Waktu menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit. Prita yang biasa makan tepat waktu dan dengan porsi yang sangat banyak sudah merasa kelaparan.
"Ya udah, yuk! Mendingan kita makan, udah laper banget nih," ujar Prita memecah kecanggungan. Ia menyentuh perutnya yang sedari tadi keroncongan.
"Ayo, Za, Nggi!" ajak Firas melihat istri kecilnya sudah mulai tanda-tanda ingin memakan sesuatu.
Akhirnya mereka makan malam terlebih dahulu sebelum akhirnya pulang ke rumah. Zafran mengantar Firas dan Prita pulang terlebih dahulu. Kemudian atas perintah bosnya, ia mengantar Anggi pulang.
"Za! Kamu antar saya dan Prita pulang dulu. Setelah itu, baru kamu antar Anggi pulang ke rumahnya," ucap Firas sengaja agar Anggi bisa berduaan dengan Zafran.
"Baik, Pak!" seperti biasa jawaban tegas dari Zafran.
Setelah mengantar Firas dan Prita pulang, Zafran hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Anggi selalu berusaha untuk membuka pembicaraan. Namun, Zafr
"I-itu--" balas Prita terbata, namun langsung dipotong oleh Anggi."Emang Pak Irsyad cuman liat Prita? 'Kan di sana ada aku juga," potong Anggi melihat Prita kebingungan harus menjawab apa."Masa, sih. Ko saya ngga liat, yah. Yang saya liat cuman Prita sama seorang laki-laki dewasa.""Hmmm... kemaren itu, aku sama Prita mau nonton. Trus omnya Prita sama sekretarisnya ikut nonton. Katanya, sih, sekalian ngerefresh otak biar ngga pusing mikirin kerjaan mulu."Anggi memang jagonya mengarang cerita. Tanpa rasa takut akan ketahuan, dengan santainya ia menjawab."Oh, jadi gitu," kata Pak Irsyad."I-iyah, Pak. Apa masih ada yang mau Bapak tanyakan?" tanya Prita."Ngga ada, sih. Lain kali kalo mau nonton, ajak mas aja yah, Ta!" bisik Pak Irsyad mendekat ke arah Prita. Namun sayangnya, Anggi dapat mendengar semuanya."Ayo, Ta! Kasian Aa Zafranku udah nunggu lama di depan," ajak Anggi melirik sinis ke arah Pak Irsyad."Emang Mas Z
"Ya Tuhan! Lalu di mana Prita sekarang?""Bi Sumbi, Ijah, dan Surti! Cari ulang nyonya muda kalian di setiap sudut rumah ini."Firas berjalan mondar-mandir dengan ekspresi wajah panik. Ia menyesal karena hari ini tidak menjemput Prita. Seharusnya ia meminta bawahannya untuk menjemput jika ia tidak bisa. Kemudian pikirannya melanglang buana ketika ia mengirim pesan pada Prita. Ia mengingat jawaban singkat yang ia terima."Apa jangan-jangan Prita marah karena aku ngga jemput? Aaarrrgh... sial!" racau Firas sambil menyugar rambutnya dan mencengkeram rambutnya kasar."Anggi! Yah, aku harus bertanya pada Anggi. Semoga saja Prita ada di sana." Firas berlarian menaiki tangga untuk mengambil ponselnya di kamar.Sampai di kamar, ia menyambar ponselnya di nakas. Ia langsung mencari nomor kontak Anggi dan memencet tombol telepon.[Halo, Anggi.][Iyah, Om ada apa?][Prita lagi sama kamu ngga?][Prita? Ngga ko, Om. Emang kenapa?]
"Loh, Za. Kamu ngapain di sini?" tanya Firas terkejut melihat sosok Zafran yang tiba-tiba ada di rumahnya."Saya sibuk mencari istri bapak ke sana ke mari. Ternyata yang dicari-cari malah ada di rumah," jawab Zafran menunjukkan ekspresi lelah."Maaf, Za. Saya lupa mengabari kamu bahwa istri saya udah ketemu. Ternyata istri saya ada di rumah dan tidak hilang," kata Firas sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Astaga! Jadi Pak Firas cuman ngerjain saya aja?" Zafran langsung meluruh ke lantai karena terlalu lelah."Saya benar-benar minta maaf, Za. Saya ngga tau kalo istri saya ada di kamar bawah. Udah, lebih baik kamu pulang dan istirahat," kata Firas berjalan mendekat. Kemudian ia membantu Zafran berdiri dan memintanya untuk pulang.Zafran bangkit dan dengan langkah gontai, ia melangkahkan kakinya keluar. Ia benar-benar lelah hari ini karena ulah bosnya. Bagaimana bisa ia sibuk mencari, sedangkan bosnya sedang asyik bersama istrinya.S
"Firas! Sayang, kamu ada di dalem 'kan?" teriak Indira memanggil Firas sambil menjulurkan kepalanya ke dalam."Ada siapa, Bi? Ko pake treak-treak, sih," kata Prita berjalan ke arah di mana Bi Sumbi berada."Oh my God! Kenapa dia bisa ada di sini?" Anggi terkejut melebihi keterkejutan Bi Sumbi.Yah, seseorang yang datang itu adalah Indira. Sang artis yang pernah menjadi belahan jiwa Firas selama beberapa tahun. Karena Firas mengabaikan pesan dan panggilan darinya. Akhirnya ia memutuskan untuk menemui Firas di kantor. Namun ketika ia sampai di sana. Ia tidak mendapati Firas di ruang kerjanya. Dan yah, di sinilah Indira berada, di hadapan Prita. Istri dari mantan kekasihnya yang dulu selalu ia sia-siakan.***"Kamu kenapa, sih, Sayang? Aku pulang bukannya disambut tapi malah kaya gini."Indira geram, berjalan mondar-mandir memikirkan Firas yang kini selalu mengabaikannya."Ayo dong angkat telpon aku," lirih Indira sambil merapatkan ponse
