“Permisi sebentar ya sayang. Lanjutkan saja dulu makan malamnya, Luca mengurus sesuatu dulu,” ucap Luca sambil mencium kening Sarah.
Luca bergerak ke arah pengawal tadi kemudian mereka bersama – sama berjalan keluar dari ruangan pesta.
“Katakan,” ucap Luca setelah agak jauh dari pintu ruangan pesta.
“Kami…,Kami tidak dapat menemukan mereka. Lucy, pengawal wanita yang kami utus sudah memeriksa ke dalam ruang ganti para model. Mereka terakhir diketahui bergerak ke kamar mandi namun tidak pernah ada jejak keluar.”
“Ke ruang cctv sekarang,” teriak Luca dengan nada gusar.
“Oh ya, tempatkan dua… eh tidak,… lima orang pengawal di sisi Sarah sekarang juga.”
“Baik,” sahut pengawal sambil menghubungi seseorang untuk menambah pasukan pengawal.
Mereka berlari kecil menuju ruangan cctv.
Luca melihat cctv dengan teliti. “Terakhir te
“Si tua itu sudah seharusnya pensiun. Mengapa masih juga tidak mau sadar.” Kembali Bram merasa kesal.“Apakah kamu bisa menyusupkan mata – mata lagi ke Kakek?” tanya Luca.“Tidak, Kakek penuh dengan bawahan yang seumuran dengan dia dan setia. Pengawal di sekeliling dia juga adalah anak atau keturunan pengawal yang setia. Mata – mata terakhir dari kita sudah menjadi makanan buaya.”“Hmm..., bagaimanapun kita harus mengetahui keberadaan Deon.”“Deon? Nama anakmu-kah itu?“Ya.”“Kirimkan foto dan datanya, akan kuturunkan instruksi di New York. Disini mencari seseorang masih ada dalam kendali kita.”“Sebenarnya ada yang harus kusampaikan. Ada sedikit masalah di sini.”“Katakanlah.”“Melya hamil anak Wisnu, tapi berhubung mereka belum mengetahui tentang Wisnu adalah gadungan, maka mereka semua berbahag
“Kalian pulanglah ke New York dahulu. Wisnu, selesaikan masalah Melya. Sudah saatnya mereka tahu kamu adalah gadungan.”“Tapi ...” jawab Bram tapi dipotong pembicaraannya oleh Luca.“Tidak ada tapi lagi, seharusnya kamu masih bisa bekerja. Sayang sekali kamu tidak berkuasa menjaga juniormu. Tidak ada gunanya kamu memerankanku lagi. Selesaikanlah dengan baik!”“Dan Bram ...”“Ya?” sahut Bram.“Jelaskanlah ke Kakek semuanya dan bila ia ingin bernegosiasi, maka saya akan kembali.”“Maaf tapi saya merasa tindakanmu tidak tepat Luca.”“Maksudmu?”“Bagaimana bila Kakek memang belum tahu mengenai keberadaan Wisnu?”“Terus?”“Bukankah Wisnu masih tetap bisa berada di sampingnya untuk mendapat informasi mengenai keberadaan Deon?”“Wisnu akan menjadi hasil negosiasi. Kakek se
“Perbaiki hidung jelekmu,” jawab Bram dengan ketus.“Sungguh saya sangat membencimu, kamu adalah versi Luca yang sangat menyebalkan,” ucap Bram setelah mereka berada di dalam mobil menuju rumah sakit.“Kamu yang merasa kalah karena Melya mengandung anakku sekarang,” sela Wisnu tidak mau kalah.Bram kembali memukul Wisnu dengan sikutnya.“Aduhhh!” seru Wisnu yang kemudian membalas mencekik Bram.Pak Supir hanya menggelengkan kepalanya melihat perkelahian kedua pria besar itu di dalam mobil yang sempit.“Kamu kalah perkasa. Akuilah, kamu cemburu karena dia mencintaiku sekarang.”“Yang dicintainya itu Luca. Kamu hanya seseorang yang bermuka sama.”“Tapi Melya mencintai semua sisi tubuhku, dan dia selalu menjadi nakhoda saat pada saat kami bersatu.”Perkataan Wisnu kembali memancing amarah Bram sehingga ia memukul wajah Wisnu sekali lagi.
