Melya tersenyum penuh kebahagiaan, mereka pun masuk ke dalam mobil bersama menuju ke wahana permainan.
Sebuah gambaran yang membahagiakan mereka jalani selama berada di wahana. Andrew seperti mendapatkan seorang ayah yang selama ini ia impikan, sementara Melya seperti mendapatkan seorang suami dan ayah bagi anaknya.
Apa yang Bram rasakan sungguh tidak dapat diuraikan. Sebuah keluarga kecil yang diimpikan oleh semua laki – laki.
Jam dan menit berlalu dengan cepat. Hari sudah menjelang malam. Andre tertidur pulas dalam gendongan Bram karena pria kecil itu sudah capek bermain.
Mereka sudah selesai makan dan bermain dengan puas. Masih ada 1 jam sebelum waktu menunjukkan pukul 11.
“Masih mau main apa? Jagoan kecil kita sudah tertidur,” tanya Bram sambil melirik Melya.
Melya menggelengkan kepalanya. Mereka duduk di kursi taman menikmati lampu warna – warni yang tertata rapi di wahana.
“Aku merindukanmu,”
Melya yang dengan malu – malu sangat merindukan sentuhan Bram karena sudah 5 tahun dia tidak pernah melakukan hubungan apapun dengan Luca. Luca sangat dingin seperti robot. Sentuhan Bram menimbulkan gairah yang sudah terpendam lama karena dia adalah wanita normal. “Apakah kamu ingin aku melanjutkannya?” bisik Bram ke telinga Melya dengan mata yang nanar dan desahan maskulinnya terdengar syadu. “Hmmm…,” Melya hanya mendesah dengan suara seksinya. Bram memberanikan diri menyentuh bagian Melya yang sensitive. “Kamu sudah ...,” ujarnya kembali dengan bisikan mesra. “Mau?” tanya Bram kembali memastikan. Dengan malu – malu, Melya menganggukkan kepalanya. Malam panas selama 1 jam pun mereka penuhi dengan penyatuan penuh gairah dan cinta. Mereka mengalami pelepasan berkali-kali. Bila tidak mengingat bahwa pengawal dan supirnya akan kembali setelah selesai makan. Mungkin saja Bram tidak akan melepaskan Melya sampai pagi.
Sesuai dengan keinginan Kakek, Luca menjalani kehidupan kekeluargaan yang diatur olehnya. Sementara di perusahaan, Luca menjadi seorang CEO yang mengatur hampir semua pekerjaan Kakek. Juga mengurus hal-hal dalam keluarga mafia serta perebutan kekuasaan yang selalu terjadi.Beberapa proyek obat-obatan terlarang pun sudah berhasil didapatkan Kakek dan pembangunan real estate mewah sedang dilaksanakan untuk periode 5 tahun ke depan.Kakek merasa bahagia karena Andrew adalah seorang anak periang yang lincah. Kakek tidak peduli terlalu banyak dan membiarkan Luca hidup dalam alur kehidupan yang sudah dirancangnya sedemikian rupa.Mereka selalu sarapan dan makan malam bersama, tanpa mereka tahu bahwa Luca tidak pernah tidur bersama dengan Melya maupun Andrew.“Bram… aku udah selesai mandi dan mau tidur,” ucap Melya sambil mengelap tubuhnya yang basah dengan sebuah handuk.“Sayang, aku menginginkanmu,” ucap Bram dengan
Bunga benar – benar dihajarnya habis – habisan dengan berbagai gaya, Bram seperti orang yang mengkonsumsi obat perangs*ng padahal ia sangat sadar dan fit. Tidak ada obat yang dia makan sama sekali.Setelah beberapa kali pelepasan, Bram masih tidak ingin melepaskan gadis yang sudah pingsan dari tadi.Bram bangkit berdiri dan mengambil sebuah handuk kecil basah dari kamar mandi, kemudian membersihkan tubuh Bunga yang berdarah dan kelihatan bengkak. Bram seperti kesetanan dan menyiksa gadis polos itu.Terdengar suara desahan halus Bunga.“Errghhh…”Suara desahannya terasa seksi, Bram menghentikan aksinya kemudian bergerak ke atas, mencium perut Bunga yang rata.Bram tidak mau melepaskan Bunga walau tubuh Bunga sudah penuh dengan biru – biru tanda kepemilikan yang dibuatnya dan kembali melakukannya berkali – kali.***Sementara tidak jauh dari kota di mana Luca tinggal, Deon sudah berumur
