Hari ini aku tidak ingin memikirkan kejadian kemarin. Yang sudah biarlah berlalu. Percuma juga kalau aku pikirkan, semua tidak akan selesai begitu saja. Aku hanya harus bersabar, itu yang harus dilakukan.
Entah kenapa, sejak beberapa kejadian belakangan, Mas Bayu jadi sering pulang ke rumah. Menurutku itu aneh, biasanya dia tidak peduli kepadaku.
Seperti semalam, dia pulang walaupun hampir jam sembilan malam. Aku sudah hampir terlelap saat itu. Jadi, aku biarkan saja dia. Tiba-tiba dia tidur di samping dan memeluk tubuhku dari belakang.
Mas, aku rindu kemesraan kita dulu. Mengapa sekarang begitu sulit merasakan kemesraan akhir-akhir ini? Setiap kali kamu mencoba untuk melakukan hal yang mesra, bayangan perempuan itu selalu datang di benakku.
Aku tahu ini semua salahku. Kalau saja aku tidak pergi membuntuti Mas Bayu hari itu, mungkin tidak akan pernah terbesit kalau ada perempuan lain di hidup Mas Bayu. Namun, kalau aku tidak melakukannya, mungkin
Sesuai dugaan awal, mereka sudah menyembunyikan semua barang bukti. Sebenarnya aku sudah mengetahui hal itu sejak awal. Karena rasa penasaranku yang terlalu tinggi, akhirnya aku memutuskan untuk mencari tahu sendiri. Sial.Omong-omong, aku sudah seperti detektif yang menyelidiki kasus saja. Alih-alih membuktikan kasus pembunuhan, aku justru membuktikan kasus perselingkuhan. Lebih sialnya lagi, kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh suamiku sendiri.Setelah beres merapikan apartemen, aku memutuskan untuk pergi. Mas Bayu sudah memerintahkanku untuk berkabar kalau ingin pulang. Merepotkan, aku tidak perlu bantuan dia untuk pulang ke rumah. Memangnya aku masih anak SD yang membutuhkan tumpangan? Mungkin dulu aku butuh, sekarang aku sudah muak berada di dekatnya.Lagi pula, aku belum mau pulang sekarang. Aku ingin pergi ke bioskop dulu. Ada satu film yang ingin sekali aku tonton. Film komedi yang katanya banyak ditonton orang.Taksi yang kutumpangi sudah men
Kejadian kemarin membuatku semakin yakin kalau Mas Bayu memang ada niat lain di balik sikap manisnya. Bisa jadi dia akan melepasku ketika sudah mendapatkan sesuatu yang dia harapkan. Namun, aku masih tidak tahu apa yang dia harap. Selama ini dia tidak pernah meminta apa-apa. Aku tidak bisa menebaknya. Pokoknya, apa pun yang dia pinta nanti, aku sudah harus siap memberikannya. "Sayang," sapa Mas Bayu. Tumben, biasanya dia memanggil namaku. Pasti ada maunya. "Kenapa?" Aku harus memberikan apresiasi pada diriku sendiri. Selama ini aku mampu menyembunyikan kecurigaanku pada Mas Bayu. Dia tidak tahu sama sekali kalau aku melihatnya di mal. "Aku mau tanya sesuatu," sahutnya. Dia menghampiriku yang sedang duduk di taman rumah dan merebahkan kepalanya di bahuku. Tuhan, bisakah aku melepas Mas Bayu? Aku takut kalau tidak bisa melepasnya suatu saat nanti. Lalu, aku harus berkata apa saat itu? "Apa, Mas?"
