembak ibunya Yant
TT terpaksa membawa masuk Jenny ke dalam apartemennya karena Jenny tak mau melepaskan diri untuk memeluknya.Ia pun tampak sangat kerepotan, bukan hanya repot tapi risih dan sebal karena jemari Jenny terus menggerayangi tubuh TT, menggoda TT meski dalam keadaan mabuk.“Jenny! Jangan gitu dong!” tegur TT sambil coba menyingkirkan tangan Jenny yang sudah nyaris menyentuh bagian sensitif tubuh TT.Bukan hanya agresif, Jenny pun terus meracau saat dipapah berjalan.“TT! Kamu harus jadi milik aku! TITIK!” kata Jenny dengan suara telernya yang tak begitu jelas terdengar.TT tak menanggapi racauan Jenny. Lalu, dia merebahkan wanita mabuk itu di sofa ruang tengah apartement.“Pagi-pagi udah mabok! Orang tuh cari duit pas terang, ntar kalo gelap baru mabok!” umpat kesal TT dengan nafas yang tersengal kecapean habis memapah Jenny.TT jadi bingung sendiri, dia harus bagaimana sekarang? Sementara dia harus segera kerja, masa iya harus meninggalkan Jenny disini.TT takut ada omongan macam-macam ji
JAM 10.05Alanis baru tiba di kediaman Tresno dan buru-buru menuju ke ruang ganti untuk memakai seragam pelayannya.Beberapa pelayan yang melihat kedatangan Alanis silih berganti mencibir dan bergosip menjelek-jelekkan Alanis.“Tau aturan nggak sih?”“Niat kerja nggak sih?”“Kalo saya bosnya, udah takk pecat koe!”Meski mendengar suara-suara sumbang yang memaki dirinya, Alanis berusaha tak menanggapi.Alanis fokus untuk melanjutkan langkahnya untuk berganti pakaian sebelum Imas mengetahui kedatangannya.Namun belum sempat Alanis berganti pakaian, Imas sudah muncul disana sambil pasang wajah garang dan bersiap untuk memangsa Alanis dengan makian-makiannya yang mengerikan.“Alanis! Kam...”Teriakan Imas mendadak terhenti saat ada suara lain yang menyebut nama Alanis.“Alanis, kamu sudah datang?”Ternyata suara itu adalah milik Verawati yang kini sedang berjalan menghampiri Alanis.Jelas Imas kalah pamor jika harus dihadapkan dengan sang nyonya rumah.Imas tak jadi melanjutkan amarahnya
Sementara itu taksi yang ditumpangi oleh TT tidak bisa melaju dengan mulus karena terjebak kemacetan di jalanan Kota Jakarta.TT berulang kali memaksa si supir untuk lebih gesit menyetir."Pak cepat! Saya udah telat banget nih!" tekan TT pada si supir taksi.Si sopir lama-lama kesel juga melihat tingkah TT dan kali ini dia tak tahan untuk mengeluarkan suaranya yang sedari tadi tertahan di ujung mulutnya karena coba bersikap sabar."Mau cepat gimana Mas? Macet gini! Mas aja yang nyetir deh jangan saya!" Balas si sopir."Yey kalau saya nyetir, bapak dong yang harus bayar saya!" jawab TT tak mau kalah.Si sopir ngedumel tak jelas tapi bisa diartikan sebuah ungkapan kekesalannya pada TT.Kecemasan makin melanda TT takut kalau Alanis sudah sampai duluan di apartemennya.Sempat terpikir ide olehnya untuk menelepon Alanis, namun dia pikir-pikir lagi akan lebih mencurigakan. Mau pasrah saja tapi tetap tidak bisa.Satu-satunya cara yang bisa dilakukan oleh TT adalah kembali bikin gaduh dengan