Setelah Guan Lin menyelesaikan kalimatnya, suasana tiba-tiba menjadi hening. Keduanya merasa canggung. Mengapa kata-kata mereka terdengar aneh?Setelah keduanya berpikir cukup lama, mereka akhirnya menyadari kalau perkataan mereka seperti perkataan janji yang biasanya diucapkan oleh pasangan. Pemikiran ini membuat keduanya menjadi semakin merasa canggung. Li Jianli memalingkan mukanya dan berpura-pura melihat-lihat ke arah lain, dalam pikirannya saat ini dia merasa ingin menggali tanah dan bersembunyi di dalam lubang.Guan Lin melihat wajah Li Jianli yang sedikit bersemu merah. Kedua sudut bibirnya melengkung tanpa sadar. Entah mengapa dia merasa Li Jianli terlihat sedikit lucu.Setelah hening yang cukup lama, Guan Lin akhirnya berdehem pelan, "sepertinya ini sudah sore. Bukankah aku perlu meminum obatku lagi?"Li Jianli tersentak. Dia melihat ke arah roti kukus daging yang masih dipegang Guan Lin, "cepat habiskan rotimu. Setelah ini, aku akan membantumu minum obat.""Hmm." Guan Lin m
Sementara itu, di Gunung Naogui, tempat Sekte Jin Jian berada. Guan Long, pemimpin Sekte Jin Jian menatap 3 orang di depannya dengan mata berkilat marah. Dia meremas cangkir teh di tangannya hingga hancur berkeping-keping. Darah menetes keluar, namun Guan Long seakan-akan tidak merasakan sedikitpun rasa sakit di tangannya."Apa yang kalian katakan?" Suaranya sangat dingin hingga membuat semua orang yang ada di dalam Aula Sekte Jin Jian gemetar ketakutan. Meskipun cuaca masih cukup sejuk, namun keringat mulai membasahi kening dan pakaian mereka."Tuan, maafkan kami! Kami sangat tidak mampu!" Mo Xiang, salah satu rekan terdekat Guan Lin bersujud, wajahnya dipenuhi dengan rasa penyesalan."Ketika kami datang, Guan Lin tidak dapat ditemukan. Hanya ada jejak darah di tanah, dan juga ini …." Xi Guangan tidak mampu melanjutkan kata-katanya. Dia mengeluarkan sobekan baju berwarna hitam. Seketika, bau darah yang sangat pekat menyebar keluar dari potongan kain itu. Dia meletakkan potongan baju
"Karena aku ingin," jawab Guan Lin singkat.Xue Ming terdiam. Laki-laki di depannya ini, mengapa dia begitu sulit untuk diajak berbicara? Namun begitu dia melihat kembali aura yang dikeluarkan oleh Guan Lin, dia tidak berani mengatakan apapun lagi."Baiklah, baiklah. Seperti yang kamu tahu, desa kami miskin dan terpencil. Tidak ada apapun yang menguntungkan di sini," kata Xue Ming. Setelah beberapa saat, dia kembali melanjutkan perkataannya, "aku memiliki beberapa rumah yang ingin dijual oleh pemiliknya. Kamu bisa melihat-lihat dan memilihnya sendiri.""Hmm," gumam Guan Lin dengan anggukan."Kalau begitu, ayo ikuti aku," ajak Xue Ming. Dia berdiri dan berjalan keluar dari ruang kerjanya. Ketika keduanya tiba di halaman, mereka bertemu dengan Li Jianli dan Xue Nuan yang baru saja masuk."Kepala Desa Xue," sapa Li Jianli dan Xue Nuan bersamaan."Kalian di sini. Apakah kalian membutuhkan sesuatu?" tanya Xue Ming. "Kepala Desa Xue, ada hal yang ingin aku tanyakan," kata Li Jianli mengaw
Wajah Guan Lin tanpa ekspresi ketika mendengar perkataan Xue Ming, namun dia merasa cukup senang dengan ide yang dilontarkan Xue Ming. Itu akan menyelamatkannya dari membuang-buang waktu karena melihat-lihat tempat lainnya."Baik," jawab Guan Lin."Kalau begitu, mari, kita berangkat sebelum matahari semakin tinggi," ajak Xue Ming.Keempatnya berjalan menuju rumah keluarga Xue Nuan. Jaraknya sekitar 10 menit dengan berjalan kaki dari rumah Xue Ming. Pemandangan ini tentu saja menarik perhatian penduduk desa yang sedang lewat ataupun yang sedang menggarap ladang mereka. Terutama penampilan Guan Lin yang asing bagi mereka."Kepala Desa Xue, kemana kamu akan pergi?" Seseorang yang tidak tahan berteriak dari ladangnya."Kami akan pergi melihat-lihat desa. Kembalilah bekerja!" perintah Xue Ming. Dia tidak ingin menjelaskan lebih lanjut mengenai keinginan Li Jianli dan Guan Lin. Mereka belum memutuskan apapun. Bila mereka jadi membeli tanah, hal ini tentu saja secara alami akan tersebar di m
