"Terima kasih, Rubby! Kamu memang sahabat terbaikku," gumam Vina sambil memeluk tubuh Rubby.Rubby mengelus punggung Vina lembut. "Kamu tahu aku akan selalu ada untukmu, Vin. Aku senang kamu menemukan kebahagiaanmu."Vina melepaskan pelukan dan menatap Rubby dengan penuh haru. "Iya, Rubby. Aku bahagia sekarang. Dan aku yakin kamu juga akan menemukan kebahagiaanmu, entah itu melalui adopsi anak atau dengan cara lain."Rubby tersenyum lembut, merasakan kehangatan persahabatan mereka. "Terima kasih, Vin. Semua dukunganmu sungguh membuatku kuat. Aku beruntung memiliki sahabat sepertimu."Mereka berdua masuk ke dalam rumah, dan disambut oleh Sergio yang sudah menantikan kehadiran Rubby."Elvano belum selesai dari rapatnya?" tanya Sergio saat bertemu dengan Rubby."Kamu tahu sendiri, kan? Sejak Elvano menjadi pemimpin grup Patrice, dia selalu sibuk. Tapi, aku beruntung. Walaupun dia sangat sibuk, dia selalu meluangkan waktu untukku," jawab Rubby sambil tersenyum.Sergio mengangguk paham, "Y
Hari ini, pernikahan Sergio dan Elvina akan dilangsungkan. Tampak ornamen-ornamen pernikahan dengan nuansa biru dan perak yang elegan, dengan bunga-bunga putih yang indah dan hiasan kristal mengkilap yang menambahkan kesan gemerlap di dalam ballroom tersebut. Tamu-tamu yang hadir terhipnotis oleh keindahan pengaturan dekorasi tersebut.Di dalam ruang ganti pria, duduk Elvano dan Andre yang tengah menemani Sergio. "Bro, apakah orang tuamu tidak akan hadir?" tanya Andre membuka suaranya.Sergio yang tampak gagah dengan jas hitam tertawa kecil, "Tidak ada yang pasti di keluarga kami, Andre. Mereka selalu terlibat dalam urusan bisnis yang penting dan mungkin tidak bisa hadir. Dan tentu, mereka tidak akan pernah setuju jika aku menikahi Vina. Karena mereka masih kecewa karena aku menceraikan Silvana," jawabnya.Elvano mengangguk setuju, "Susah juga jika berhadapan dengan orang tua seperti itu. Padahal, tujuan mereka melahirkan kita untuk apa? Untuk melihat kita tumbuh dewasa dan bahagia, k
Setelah satu minggu pernikahan Vina dan Sergio, Vina dan Sergio melangsungkan pernikahan. Kini, Elvano dan Rubby tengah duduk di ruang tunggu sebuah lembaga adopsi anak. Mereka saling memegang tangan, mencerminkan kekompakan dan keberanian dalam menghadapi situasi sulit ini. Wajah mereka penuh harap dan cemas.Elvano menatap ke arah Rubby dengan penuh cinta. "Rubby, kita sudah sampai pada titik ini. Kita harus tetap kuat dan optimis. Semoga kita mendapatkan anak sesuai harapan kita. Dan semoga, ini adalah jalan untuk kita tidak merasa kesepian," ucap Elvano lembut.Rubby tersenyum, di matanya terdapat sebuah bening kristal di pelupuk mata wanita itu. "Ya, Paman, aku tidak sabar melihat calon ibu yang akan memberikan anak mereka dan mempercayakan anak mereka kepada kita, ya, Paman," jawab Rubby dengan penuh harapan.Elvano mengelus pipi Rubby, dia mengecup dahi istrinya itu dengan lembut. "Semoga, ya, Monster Kecil. Semoga kita dapat memegang tanggung jawab ini. Aku ingin kamu tidak be
Setelah mengurus perihal syarat-syarat mengadopsi anak, kini bayi perempuan berusia 2 bulan yang bernama Krista, kini berganti nama menjadi Amora Patrice yang artinya sebuah cinta. Mungkin terdengar klise, tapi bagi pasangan suami-istri Elvano dan Rubby, nama baru itu bukan sekadar angka atau kata-kata bagus. Nama itu melambangkan harapan dan cinta sesungguhnya yang mereka miliki untuk si kecil."Paman, aku sudah menjadi seorang Ibu!" ucap Rubby dengan gembira kepada Elvano saat Amora kini tidur lelap di dalam gendongannya.Elvano menatap Amora dengan harapan yang besar. Kelak, dia akan menjadi anak yang dapat menghibur Rubby setiap hari, dia akan merasa bahwa hidupnya memiliki makna yang lebih dalam. Elvano tidak sabar untuk melihat bagaimana Amora akan tumbuh menjadi seorang anak yang penuh cinta dan keceriaan."Rubby, aku tak sabar menikmati setiap momen bersama kita bertiga," ucap Elvano sambil mengusap pelan pipi Amora dengan lembut. "Aku yakin dia akan menjadi anugerah terbaik d
