Kota New York di mana Sarah tinggal saat ini, matahari mulai bersembunyi di balik cakrawala. Gedung-gedung pencakar langit, lampu-lampu kota mulai menyala satu per satu, menciptakan panorama gemerlap yang memukau.
"Luca Bulger Castelo," gumam Sarah sekali lagi.
Restoran dan bar mewah mulai dipenuhi oleh pengunjung yang mencari pengalaman kuliner yang istimewa, sementara gedung teater mempersiapkan diri untuk pertunjukan malam yang spektakuler.
Sore menjelang malam di kota New York seperti itu adalah waktu ketika energi kreatif dan kehidupan bermuara menjadi satu. Suasana hiruk pikuk, kegembiraan, dan antusiasme mengisi udara, menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa pun yang berada di tengah-tengahnya.
Namun, tidak halnya dengan keadaan Sarah saat ini. Wanita itu seperti tidak menghiraukan suara apa pun yang lewat di telinganya, termasuk panggilan dari sang kakaknya, Timothy.
"Sarah?!" Timothy memangil sekali lagi dengan suara lebih ke
Luca, seorang pemimpin yang bijaksana, segera merencanakan langkah-langkah selanjutnya dengan cepat dan hati-hati. Dia tahu bahwa mereka harus bertindak dengan bijaksana agar tidak mengundang perhatian penduduk kota. Pasukannya yang terlatih dengan baik siap mengikuti perintahnya."Pelan, kita tidak boleh menimbulkan kecurigaan apa pun!" perintah Luca kepada para anak buah di belakangnya.Mereka memasuki kota dengan hati-hati, mencoba tidak menimbulkan kebisingan atau mencurigakan siapa pun. Kota kecil itu tenang, penduduknya seolah-olah tidak menyadari kehadiran mereka. Luca memutuskan untuk mencari informasi tentang tujuan sebenarnya dari musuh mereka yang misterius ini.Hari sudah mulai pagi. Marco melirik ke jam tangannya."Bos, sudah jam 6. Kita boleh istirahat sebentar? Kita butuh sarapan juga," ucap Marco memberanikan diri sambil memegang perutnya."Baik, kita ke warung itu dan makan!"Luca mendahului masuk ke sebuah warung dan duduk
Tom mengangkat kepalanya dan bertatap mata dengan Luca. Meskipun dia kalah dalam pertempuran, namun mata Tom masih dipenuhi dengan tekad dan keteguhan. Dengan suara yang mantap, dia menjawab, "Tidak, Luca. Kami mencari Sarah juga. Kami yang kehilangan jejaknya sampai di kota ini. Kami tidak tahu di mana dia berada." Luca merenung sejenak, mempertimbangkan kata-kata Tom. Meskipun ada ketegangan di udara, namun ada kejujuran dalam suara Tom yang membuatnya mempercayainya. Luca memandang Tom dengan mata terbuka lebar, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Apakah itu berati ... ? Sarah masih hidup?" Tom menganggukkan kepalanya dengan tegas. "... Dia membawa seorang bayi," lanjut Tom. "D-dia ... dia membawa seorang bayi?" ucap Luca dengan suara yang penuh kebingungan dan kegembiraan. Terkejut dengan kabar tersebut, dia merasakan campuran perasaan antara harapan dan kebingungan yang sulit dijelaskan. Tom mengangguk, menyatakan, "Iya, Luca. Kami menemukannya di sebuah de
Beberapa hari berlalu sejak kapal itu merapat di pelabuhan New York. Luca dan Tom dengan beberapa anak buah masing-masing, bersiap-siap untuk memulai pencarian mereka.Suasana di kota besar ini begitu sibuk dan riuh, mencerminkan kehidupan yang terus bergerak. Tom memiliki rencana yang telah terbentuk dalam pikirannya."Bagaimana bila kita berpisah dan membentuk 2 kelompok dalam mencari mereka?" usul Tom kepada Luca, mencari alasan untuk dapat berpisah dengan Luca.Luca terdiam dan masih melayangkan pandangan ke luar kaca jendela mobil.Tom memandang peta New York dengan serius melalui ponselnya. Mereka memang tinggal di kota New York, tetapi menemukan seseorang yang tidak diketahui dengan jelas akan sulit."Kita harus membagi wilayah ini dengan cermat, Luca. Aku akan mencari sisi barat kota ini, sementara kamu mencari di sebelah timur. Semua informasi yang kita dapatkan harus segera kita bagi. Kita harus bersatu dalam misi ini."Luca
