"Selalu terburu-buru! Nyawa orang bisa jadi taruhannya!" geram Sarah.
Dengan membawa bungkusan plastik berisi kaleng susu dan botol susu yang baru, Sarah bergegas menuju ke kamarnya. Alangkah paniknya saat dia menemukan pintu kamar sudah terbuka.
"Deon!" teriak Sarah dengan panik.
Sarah teringat mobil van yang hampir menabraknya tadi. "Sial! Pria dalam mobil van itu mengambil anakku!"
Sementara Luca dan para anak buahnya berhasil sampai di Motel yang sama. Luca keluar dari mobil dengan panik karena berdasarkan informasi dari beberapa anak buah Tom yang dia hajar, mereka sudah sampai di Motel ini dan tugas mereka adalah memantau keberadaan Sarah untuk mengambil anaknya.
Dengan langkah tergesa-gesa, Luca bergegas menuju ke dalam motel. Di saat yang sama, Sarah turun dari tangga dengan panik berteriak. "Anakku! Mereka mengambil anakku!" teriak Sarah dalam tangisannya.
Tiba-tiba kedua orang itu mematung dan saling bertatapan.
Suasan
Sarah memukul tubuh Luca yang memeluknya dengan pukulan asal dan bertubi-tubi. Kedua matanya memerah."Kembalikan Emma dan Timothy!" teriaknya dengan panik.Luca menahan pukulan dari Sarah karena wanita itu butuh pelampiasan atas amarah dan kebenciannya."Sarah, bukan ... dengar dulu!"Karena gerakan Sarah yang tidak juga berhenti memukulnya, Luca mengambil inisiatif mencium wanita itu.Hmmpt hmmmpt!Ciuman yang lembut membuat Sarah pelan-pelan terbuai, ingatannya mulai kembali ke masa lalu, ciuman yang membuat dirinya merasa terbang.Gelora yang sama, rasa yang sama, gairah yang sama. Samar-samar, Sarah merasakan bahwa pria ini adalah seseorang yang pernah menyentuhnya dan mereka pernah melakukan hubungan yang intim. Desiran halus dalam hati Sarah membuatnya terbuai dalam ciuman yang dalam.Karena wanita dalam pangutannya sudah tenang, Luca melepaskan bibirnya dan menatap Sarah dengan perasaan tulus."Aku sudah mencarimu
"Bos, kami menemukan anak Anda!" seru salah seorang dari mereka dengan suara terengah-engah, meskipun tampak gembira karena berhasil menemukan anak bos mereka.Luca bangkit dari ranjang dan bergerak menuju pintu kamar.Hati Sarah berdebar kencang dalam dadanya. Dia berusaha menjaga ketenangan meskipun rasa cemasnya begitu mendalam."Kalian berhasil! Di mana dia?" tanyanya sekali lagi dengan mata berbinar-binar penuh harap.Anak buah Luca itu mengangguk cepat, senyuman kemenangan terukir di wajah mereka. "Iya, kami mengikuti petunjuk dan akhirnya menemukannya di salah satu rumah milik Tom dekat pergunungan Evelyn. Dia dalam kondisi baik, Bos.""Perumahan Evelyn? Jauh sekali dia membawa anakku?""Bukankah kamu mengatakan bahwa Deon baru saja menghilang?"Luca menoleh ke arah Sarah yang mengangguk dengan tegas.Sarah merasa seolah dunianya berputar. Rasa lega dan sukacita menyatu dalam gelombang emosional yang melanda hatinya. Tan
Luca membalas tatapan Belinda dengan wajah dingin. "Mengapa kamu masih berada di sini? Bukankah kamu sudah memutuskan untuk pergi? Kamu tahu pernikahan kita ini hanya palsu!"Belinda malah memilih tertawa daripada menjawab pertanyaan Luca. "Pernikahan kita memang palsu, namun tidak ada yang membuat kita bercerai kecuali kamu memenuhi syarat dari Ayahku," sahut Belinda sambil memainkan kukunya yang diwarnai dengan rapi.Sarah mencoba tetap tenang meskipun merasakan kehadiran Belinda begitu mengancam. Dia memilih diam dan menyimak pembicaraan Luca dengan wanita yang meng-klaim dirinya sebagai istri Luca tersebut."Ahh, anak itu sudah tertidur. Lihat betapa lucu dia. Aku akan memiliki anak dari Luca yang lebih ganteng dari itu ... " Belinda menghentikan kalimatnya sambil menlirik Luca." ... bila Luca memberikan kesempatan kepadaku," lanjutnya.Luca langsung menjawab dengan ketus, "Jangan bermimpi!"Belinda hanya tertawa dengan nada meren
"Sudah seminggu lebih dan kamu, bahkan tidak berada di sini!" seru Luca dengan kesal.Melihat kekacauan ini, Sarah merasa campuran antara kejutan dan ketidaknyamanan. Dia mencoba menutupi rasa malunya dengan senyuman tipis, tetapi dalam hatinya, dia merasa tercabik. Sementara itu, Luca, meskipun mencoba tetap tenang, tidak bisa menyembunyikan ekspresi bingungnya.Kamar yang berserak ini menjadi saksi bisu dari drama emosional yang berkecamuk di antara mereka, mencerminkan konflik yang dalam dan ketidakstabilan dalam hubungan rumah tangga mereka.Suasana yang penuh ketegangan dan keanehan menyelimuti ruangan, keheningan yang terasa nyaring mulai terjadi di antara mereka.Setelah memutar otaknya sejenak, Luca yang merasa kesal melihat perilaku istrinya. Dia menatap Belinda dengan serius. "Cukup, Belinda. Ini bukan waktu atau tempat yang tepat untuk berbicara seperti itu.""Tidak ada gunanya kamu bersandiwara. Apakah kamu yakin itu adalah aku? A