"Paman, ayo! Cepat, kita harus melihat Vina melahirkan!" Seru Rubby saat dia tengah menunggu Elvano selesai mandi. "Iya, Sayang! Sebentar, bawel sekali sudah seperti nenek-nenek kehabisan sirih!" jawab Elvano yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Amora saat ini sudah menginjak usia 6 bulan yang berada di dalam gendongannya pun menangis saat mendengar suara teriakan Rubby. "Sayang, maafkan Mama, ya! Kalau mengagetkanmu." Rubby coba menenangkan bayinya. Elvano yang melihat Anaknya menangis pun mempunyai niat untuk menjahili anak. Dia melangkah ke arah Rubby dan mencium pipi Amora dengan gemas, ditekan dengan kuat bibirnya hingga bayi itu semakin menangis. Rubby memandang Elvano dengan tatapan tajam. "Paman, jangan begitu! Paman membuatnya semakin menangis," tegur Rubby sambil mencoba menenangkan Amora dengan mengayun-ayunkan tubuhnya.Elvano tersenyum kecut. "Maaf, Sayang. Aku hanya ingin sedikit menjahili Amora soalnya dia terlalu menggemaskan. Tapi sepertiny
"Amora, coba panggil, 'Papa!' dan kemarilah kepada Papa!" Seru Elvano saat Amora tengah belajar berjalan. Waktu begitu cepat, tidak terasa, Amora sudah berusia satu tahun beranjak dua tahun. Elvano tampak bahagia ketika anak yang mereka adopsi telah memberikan warna di dalam kehidupannya dan Rubby. Kini, Elvano sangat bersemangat menjadi peran seorang ayah. "Sini, sama Mama, Sayang! Mama punya mainan, loh ini!" seru Rubby dengan penuh semangat. Dia menyodorkan boneka beruang merah muda yang menjadi mainan favorit Amora. Amora, yang terlihat ceria dengan rambut panjang dan mata berbinar-binar, melompat-lompat ke arah Rubby. Dia meraih mainan itu dengan penuh kegembiraan, wajahnya berbinar saat melihat hadiah dari Mama Rubby. "Maasi, Mama!" seru Amora dengan polos, sambil melempar senyum manis kepada Rubby. "Ih... Amora tidak sayang, ya, sama Papa? Amora maunya disogok, iya?" kesal Elvano pura-pura merajuk. Amora langsung menoleh ke arah Elvano dengan ekspresi polos. Dia berjalan
"Iya... Iya, Sayang! Jangan menangis, ya Sayang. Daddy akan membuatkan susu untukmu." Sergio mencoba menenangkan buah hatinya yang sedari tadi menangis. Setelah membuatmu susu, Sergio memberikan susu angat tersebut kepada bayi Vincent. Namun Bayi itu menepis botol dot yang diberikan oleh Sergio. Dilanda kebingungan, Sergio bergegas menghampiri Vina di depan kamar mandi. "Vina, bisakah kau cepat mandinya? Vincent menangis. Mungkin dia pup!" seru Sergio panik. Baby Vincent terus menjerit di dalam gendongan Sergio. Hal tersebut membuat Gio menjadi bingung harus berbuat apa. "Gio! Coba ganti Popoknya Vincent. Mungkin Vincent tidak betah dengan popok yang basah!" Vina berteriak dari dalam kamar mandi. Sebagai orang tua yang baru mendapatkan anak pertama, Sergio tampak kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia mencoba menggendong Vincent dengan posisi yang nyaman dan melakukan gerakan-gerakan lembut untuk menghiburnya. Namun, tangis Vincent semakin menjadi-jadi dan Sergio semak
Elvano, Rubby, Sergio, Vina, dan Andre kini berkumpul di ruangan bar kediaman Elvano yang sudah dihiasi dengan lampu-lampu berwarna-warni dan bunyi musik menghiasi suasana. Mereka saling bercanda dan tertawa riang."Gio, buntutmu tidak ikut?" tanya Elvano saat menghampiri temannya itu. "Baby Vincent sama pengasuhnya dulu. Mommy sama Daddynya mau pacaran!" sahut Sergio. "Lalu, Amora? Tidak kamu ajak berpesta?" Sergio balik bertanya. "Dia sudah tidur. Kalau masih bangun, tentu aku atau Rubby tidak akan ada diruang ini untuk melakukan pesta persahabatan," jawab Elvano."Tidak terasa, kita sudah menjadi orang tua, ya?" ucap Sergio. Elvano mengangguk, pandangannya dia buang ke arah Andre yang kini sedang merayu wanita. "Hanya teman kita yang satu itu, sepertinya dia tidak akan membuka hatinya lagi kepada wanita setelah dicampakkan oleh Vina," ujar Elvano. Sergio tertawa, namun dalam hatinya merasa bersalah. Beruntungnya Sergio jika menemukan sahabat seperti Andre yang mau berlapang dad