Ternyata benar apa yang orang ucap tentang badut. Mereka banyak yang memakai topeng tersenyum agar semua orang melihatnya bahagia. Padahal yang sebenarnya terjadi, kebanyakan dari mereka menyembunyikan masalah di balik topeng itu.Seperti yang aku lakukan pada Mas Bayu akhir-akhir ini. Aku enggan mengatakan kalau aku seorang yang menyembunyikan masalah, tetapi memang itu kenyataannya. Walaupun hubunganku dengan Mas Bayu mulai menyatu kembali, tetap saja ada hati yang tersakiti kala melhat wajahnya yang tersenyum.Kalian tahu yang namanya pengandaian? Aku merasa Mas Bayu melakukannya. Dia menganggapku sebagai perempuan selingkuhannya. Tidak masalah, aku juga sudah mulai menerima kalau hubungan ini tidak seharmonis dulu. Suatu saat nanti, aku akan meminta cerai dengannya.Tadi pagi, kami sudah melakukan hal itu lagi. Sepertinya permainan semalam masih belum membuatnya puas. Aku hanya menuruti kemauannya. Karena menurutku, setelah semua kemauannya terwujud, dia aka
“Sayang!”Itu suara Mas Bayu. Dia pulang hari ini? Mas Bayu semakin tidak jelas. Apa mungkin ini karena permainannya sudah mulai aku curigai?Aku berjalan membuka pintu kamar dan hendak ke bawah. Mas Bayu membawa benda besar seukuran tubuhnya yang masih ditutupi kain hitam. “Apa itu?”Sambil menuruni anak tangga, Mas Bayu membukanya perlahan-lahan. Aku langsung tersenyum ketika sebuah benda besar berisikan lukisan terlihat olehku.“Kamu suka, nggak?”Sudah jelas jawabannya. Aku langsung memperhatikan lukisan itu dengan cermat. Indah, warna-warni, dan menyejukkan hati. Lukisan ini bisa membuatku senang dalam waktu beberapa detik. Dia bisa menjadi barang yang membuatku tersenyum di kala sedih nanti.“Kamu beliin ini untuk aku?”Mas Bayu mengangguk mantap. “Aku udah pesan ini dari lama. Kamu pengin lukisan seperti ini, kan?”“Iya, Mas.” Aku tidak menyangka kal
Siang ini aku sudah rapi menggunakan pakaian santai. Ponselku menyala dan menampilkan layar catatan. Jariku terus menimang hal apa yang harus aku tambahkan di sana.Hal yang patut dipertimbangkan untuk bercerai. Minggu, 29 April 2020. Mas Bayu berbohong tentang perempuan yang berbicara dengannya di depan lift darurat. Dia pergi tanpa alasan jelas malamnya. Dia menjemput perempuan lain dua kali Dia mulai sering membentakku. Dia sering berbohong padaku.Astaga, sudah ada lima hal yang kutulis. Sepertinya akan bertambah satu, Mas Bayu menginginkan anak sebelum kami berpisah.Memangnya, aku sangat yakin untuk berpisah, ya? Seingatku kemarin tidak mau. Lucu sekali.Sejujurnya, orang yang mengatakan kalau kami akan berpisah setelah aku melahirkan ialah aku sendiri. Selama ini, hanya itu yang bisa kudapatka
Hari ini aku berencana untuk pergi ke klinik. Dari semalam kepalaku rasanya sangat sakit sekali. Aku tidak bilang apa-apa pada Mas Bayu. Takut dia banyak pikiran di pekerjaan dan jadi repot karena aku sakit.Mengapa jadi percaya diri kalau Mas Bayu akan memikirkanku?“Itu lo banyak pikiran, Cit.”Yang baru saja berbicara itu Kiki. Aku sengaja bercerita padanya karena aku kesepian. Padahal dia sedang repot dengan pekerjaannya, aku justru membuatnya tambah repot.“Gue mau ke klinik sekarang, Ki.”“Lo pergi sama siapa, Cit?” tanya Kiki sedikit memekik. Aku sampai menjauhkan ponsel dari telinga. Akhirnya, aku menyalakan pengeras suara agar tidak mendengar pekikannya yang kencang.“Sendiri, lah. Memangnya siapa yang mau nemenin gue? Suami?” Aku tertawa miris setelah mengucapkan itu. “Kayaknya dia nggak akan peduli kalau gue mati sekalipun, Cit.”Kiki menggumam tidak jelas. “
Tuhan pasti punya rencana lain di balik kehamilan ini. Pasti masih ada hal yang lebih baik di depan nanti. Tuhan tidak mungkin memberikan kesulitan melebihi kemampuan hambanya.Kata-kata itu selalu terngiang di hatiku dari semalam. Namun, tetap saja hati ini tidak tenang.Ibu macam apa aku ini? Bukannya senang karena diberikan kehamilan, aku justru sedih.Semalam Mas Bayu tidak pulang ke rumah. Dia bilang banyak urusan yang harus dia jalankan di kantor. Sesuai dugaanku, dia tidak akan pulang karena mengambil cuti kemarin.Sampai saat ini dia tetap tidak mengetahui kalau kemarin aku sakit. Dia juga tidak mengetahui kalau kemarin aku datang ke klinik. Bahkan, dia belum mengetahui kalau aku hamil.Haruskah aku bilang tentang kehamilan ini?Jawabannya harus, aku tahu itu. Bagaimana pun dia adalah suamiku, ayah dari anak yang ada di rahimku sekarang. Namun, aku masih takut untuk mengatakannya.Banyak pertanyaan yang akan muncul jika Mas Bayu meng
Satu kutipan menyadarkanku akan sesuatu, “Apa yang kalian punya sekarang, pertahankan! Sebelum kalian menyesal.” Jadi, mungkin aku akan melupakan kata menyerah.Setelah mendapat kabar dari satpam bahwa Mas Bayu sudah pulang bahkan dari setengah empat, aku langsung masuk ke dalam mobil. Memang, sih, tadi sudah jam sebelas malam, tetapi aku memang harus datang ke apartemen Mas Bayu sekarang juga.Bukan tiada hari esok, tetapi aku ingin datang ke sana sekarang. Hanya itu, tidak ada alasan lain. Lagi pula, benar kata Kiki, Mas Bayu harus siap siaga ketika aku sedang hamil.Setelah masuk parkiran basemen, tidak ada orang sama sekali yang bisa ditemui. Aku sudah menduga kalau apartemen akan sepi di jam-jam seperti sekarang.