"Kamu tidak usah ikut aku ke kamar. Sudah waktunya bagiku untuk istirahat," ucap Sarah lalu melambaikan tangannya meninggalkan Luca yang mematung dan menatapnya dengan pandangan tidak percaya.Namun, sesaat kemudian, Sarah membuka pintu dan Luca merasa terharu, akan tetapi kembali kecewa karena tenryata, Sarah hanya ingin mengambil Deon yang berada dalam gendong Luca dan segera pergi masuk kembali ke kamar lalu menutup pintu, meninggalkan Luca yang terdiam di sana."Kurang ajar, ini mansionku dan dia melarangku masuk ke kamarnya," geram Luca.Dengan kesal dia berdiri. Para pelayan terkejut serentak. Melihat Tuan Besar mereka berjalan mendekati kamar, membuka pintunya lalu masuk ke dalam kamarnya."Tunggu! Sarah!"Sarah menghentikan aksinya untuk membaringkan Deon ke atas ranjang. Wanita itu memandang Luca dengan pertanyaan. "Ya?""Kalian semua sudah boleh pergi," ucap Luca membubarkan semua pelayan tersebut."Baik, Tuan.""Bila
Meskipun tidur, pikiran Luca terus berputar dalam rencananya untuk membalas dendam kepada keluarga Gonzales. Dalam kegelapan malam, niat jahatnya semakin menguat, dan hatinya yang penuh dengan dendam semakin mendorongnya untuk melangkah lebih jauh.Luca hanya bisa tertidur beberapa jam. Luca terbangun dari tidurnya dengan mata yang bersinar penuh dengan keinginan kejam. Dia melihat Deon dan Sarah tertidur pulas di atas tempat tidur, tampak tak berdaya di bawah bayangannya yang gelap."Malam ini, keluarga Gonzales akan membayar atas semua penderitaan yang mereka sebabkan padaku."Dengan langkah perlahan, Luca mengambil langkah-langkah menuju ke samping lemari lalu menekan sebuah tombol rahasia.Sebuah pintu tiba-tiba berputar dan sebuah lorong panjang terlihat. Luca segera melangkah masuk lalu menekan tombol penutup pintu dari dalam. Ternyata di sana adalah tempat dia menyimpan rahasia tergelapnya. Dia menarik keluar senjata yang telah dia sembunyikan, mat
Luca meninggalkan rumah kediaman keluarga Gonzales setelah melihat betapa kehancuran dalam rumah tersebut. Semua barang berharga milik pria itu dirampas oleh anak buah Luca."Bawa semua! Kosongkan rumah ini dan hanya bersisa pakaian yang melekat di tubuh mereka. Semua surat berharga menjadi milikku!" perintah Luca dengan semua kemarahan.Gonzales terduduk dengan lesu dan patah semangat. Tidak ada jalan lagi bagi dia karena sudah berani mengacaukan hidup seorang Luca.Nyawa mereka bertiga akan terancam kapan saja. Luca duduk di hadapan mereka dengan pistol di tangannya. Sebuah peluru yang siap diledakkan kapan saja."Bagaimana dengan istrimu?" Gonzales bertanya dengan suara gemetar."Kalian lucu dan bodoh! Apakah aku akan menganggap putrimu yang jorok itu sebagai istriku?"Gonzales melihat ke arah istrinya pada saat Luca mengatakan hal tersebut. Putri yang mereka sayangi dianggap jorok."Luc, mengapa kamu mengatakan dia jorok?" tanya i
"Luca! Ini tidak adil!" teriak Gonzales dengan panik.Namun, Luca sudah melangkah pergi dengan diikuti asisten Gonzales yang menggendong banyak dokumen di tangannya.Gonzales, istri, dan anaknya dibawa ke hutan oleh anak buah Luca. Mereka tidak tahu apa yang menanti mereka di sana, tetapi ketakutan melingkupi hati mereka saat akan berangkat.Di tengah langkah mereka menuju ke mobil, Gonzales menyaksikan bagaimana rumah mewah miliknya benar-benar dikosongkan oleh anak buah Luca.Gonzales berusaha melawan ketakutan yang melanda hati mereka. Mereka berusaha untuk tetap teguh meskipun nasib mereka tampak semakin suram. Namun, keputusasaan mereka hanya membuat situasi semakin genting.Gonzales, dengan tekad yang kuat, mencoba untuk memimpin keluarganya dengan semangat perlawanan. Mereka berusaha untuk menemukan cara untuk melawan, tidak ingin menyerahkan hidup mereka begitu saja kepada kejahatan yang melanda."Kita harus mencoba melarikan diri. K