Share

Bab 3. Meledak!

Mereka telah berkendara selama beberapa jam, menuju pedesaan yang jauh dari pusat kota yang berbahaya. Namun, semakin jauh mereka pergi, semakin tidak enak perasaan Luca. Dia masih saja berkeringat dengan sangat banyak, lebih banyak lagi dari detik ke menitnya.

Sarah memperhatikannya dengan khawatir. "Luca, apa yang terjadi padamu? Kamu terlihat pucat."

Luca mencoba tersenyum padanya, tetapi senyumnya pucat. "Hanya rasa lelah, Sarah. Tidak apa-apa."

Namun, beberapa saat kemudian, Luca hampir kehilangan kendali atas mobilnya. Sarah yang ketakutan mencoba untuk memegang setir. "Luca, kita harus berhenti. Kamu tidak baik-baik saja."

Luca berusaha keras untuk tetap sadar, tetapi tubuhnya tidak mendengarkan perintahnya. Dia akhirnya merasa pandangannya kabur dan mengucapkan kata-kata terakhir sebelum pingsan, "Berhenti..."

Luca menginjak rem dengan kuat. Pria itu tidak berkuasa lagi menahan serangan dalam dirinya.

Mobil mereka akhirnya berhenti di tepi jalan yang sepi. Sarah panik ketika melihat Luca pingsan di sampingnya, dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Dia membuka pintu mobil dan mencoba untuk membangunkan Luca, tetapi dia tidak merespons.

"Luca! Luc! Bangun!"

Saat Sarah ingin mencoba menghubungi nomor darurat, dia melihat sesuatu yang aneh. Tubuh Luca berkeringat dengan sangat banyak, bahkan dalam cuaca yang dingin seperti ini.

Naum, sialnya. Ponsel jadul itu tetap tidak berfungsi karena tidak mendapatkan sinyal dari jaringan mana pun.

Keringat itu mengucur deras dari tubuh Luca, seolah-olah dia sedang mengalami serangan panas yang sangat buruk.

"Apakah dia dalam pengaruh nark*ba? Aku bisa terlibat di kepolisian bila memang benar dia pecandu, astaga!"

Beberapa saat kemudian, Sarah melihat cahaya mobil dalam jumlah banyak dari kejauhan. Sekelompok mobil hitam mendekati mereka.

"Astaga, mereka masih juga mengejar! Luca adalah target mereka!"

Sarah merasa semakin panik, karena dia tahu bahwa musuh Luca tidak akan pernah berhenti mencari mereka. Dia mencoba mengguncangkan Luca kembali, berteriak pada pria itu untuk bangun.

Luca akhirnya membuka mata dengan susah payah, tetapi pandangannya masih kabur. "Sarah... apa yang terjadi?"

Sarah mencoba menjelaskan situasi mereka, tetapi dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Luca. Tubuhnya masih berkeringat dengan sangat banyak, dan dia terlihat sangat lemah.

Luca pingsan kembali dengan wajah yang pucat seperti mayat.

Sekelompok pria dari mobil hitam sudah muncul di sekitar mereka. Mereka adalah orang-orang yang mencari Luca, dan sekarang mereka telah menemukannya dalam kondisi yang sangat rentan.

Sarah hanya mematung dan mengangkat kedua tangannya.

"Aku hanya terlibat tanpa sengaja. Aku tidak mengenalnya. Dan aku juga sudah memanggil polisi. Mereka akan tiba dalam  1 menit ke depan," ucap Sarah dengan tidak berdaya.

Sarah semakin gemetaran karena kondisinya juga mungkin membahayakan dirinya. Para mafia itu mungkin akan menghilangkan saksi.

"Pria ini sudah mati," kata salah satu dari mereka dengan suara ketus dan tatapan dingin.

Sarah merasa putus asa, tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa.

"Apakah dia benar-benar sudah mati?" tanya Sarah dalam hati dengan penuh kekhawatiran.

Luca benar-benar lemas, dan dia tahu bahwa mereka berdua berada dalam bahaya besar. Pria itu sengaja tidak membuka kedua matanya dan berharap para kawanan itu meninggalkan mereka.

Pria itu yang berbicara tadi mengeluarkan sebuah botol kecil dan menyemprotkan isinya ke kaki Luca.

"Arrghh!" teriak Luca dengan panik.

Tubuhnya terasa panas dan perih. Para kawanan mafia itu terkejut dan mundur.

"Lihat, ternyata dia masih hidup!" pekik seorang pria dengan mata mendelik dan terkejut.

"Itu adalah racun, kalian benar-benar biadab!" pekik Sarah karena melihat asap mengepul dari obat yang dituangkan tersebut seolah membakar kulit kaki Luca. Sarah merasa marah lalu melayangkan pukulan kepada salah satu pria yang sedang menahannya.

Obat itu adalah bagian dari upaya untuk para mafia yang akan membuat tubuh korban terluka dan hancur menjadi debu.

Luca mengerang dalam penderitaan, tubuhnya sekarang berkeringat dengan sangat banyak. Namun, ini juga memberinya kekuatan terakhir untuk bergerak lagi. Dengan cepat, dia menendang beberapa pria yang belum siaga atas pukulannya, lalu melompat ke kursi pengemudi dan mencoba untuk menjalankan mobil.