“Ya, tapi dia melecehkan Melya.”“Dia hanya menceritakan kenyataan. Melya memang pernah menggodaku juga. Tapi karena aku hanya menyukai bau dan aroma Sarah maka aku tidak pernah menyentuhnya.“Dia memang lebih berani,” lanjut Luca.Bram terdiam berusaha mengingat Melya yang memang sering meminta duluan untuk berhubungan.“Kamu masih disana?” tanya Luca karena Bram terdiam cukup lama.“Ya, Apa yang harus kulakukan?” giliran Bram yang bingung.“Sesuai dengan kemauan Kakek saja. Bawa Wisnu pulang ke New York. Pastikan dia mencari informasi tentang keberadaan Deon juga setelah dia bisa mengambil hati Kakek sesuai dengan apa yang kita bahas.”“Baiklah.”Mereka memutuskan hubungan percakapannya.“Pasien harus menginap dua hari karena pemulihannya,” ucap seorang perawat.Bram menganggukkan kepalanya.“Lakukanlah y
“Saya tidak tahu, Mama, sepertinya sebuah pulau. Deon melihat laut.”Luca buru – buru mengambil alih ponsel Sarah dan menekan tombol speaker sehingga suara dapat didengar dengan jelas, ia juga merekam supaya lebih jelas.“Katakan kepada Papa, apa yang kelihatan di depan jendela,” ujar Luca.“Ada pantai dan laut…, ada pepohonan. Dan ada sebuah kapal kecil,” jawab Deon.Selain itu ada apa lagi? Sesuatu tulisan atau apapun.”“Tidak ada apa – apa. Ohya, Papa... Deon melihat logo teratai di kapal.”“Teratai?”“Ya..., Aduh,…” Suara Deon terdengar terkejut dan terdengar suara seperti barang jatuh.“Deon…,Deon…?”Hubungan telepon sudah dimatikan. Deon dipukul di tengkuknya sehingga ia tidak sadar.“Gawat,” seru Lily, pengasuh yang diutus oleh Kakek untuk menjaga Deon kemudian menghu
Dengan kesal Bram menutup handphonenya. Berpikir sejenak.“Robert, Kamu pergi sendiri saja. Laporkan semua yang kamu dapatkan. Anak itu harus ditemukan. Buru mereka yang menculiknya. Yakinlah Saya akan membayarmu lebih dari yang kamu pernah dapatkan,” ujar Bram kemudian melangkah pergi kembali ke mobil untuk diarahkan ke Rumah sakit..Robert terbengong sendiri karena harus naik pesawat pribadi sendirian saat itu.“Astaga, mendadak Sultan,” guman Robert sesaat setelah masuk ke dalam pesawat yang mewah. Tapi Robert sadar akan hal besar yang ditugaskan kepadanya.Robert pun menghubungi semua orang yang dia kenal untuk mencegah kapal berlogo teratai melarikan diri.Sementara Bram menghubungi Luca dan menceritakan segalanya.“Kita bersama semua bergerak ke Thailand saat ini juga,” ucap Luca.“Bagaimana dengan Wisnu?”“Tarik saja. Hanya hidungnya yang terluka, bukan masalah besar.
Deon memiringkan kepalanya, "Namaku Deon? ""Ya sayang, namamu ElDeon artinya kekuatan pejuang. Apakah kamu mengingat sesuatu? ""Tidak sama sekali, " Deon menggelengkan kepalanya."Kamu mamaku? "Lily tertawa, "Bukan, tapi Deon boleh menganggapku Mama bila suka," ucapnya sambil mengelus kepala Deon."Enngg, dimana Mamaku?" tanya Deon dengan polos."Bagaimana bila Deon makan dulu, Tante Lily akan menceritakan segalanya sambil menemanimu makan? ""Tante Lily? ""Ya, namaku Lily dan aku adalah pengasuhmu sejak kecil. ""Hmm... , maaf ..., saya tidak bisa mengingatnya sama sekali, " Ucap Deon dengan lesu.Deon menundukkan kepalanya."Tidak apa - apa, pelan - pelan saja. Yang penting Deon menjaga kesehatan. Kita makan dulu ya? "Deon menganggukan kepalanya pelan.Mendapat respon yang bagus dari Deon, Lily menepuk kedua tangannya. Sesaat kemudian pintu terbuka dan beberapa pelayan masuk membawakan
Dengan suapan yang berirama, akhirnya Deon menghabiskan semua makanan yang ada di meja. "Oke, perutku sudah kenyang. Sekarang katakan, dimana saya? ini kota apa? negara apa? saat ini tanggal berapa? Dan apa tugas saya di sini? ""Tunggu tungguuu... Satu persatu dong nanyanya, " Jawab Lily dengan kebingungan akibat pertanyaan yang bertubi - tubi di lontarkan Deon yang mulai saat ini bernama ElDeon. Dengan panggilan Deon.Lily menarik nafas kemudian menjawab, " Kamu di rumah kakek Kakek Castello. Ini di kota Kyoto, Jepang. Saat ini tgl 23 Januari 2023 dan kamu masih kecil jadi tidak mempunyai tugas apapun selain belajar. Dan jadwal les kamu dan pelajaran kamu sudah di email. ""Email? Apa email saya? ""Nanti tante bantu buka emailnya. "Deon mengangguk kepalanya kemudian berdiri."Saya butuh mandi, sediakan semua kebutuhan pelajaran saya. Saya akan mempelajari bagian yang saya lupakan atau tinggalkan," ucap Deon melang