Timothy berusaha melarikan diri. Beberapa anak buah langsung melawan, mereka berhasil menghindari beberapa pukulan dengan kecepatan dan ketangkasan. Namun, tidak semua serangan bisa dia hindari. Pipi Timothy dipukul dengan telak, membuatnya terhuyung sejenak sebelum berusaha membalas. Pertarungan itu berlangsung sengit. Beberapa anak buah Tom mempertahankan dirinya dengan keahlian masing-masing, tetapi Timothy juga terampil dalam pertarungan. Mereka tidak menggunakan senjata api karena mereka sedang berada di tengah kota. Tiba-tiba, dalam kehebatannya, Timothy kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke tanah. Seorang anak buah Tom melihat kesempatan ini dan mencoba untuk menangkap Timothy lalu memukul kepalanya. Timothy akhirnya pingsan. Mereka segera menggotong tubuh Timothy dan memasukkannya ke dalam mobil. Satu jam kemudian, Timothy sadar. Dia mengetahui bahwa dirinya dalam kondisi terikat di kursi. Hal itu membuatnya panik. "Di mana Sar
Timothy masih berusaha menarik kaki mereka, tetapi Tom segera menendang kepalanya bertubi-tubi dengan kejam."Lepaskan, bodoh!" teriak Tom merasa kesal karena langkahnya tertahan.Timothy menyerang dengan apa yang ada, sehingga kaki Tom terluka."Sial! Urus kambing ini!" teriak Tom dengan marah. Beberapa anak buah Tom segera memukul Timothy.Serangan itu membuat Timothy semakin terluka, membuatnya tidak dapat melindungi Sarah dan Deon sepenuhnya. Mereka berdua merasa terperangkap, terjebak dalam situasi yang begitu sulit.Tom, yang memandang mereka dengan dingin, merasa semakin mendekati tujuannya. Dia tahu bahwa dia harus bertindak cepat, sebelum ada pertolongan yang datang. Dengan kaki yang berdarah, dia melangkah mendekati Sarah dan Deon, senyuman kejam terukir di wajahnya."Kali ini kau tidak bisa melarikan diri, Sarah," ucap Tom dengan nada tajam, mendekati mereka dengan langkah-langkah perlahan. "Kau akan tahu apa yang terjadi ketika k
Kesedihan dan rasa bersalah menyelimuti hati Sarah, namun, dalam keputusasaan, dia tahu bahwa dia harus melanjutkan perjuangan ini untuk anaknya dan untuk Timothy, Kakaknya yang telah berkorban untuk melindungi mereka. Dalam kegelapan malam yang mencekam, Sarah dan Deon bersama-sama merencanakan jalur pelarian mereka. Mereka merasa adrenalin memompa dalam darah mereka, menyalakan tekad untuk melarikan diri dan mencari perlindungan. Sarah memeluk Deon erat-erat, mencoba memberikan keberanian kepada anaknya yang berada di bawah perlindungannya. "Ma .. ma, pa .. man Tim? Mo..ty?" tanya Deon dengan suara yang penuh kebingungan dan ketakutan. Sarah memandang mata anaknya dengan kelembutan. "Paman Timothy sedang melindungi kita, sayang. Dia adalah pahlawan yang berani dan baik hati. Sekarang kita harus bergerak cepat, seperti yang diinginkannya. Kita akan mencari bantuan dan melindungi diri kita sendiri, untuknya dan untuk kita sendiri." Deon mengangg
"Apa yang sudah kamu kerjakan? Mengapa sampai hari ini, perempuan itu masih belum kau temukan! Tidak becus!" teriak Gonzales di ponselnya dalam panggilan jarak jauh. Tom menelan salivanya dengan kasar lalu menjawab, "Bos, dia sangat licik. Dia kembali melarikan diri, tetapi aku sudah hampir mendapatkannya. Bos sabar dan menunggu saja kabar baik dariku." Klik! Panggilan diputuskan begitu saja. Tom meneguk minumannya dengan amarah yang tertahan. Wanita ini sudah membuat hidupku kacau. "Hei, kalian!" panggil Tom ke bawahannya. Beberapa anak buah segera menghadap. "Ya, Bos." "Ambil anak Sarah saja. Kurasa itu lebih gampang dari menginginkan Sarah!" "Baik, Bos!" Para anak buahnya segera berpencar setelah beristirahat sejenak, untuk mencari keberadaan Sarah dan anaknya Deon. Sementara itu Bram, kepala pelayan tua yang tidak perlu diragukan roayalitasnya kepada Luca tersenyum lebar. Pria tua itu berhasil menyel
"Selalu terburu-buru! Nyawa orang bisa jadi taruhannya!" geram Sarah.Dengan membawa bungkusan plastik berisi kaleng susu dan botol susu yang baru, Sarah bergegas menuju ke kamarnya. Alangkah paniknya saat dia menemukan pintu kamar sudah terbuka."Deon!" teriak Sarah dengan panik.Sarah teringat mobil van yang hampir menabraknya tadi. "Sial! Pria dalam mobil van itu mengambil anakku!"Sementara Luca dan para anak buahnya berhasil sampai di Motel yang sama. Luca keluar dari mobil dengan panik karena berdasarkan informasi dari beberapa anak buah Tom yang dia hajar, mereka sudah sampai di Motel ini dan tugas mereka adalah memantau keberadaan Sarah untuk mengambil anaknya.Dengan langkah tergesa-gesa, Luca bergegas menuju ke dalam motel. Di saat yang sama, Sarah turun dari tangga dengan panik berteriak. "Anakku! Mereka mengambil anakku!" teriak Sarah dalam tangisannya.Tiba-tiba kedua orang itu mematung dan saling bertatapan.Suasan