"Jadi, ini tanah yang aku bicarakan," kata Xue Ming. Jari telunjuknya menunjuk ke arah sisi timur ladang, "ini membentang dari sisi timur hingga ke bagian barat."Li Jianli mengangguk puas, "apakah ini mencapai kaki Gunung Tian?""Ya," jawab Xue Ming. "Kamu akan bisa menemukan tanda yang membatasi tanah ini. Aku akan membawamu untuk melihat-lihat nanti.""Umm." Li Jianli mengangguk. Dia sama sekali tidak bisa menyembunyikan senyuman di bibirnya. Tidak buruk, dia bisa membeli ladang hanya dalam beberapa hari setelah dia pindah ke dunia ini. Sepertinya nasibnya di dunia ini akan sangat baik!Ladang ini tidak kosong. Ada tanaman gandum yang terlihat memenuhi ladang. Bulir-bulir gandum sudah mulai terisi. Melihat saat ini hampir akhir musim semi, sepertinya gandum akan bisa dipanen dalam waktu kurang dari 1 bulan.Li Jianli berjongkok, dia mengambil sedikit tanah dan menilainya kembali. Subur! Benar-benar subur! Dia tidak salah menilainya. Dia tidak bisa merasa lebih puas lagi."Kepala De
"Tuan Guan, apakah ada hal lain yang ingin kamu katakan?" tanya Xue Nuan.Guan Lin meliriknya sekilas lalu mengangguk. Ketika mereka melihat Guan Lin mengangguk, mereka segera kembali duduk mengelilingi meja dan menatapnya dengan serius."Nyonya Jing, aku ingin meminta bantuanmu," kata Guan Lin. Dia menatap Jing Yue dengan tatapan datar tanpa ekspresi. Namun entah mengapa, Jing Yue bisa merasakan sedikit bahaya dari Guan Lin."Kamu bisa mengatakannya," jawab Jing Yue cepat. Dia takut laki-laki di depannya akan marah kalau dia terlambat menjawab."Namaku Guan Lin dan aku membeli rumah di samping rumah kalian," kata Guan Lin. "Aku hidup seorang diri, dan aku tidak begitu pintar memasak. Bisakah aku memberimu 5 tael perak per bulan agar kamu bisa membiarkanku ikut makan sebanyak 3 kali sehari?"Jing Yue tercengang. Dia tidak menyangka ini akan menjadi permintaan Guan Lin. Dia ingin menolak. Rumah mereka hanya berisi 3 orang wanita dan 1 orang anak, tidak ada laki-laki dewasa di sini. Dia
Li Jianli tersedak teh yang sedang diminumnya, sedangkan raut wajah Guan Lin jatuh. Dia menatap Xue Bao dengan tatapan muram.Xue Nuan merasa punggungnya menjadi dingin, dia buru-buru meraih lengan Xue Bao dan memarahinya, "anak ini, berhentilah mengatakan omong kosong! Cepat, minta maaf kepada Tuan Guan!""Tuan Guan?"Binar di mata Xue Bao meredup. Dia kehilangan ayahnya ketika usianya masih sangat kecil. Bisa dikatakan, dia tidak memiliki banyak kenangan yang tersisa tentang ayahnya. Bahkan dia tidak terlalu mengingat sosoknya.Terkadang, Xue Bao merasa iri kepada teman-temannya. Dia juga ingin memiliki ayah seperti yang lainnya. Namun kata-kata Xue Nuan menyadarkannya. Mengapa tidak ada seorangpun yang ingin menjadi ayahnya? Selama ini dia sudah berusaha untuk menjadi anak baik.Xue Bao hanya bisa menundukkan kepalanya dengan sedih lalu berkata dengan suara yang terdengar lirih, "Paman Guan, maafkan aku.""Hmm." Guan Lin tidak ingin memperpanjang masalah ini dan membuang mukanya d
Gerakan sumpit Guan Lin terhenti di udara untuk sesaat, lalu kembali bergerak seolah-olah tidak ada yang terjadi, "aku bekerja sebagai guru bela diri.""Guru bela diri? Benarkah?" Semua orang terkejut. Tidak mudah untuk menjadi ahli bela diri. Dilihat dari perawakan Guan Lin, mereka bisa menebak kalau dia memang menguasai ilmu bela diri.Namun Xue Bao adalah satu-satunya orang yang tampak paling bersemangat. Dia kembali menatap Guan Lin dengan tatapan mata bersinar, "Tuan Guan, bisakah aku menjadi muridmu?"Jing Yue dan Xue Nuan ingin menghentikan niat Xue Bao. Dia baru akan berusia 3 tahun dalam 1 bulan. Dia terlalu kecil. Namun mereka tidak ingin Xue Bao kecewa. Biarlah Guan Lin yang menentukan dia ingin menerimanya atau tidak.Guan Lin melirik ke arah Xue Bao. Dia menatap perawakan kurus anak laki-laki kecil di depannya. Anak ini sangat kecil, dia bahkan membayangkan Xue Bao bisa terbang tertiup angin ketika angin berhembus.Guan Lin ingin menolak. Dia tidak menyukai anak-anak. Mer