Wajah Firas berubah masam setelah mendengar penuturan istri kecilnya.Pria itu mencoba membujuk istrinya dengan sebuah ponsel baru. Namun karena responnya tidak sesuai dengan apa yang ingin ia dengar. Ia berbalik arah dan berjalan keluar menuju kamar bawah."Ta? Ini Pow-pow barunya gimana?" tanya Firas mengangkat paper bag berisi ponsel baru."Aku ngga butuh. Dan ingat! Tidak ada yang bisa gantiin Pow-pow di hati aku," balas Prita ketus."Tapi aku boleh 'kan tidur di kamar ini?" tanya Firas menunjukkan wajah memelas."Surti! Antar Om Firas ke kamar bawah," perintah Prita.Dengan langkah gontai, Firas keluar dan berjalan menuruni tangga menuju kamar bawah. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan agar Prita mau memaafkannya."Semua ini gara-gara Indira!" lirih Firas mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil menggertakkan giginya."Surti! Panggil semua orang yang ada di rumah ini, termasuk petugas keamanan," perintah Firas.Jantung Su
"Oh iya, ntar malem lo siap-siap ya buat dengerin penjelasan Om Firas. Dengerin dulu aja sampe dia selese ngomong, jangan pake nyela. Paham!" lanjut Anggi."Oke sip!" sahut Prita mengangkat ibu jarinya.Kini dua gadis itu melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah. Mereka berjalan tanpa tahu bahwa ada dua orang yang sedang memperhatikan mereka dari jauh. Dua orang itu, terlihat sedang merencanakan sesuatu. Entah apa yang mereka rencanakan. Hanya mereka berdua dan Tuhan yang tahu. Semoga saja, apapun rencana mereka, tidak akan membuat Prita terluka.Sampai pada akhirnya jam pelajaran terakhir pun tiba. Dan ternyata, jam terakhir hari ini adalah mata pelajaran bahasa Inggris."Kenapa harus pelajaran bahasa Inggris, sih?" keluh Anggi meletakkan kepalanya di meja."Emang kenapa, sih, Nggi? Biasanya oke-oke aja lo," tanya Prita melihat Anggi tidak seperti biasanya."Sebenarnya, sih, sama mata pelajarannya gue ngga masalah. Tapi ngga tau kenap
"Ehm.. ehm... ehm..."Prita berteriak dalam bekapan seseorang. Ia berontak mencoba melepaskan diri sambil mencari tahu siapa sosok seseorang itu. Namun, seseorang itu tidak membiarkan Prita melihat wajahnya. Ia diseret ke depan lemari besar berisi buku-buku. Entah apa yang seseorang itu lakukan hingga lemari itu berbalik dan kini Prita berada di ruangan yang berbeda."Loh, ko kaya kamar lama, sih?"Kemudian Prita membalikkan badannya setelah seseorang itu melepaskannya."Om Firaaas!" teriak Prita geram."Hehehe, peace!" kata Firas menunjukkan huruf V.Akhirnya rencana Firas untuk mengerjai Prita berhasil dengan sukses."Om Firas apaan, sih. Kebiasaan banget deh ngga jelas kaya gini," ujar Prita mengerucutkan bibirnya."Sengaja," sahut Firas menjulurkan lidahnya.Bukannya marah karena sikap dan ulah Firas. Prita justru berjalan mendekat dan memeluk suaminya yang sedari tadi ia cari-cari.***Jam-jam me
"Apa benar gosip yang beredar di sekolah mengenai kamu?" tanya Pak Irsyad."Emangnya gosip apa yang Bapak dengar?" jawab Prita balik bertanya."Gosip mengenai kamu peliharaan om-om muncul kembali. Waktu itu juga mas pernah memergoki kamu berciuman dengan seseorang di dalam mobil," jawab Pak Irsyad membuat Prita membuka mata dan mulutnya lebar-lebar.Gadis itu benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja Pak Irsyad katakan. Ternyata gosip tentang peliharaan om-om kembali mencuat dan semakin menyebar luas di seluruh sekolah. Prita juga merasa tidak pernah berciuman dengan Firas di dalam mobil. Kecuali di hari pertamanya menyandang status sebagai seorang istri. Itu juga karena ia bertengkar dengan Firas."Kenapa diem aja? Apa benar yang mereka katakan?" tanya Pak Irsyad lagi.Prita bisa melihat bagaimana ekspresi wajah Pak Irsyad yang kecewa. Atau memang Prita saja yang salah melihat."Ngga bener sama sekali, Pak. Selain itu, apa ada hal lain