Share

Bab 3. Meresahkan

Lolita masih terjaga sampai jam yang menempel di dinding menunjukkan angka tiga pagi. Dia mendesah pelan. Lolita tidak bisa terlelap karena ada yang mengganggu pikirannya.

Dia kemudian meraih ponselnya yang ada di meja nakas, mengetikkan sesuatu di sana. Dan pipi Lolita kembali dipenuhi semburat merah. 

Lolita menatapi video-video dewasa yang muncul di layar ponselnya. Dia penasaran dengan apa yang Edgar dan wanita asing itu lakukan semalam. Sebab selama ini Lolita terus menutup diri dari hal-hal yang ayahnya anggap tabu. Ayahnya selalu mengelak setiap kali Lolita bertanya. Sampai akhirnya Lolita memilih diam tanpa menemukan jawaban atas pertanyaannya. 

Rasa penasaran Lolita semakin bertambah saat melihat teman-temannya bermesraan, dan melakukan hal yang tidak senonoh secara terang-terangan di dalam kelas. Mereka berkata jika bercinta sungguh nikmat dan rasanya seperti kupu-kupu beterbangan di perut. Bahkan ada yang bilang jika rasanya seperti menemukan surga. Lolita dianggap terlalu cupu karena tidak tahu nikmatnya bercinta. Memangnya benar senikmat itu? Lolita mengerutkan dahinya tak mengerti.

Kerutan di dahinya memudar, tergantikan binar di matanya saat melihat salah satu adegan di video. "Wah… ini seperti yang Om lakukan semalam," ucap Lolita yang kemudian terkejut saat video mulai berputar karena suara mendesah wanita di dalam video begitu keras. 

Lolita buru-buru mengecilkan volume ponselnya. Dia menghentikan video, mengambil earphonenya, dan kembali melanjutkan menonton. Begini lebih baik, daripada Edgar yang tidur di kamar sebelah mendengarnya dan berpikiran yang tidak-tidak tentang Lolita.

Lolita tak berkedip saat melihat seorang pria yang melucuti pakaiannya sendiri, lalu bergabung dengan wanita yang tidur di atas ranjang tanpa pakaian. Pria itu membalikkan tubuh si wanita dan menusukkan miliknya yang besar dan menantang ke lubang si wanita. Si wanita menjerit, kemudian mendesah nikmat. Napas keduanya tersengal-sengal, dan keringat memenuhi tubuh keduanya.

"Sepertinya di sini semakin panas," tukasnya berderap menaikkan angka pada pendingin ruangan. Lolita duduk lagi di tepi tempat tidur. Selagi video masih berputar, Lolita mencoba memasukkan jarinya ke dalam miliknya. 

"Ah…" Lolita mengatupkan bibirnya rapat agar desahannya tidak terlepas lagi. Jari lentiknya semakin cepat mengocok miliknya, sampai gelombang kenikmatan datang. Lolita roboh di atas kasur dengan tangannya yang dipenuhi cairannya yang lengket.

Lolita menatap tangannya dengan bergidik. Dia dipenuhi perasaan bersalah. Ayahnya selalu memperingatkan Lolita untuk tidak dipengaruhi oleh nafsu, karena nafsu itu menyesatkan. Dan sekarang, baru saja Lolita tenggelam dalam nafsunya sendiri.

Lolita berlari ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dia harus menyembunyikan hal ini dari ayahnya. Dia tidak mau membuat orang yang teramat dia cintai itu kecewa. 

***

"Lolita!" Edgar sudah berdiri di depan kamar Lolita dengan berbalut setelan jas hitam rapi. Dia hendak memberikan uang untuk Lolita. Seperti biasanya, Edgar selalu meninggalkan uang agar Lolita bisa membeli makanan, daripada gadis itu berkutat di dapurnya dan menimbulkan masalah lagi.

"Lolita, sekarang sudah jam tujuh pagi dan kau masih belum bangun, huh?!" teriak Edgar setelah mengetuk pintu kamar Lolita berulang kali, tapi tak juga mendapatkan sahutan.

Edgar hendak mengetuk lagi, tapi tangannya yang sudah terangkat berhenti bergerak begitu Lolita membuka pintu.

"Iya, Om. Ada apa?" Lolita mengucek matanya dengan kedua tangan, lalu menguap. Rasa kantuk masih menghinggapinya karena dia tidak tidur sama sekali.

Edgar melempar uang kepada Lolita. "Aku akan berangkat sekarang. Kau bersihkan apartemenku, tapi jangan sekali-kali masuk ke kamarku. Kau mengerti?!"

Lolita berhasil menangkap uang lima puluh dolar dari Edgar. Dia lalu mengangguk paham. "Baik, Om."

Edgar melangkah pergi, tapi dia berbalik untuk memberikan peringatan kepada Lolita. "Ingat! Jangan merusak benda-bendaku! Dan jangan menimbulkan masalah lagi selama aku bekerja!"

"Baik, Om." Lolita mengangguk sekali lagi. "Om, tenang saja."

Meski, Edgar tidak yakin Lolita bisa melewati satu hari tanpa merusak satu benda pun, tapi dia tetap harus bergegas pergi ke perusahaan sekarang. Asisten yang juga bekerja sebagai sekretarisnya sudah menunggu di area parkir apartemen elit yang Edgar tinggali. Dan Edgar sudah memiliki janji dengan investornya pagi ini.

Edgar turun ke lantai bawah dengan menaiki lift. Dia berjalan tegas dan cepat setelah pintu lift terbuka, menuju pria yang sedang berdiri di samping mobilnya.

"Franklin, kita berangkat sekarang!" tukas Edgar begitu dia sudah berada di depan asistennya.

Pria bernama Franklin itu memberikan salamnya terlebih dahulu dengan cara membungkukkan tubuhnya, kemudian menjawab, "Baik, Tuan."

Franklin dengan sigap membukakan pintu untuk Edgar, kemudian dia menyusul masuk. Sejurus kemudian, mobil yang mereka tumpangi sudah menyatu dengan kendaraan lain di jalanan kota New York yang cukup padat.

Franklin melirik ke arah spion yang ada di atasnya, tuannya yang duduk di bangku belakang terlihat lelah dengan lingkaran gelap tercetak di sekitar kedua matanya.

"Anda kesulitan tidur lagi, Tuan?" tanya Franklin memecah keheningan di mobil.

"Ya," jawab Edgar singkat tanpa menatap Franklin. Dia sibuk berkutat dengan ponselnya.

"Apa gadis kecil itu yang membuat Anda sampai kelelahan seperti ini, Tuan?" tanya Franklin lagi, diiringi tawa kecilnya. Di balik wajah datarnya, Franklin memiliki sifat yang hangat dan tidak jarang melontarkan celetukan untuk menggoda tuannya.

Kali ini Edgar menarik turun ponselnya dari pandangannya dengan jengah. Dia tahu ke arah mana pembicaraan Franklin. Asistennya itu pasti mengira dirinya juga menggauli Lolita. Padahal Lolita bukanlah tipenya. Meski, gadis itu cantik, tapi bagi Edgar dia hanyalah bocah kecil. Tidak lebih!

"Franklin! Kau pikir aku sudah gila apa?! Masih banyak wanita di luar sana. Kenapa juga aku bercinta dengan bocah itu!" balas Edgar dengan emosi yang tersulut. "Dia bahkan lebih pantas menjadi anakku!"

-Bersambung-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status