Sarah yang terkejut berlari ke arahnya. "Luca, apa yang kamu lakukan?"

"Kita harus pergi," gumam Luca dengan napas yang terengah-engah. "Mereka tidak boleh mendapatkan kita."

Sarah segera ikut masuk ke dalam mobil dan mengencangkan sabuk pengaman. Mobil dipacu dengan tekanan gas tinggi meninggalkan para kawanan yang masih kesakitan akibat pukulan dari Luca dan Sarah yang asal pukul.

Mobil mereka memacu dengan cepat ke depan, sementara mobil-mobil hitam itu mengejar mereka dengan keras.

Pertarungan berbahaya ini telah memasuki babak baru, dan Sarah dan Luca sekarang harus berjuang untuk hidup mereka sendiri dalam pelarian yang mematikan.

Keadaan Luca semakin tidak stabil karena pengaruh obat perangsang dan tetesan obat yang melemahkan ototnya serta luka bakar yang perih.

Namun, dia tetap mengerahkan segala tenaga yang tersisa untuk menjalankan mobil mereka. Sarah duduk di sebelahnya, takut dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Mobil mereka melaju dengan kecepatan tinggi di jalan yang semakin berliku-liku, masuk ke dalam hutan yang gelap.

Luca merasa jantungnya berdebar kencang, dan keringat terus mengucur dari tubuhnya. Tubuhnya terasa panas, dan pandangannya semakin kabur. Dia semakin kehilangan tenaganya. Dia tahu bahwa dia harus menghindari kejaran musuh yang semakin mendekat.

Namun, pengaruh obat itu semakin mempengaruhi kesehatannya. Dia mulai merasa pusing dan tidak stabil dengan sisa tenaga terakhir yang dimiliki.

Meskipun dia mencoba keras untuk tetap fokus, dia akhirnya kehilangan kendali atas mobilnya.

Mobil mereka meluncur dengan cepat menuju sekelompok pohon yang tumbuh rapat di hutan.

"Aaahhhhh ... " Sarah berteriak dengan kengerian dan ketakutan sementara Luca berusaha keras untuk menghindari tabrakan itu, tetapi refleksnya semakin terganggu oleh pengaruh obat yang kuat dengan otot yang lemah dan semakin lemah.

Dengan kecepatan yang mengerikan, mobil mereka akhirnya menabrak pohon besar dengan benturan keras.

Kaca-kaca pecah, dan suara metal yang berderit mengisi udara. Sarah dan Luca terlempar di dalam mobil, mengalami benturan yang hebat.

Saat mobil akhirnya berhenti bergerak, semuanya menjadi gelap bagi Luca. Tubuhnya terasa sakit, dan dia merasa sangat lemah.

Dia mencoba untuk tetap sadar, tetapi dunianya menjadi semakin kabur.

"Sarah ... maafkan aku!"

Sarah terlempar tak jauh dari posisi Luca berada. Tubuhnya lemas dan terluka, tetapi dia masih sadar. Dia berusaha untuk mendekati Luca yang pingsan. "Luca, bangun! Tolong, bangun!"

Dia mencoba untuk memeriksa luka Luca, tetapi dia tahu bahwa mereka harus segera meninggalkan mobil yang rusak itu sebelum musuh mereka menemukan mereka.

Sarah mencoba untuk mengangkat Luca yang pingsan agar menjauh dari mobil yang hancur.

Hutan itu gelap dan hujan masih turun dengan deras. Sarah membawa Luca menjauh dari mobil yang hancur, mencari tempat berlindung yang aman di dalam hutan.

Namun, dia juga tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan Luca. Pengaruh obat itu membuatnya semakin tidak stabil, dan dia merasa panik.

Saat mereka terus merayap melalui hutan yang lebat, Luca mulai bergerak-gerak dengan tidak sadar. Tubuh Luca mengalami kejang-kejang.

Sarah panik, mencoba untuk membuatnya tetap tenang. "Luca, tolong bangun! Kita harus keluar dari hutan ini!"

Namun, Luca semakin tidak stabil, tubuhnya terasa panas, dan dia semakin kesulitan untuk bernapas.

Sarah tahu bahwa mereka harus segera mendapatkan pertolongan medis, tetapi mereka terjebak dalam hutan yang gelap dan jauh dari kota.

Sementara tidak jauh dari posisi mereka berlari, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang menggema.

Boom!

Sarah dan Luca tahu bahwa mobil yang mereka bawa tadi sudah meledak.

Para mafia juga yang mengejar luca tersenyum penuh kemenangan karena sudah pasti Luca mati menurut mereka.

Mereka yakin bahwa kedua target mereka telah tewas dalam ledakan mobil itu. Mereka bahkan merasa tidak perlu repot mencari-cari lagi.

Mereka berdiri di sekitar ledakan, agak jauh dan memandang asap yang mengepul serta kobaran api dari mobil tersebut.

"Tidak mungkin mereka bisa selamat dalam ledakan seperti itu."

"Ayo, mari kita melapor, mereka sudah pasti meninggal. Obat ini akan melumpuhkan siapapun, Luca pasti tidak sanggup bergerak sehingga menabrakkan mobilnya ke pohon."

Tawa kemenangan terdengar seiring kepergian mereka menuju kembali ke jalan besar.

"Ayo, pergi. Bos akan senang mendengar hal ini!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status