Sarah melirik ke arah Michael seolah mencari pembenaran. Michael menganggukkan kepalanya. Sedikit takut dan khawatir. Walau pun dia mencoba mengisi kehidupan Sarah sebagai seorang suami, tetapi wanita itu tetap memilih kesendirian dan melupakan masa lalu yang tidak mampu diingatnya sama sekali.“Saya tidak pernah berniat melakukan hal yang tidak sopan,” ujar Sarah dengan sopan.“Terus kenapa kalian peluk – pelukan disini?” bisik beberapa karyawan yang terlihat suka mencari tahu kesalahan orang. Padahal Michael adalah majikan mereka.“Sejak kapan kalian mulai berani mencampuri urusanku?” tanya Michael dengan melayangkan tatapan tajam kemudian sesaat setelah tidak ada yang menjawab pertanyaannya, Michael membubarkan mereka.“Hubungan kami, tidak seperti yang kalian bayangkan. Sarah…, biarkan saja mereka tenggelam dalam pikirannya. Kita selesaikan pekerjaan masing – masing.”Sarah meng
"Kamu akan makan malam bersama klien sementara aku selalu harus menunggu waktu yang tepat untuk makan malam bersamamu," ucap Michael dengan ketus.Ting… lift sudah sampai di basement parkir mobil.“Aku merasa nyaman sendiri, itu harus Michael ingat sampai kapanpun,” lanjut Sarah sambil melangkah keluar dari lift tanpa mempedulikan reaksi Michael mendengar perkataannyaSarah melangkah keluar dari lift itu dan diikuti oleh Michael di belakangnya."Sarah," panggil Michael sekali lagi.Sarah menoleh, memberikan senyuman sambil membuka pintu mobil dan meletakkan tasnya di belakang jok duduk. Dia memilih untuk tidak menjawab apapun dengan menggelengkan kepalanya, supaya hubungan meraka tidak semakin kacau,Pada saat seperti ini memang tidak akan terasa pas waktunya untuk menjawab apapun, karena sifat Michael yang tidak pernah mau kalah.Sarah hanya menghela nafas panjang. Memijit kepalanya yang penuh dengan persoala
“Baik, Tuan,” sahut suara di seberang.“Bagaimana?” tanya sang supir .“Mari kita pergi membeli sebuah cincin berlian," ujar Michael dengan penuh semangat.Supir tersenyum.“Apa yang harus kulakukan?” tanya Michael dengan gusar."Apakah aku langsung melamarnya?"“Tidak usah melakukan apa – apa. Saya percaya Nyonya SArah sangat mengerti Anda. Jadi bersikap seperti biasa saja. Saat memberikan cincin besok, biarlah cincin itu berbicara. Apakah dia akan merasa tersanjung atau menganggap Anda sebagai seorang teman. Terimalah dengan ikhlas."Bram menundukkan kepalanya dengan malu. dan khawatir.“Bagaimana dengan Sarah?”“Hmm… Sarah akan melakukan apa yang ada dalam hatinya, bukahkah itu yang ingin Anda ketahui juga?" Sang supir yang bijaksana berkata-kata sambil tersenyum.“Kadang orang tidak membutuhkan banyak hal selain sebuah ketulus
Deon kembali menyembunyikan kepalanya, mengernyitkan dahinya. Seperti berpikir dengan keras. Apa yang disampaikan Mamanya memang ada benarnya.“Baiklah.” Deon menghela nafas dengan berat.“Mama mandi dulu, nanti kita makan bersama, Mama akan pesan cemilan ringan sebelum tidur,” ujarnya sambil berlalu.Sarah terdiam sejenak kemudian bergumam sendiri, “Dia belum bisa menerima kenyataan. Michael bukan Ayah kandungnya.”Kehidupan mereka memang berubah menjadi stabil sejak mereka hidup bersama Michael dalam apartemen yang sama.Sarah tidak perlu merasa ketakutan terhadap Luca. Sarah juga tidak kesusahan mencari pekerjaan karena Matteo memberikan semua kebutuhan hidup mereka.Penghasilan lebih dari cukup. Kesejahteraan sudah mereka dapatkan. Deon, anak Sarah juga ditempatkan di sekolah Internasional dengan kualitas pendidikan yang bagus.Tentu saja biaya pendidikan Deon cukup mahal, sehingga m
“Ohya, Pesta Deon?” tanya Sarah sesaat kemudian.“Paman Matteo sudah memikirkan hal itu. Kita biarkan mereka yang mengatur pesta itu saja. Mama tidak pernah meragukan kasih sayang mereka kepada Deon.”“Ya, Paman Matteo sering mengatakan ingin Deon menjadi menantunya kelak,” ujar Deon sambil tertawa.“Urusan ke masa depan, biarlah kamu sendiri yang menentukan. Kita tidak usah ikut campur. apalagi menjodohkan. Belum tentu itu memang jodohmu, Nak.”Sarah menganggukan kepala lalu melanjutkan kalimatnya. “Tapi mama pernah memikirkan, seandainya Deon dijodohkan dengan putri mereka satu – satunya. Maka kehidupan Deon ke depannya setidaknya sudah terjamin.”Sarah tersenyum, menunggu reaksi Deon sebelum menyelesaikan kalimatnya.“Deon agak sedih karena Mama belum mempunyai pasangan sampai saat ini. Deon tidak ingin hal itu terjadi kepada Deon juga.”