"Ibu punya mata, kan? Kenapa Ibu harus bertanya?" sergah Elvano saat ibunya melihat Rubby dengan sinis. Raut wajah Debora sontak berubah menjadi tidak bersahabat saat Elvano melontarkan kalimat tersebut. Rubby tersenyum kikuk menghadapi suasana di dalam ruang keluarga itu. Rubby merasa ada bau-bau ketegangan di antara mereka bertiga. "Elvano, aku Ibumu! Bersikaplah dengan sopan!" cetus Debora sinis. "Aku tidak mengatakan kau bukan Ibuku. Aku hanya menegaskan, jika wanita yang berdiri di sampingku ini adalah wanita pilihanku dan dia adalah Istriku!" tegas Elvano. Dengan ujung mata, Debora melirik ke arah Rubby. Rubby dengan cepat mengulurkan tangannya ke arah Debora. "Hai … Tante, Saya Rubby. Apakah Tante baik-baik saja—" "Cih!" Debora berdecit sambil memutar tubuhnya, wanita paruh baya itu mengabaikan uluran tangan Rubby begitu saja. Debora berjalan ke arah Sofa dan duduk melipat kedua tangannya di dada sambil memberikan pandangan mencemooh kepada Rubby. Rubby mengulum senyum saa
"Bro, beberapa hari ini aku tidak melihat Elvano. Apakah dia begitu sibuk, sampai-sampai dia tidak mengabariku?" tanya Andre sambil memutar-mutar gelas Winenya. Sergio yang sedang rebahan di atas kasur renang yang hanya menggunakan boxer itu pun menjawab. "Tentu dia sedang bersama dengan. Anna. Menemani mantan tunangan yang gagal." Andre yang duduk di sisi kolam renang pun melempari Sergio dengan potong roti ke arah temannya itu. "Kau memang teman yang paling biadab, Gio! Aku tahu, ini semua akal-akalan darimu. Dari kita bertiga, kau paling kadal jadi lelaki!" kesal Andre. "Apa-apaan kau melempariku dengan roti, hah?" cetus Sergio sambil menghindari lemparan Andre. "Kau yang apa-apaan, dasar curut! Bisa-bisanya kau ingin membuat rumah tangga Sahabatmu hancur dengan mengundang Anna di acara pesta perusahaanmu!" Ya, mereka bertiga memang mempunyai otak yang sama-sama rata kiri. Yang artinya, oleng. Andre, memiliki perangai yang masa bodo. Namun dia mempunyai prinsip. Yaitu, jika bel
"Tidak apa-apa, Kek. Aku tidak apa-apa." Rubby berkilah sambil terus membuang wajahnya ke tempat lain menghindari pertanyaan dan tatapan Lawrence. Rubby tidak ingin memperlihatkan wajah sedihnya. Elvano pun tiba, dia menahan tangan Rubby. Namun Rubby menepis tangan Elvano sebelum Elvano meraih tangannya. Lawrence semakin bingung dengan apa yang terjadi di hadapannya. "Rubby, jangan seperti anak kecil. Ayo, ikut aku! Aku akan katakan dia itu siapa." ajak Elvano. "Paman, aku tidak mau! Tolong biarkan aku sendiri." tolak Rubby. Lawrence mendengus kesal saat melihat dua manusia di depannya itu. "Kalian ini kenapa? Kalau ada apa-apa, tolong bicarakan kepada Kakek," cetus Lawrence. Dalam kondisi seperti itu, Debora dan Anna datang menghampiri. "Ayah, Lihat. Anna datang mengunjungimu!" seru Debora. Lawrence menatap ke arah Debora dan Anna. Anna tidak menyia-nyiakan kesempatan, dia segera berjalan pelan di depan Lawrence. "Kakek, bagaimana kabarmu?" Anna menyapa dengan ramah. Lawrence m
Elvano membawa Rubby ke meja makan, di mana Lawrence, Anna, dan Debora sudah menunggu. Sebagai sang kakek, Lawrence menyambut Rubby dengan senyum hangat, sementara Anna dan Debora terlihat jengkel dengan kehadiran Rubby. "Sini, duduk disampingku, Cucu Menantu." Sambut Lawrence dengan ramah. "Terima kasih, Kek," jawab Rubby sambil tersenyum. Elvano menarik kursi untuk Rubby dan dia juga duduk di samping Istrinya itu. Anna dan Debora tetap diam, mereka tidak tertarik dengan kehadiran Rubby. Debora hanya menatap sinis ke arah Rubby begitu tidak sukanya melihat putra semata wayangnya itu bersanding dengan Rubby. "Ayo, makan semuanya. Jangan sungkan." Ajak Lawrence, dia menatap ke arah Rubby. "Rubby, jangan membuatmu canggung karena dua wanita ini. Anggap saja mereka piring atau semacamnya, ya!" ujar Lawrence. Rubby mengulum tawa mendengar ucapan Kakek Elvano. Namun tidak dengan Anna, dia menatap jengkel kepada Rubby, begitupun dengan Debora yang mengiris makanannya dengan kekuatan su
"Kalian berdua, sana istirahat dulu. Perjalanan kalian pasti sungguh melelahkan," ucap Lawrence saat mereka selesai makan. Sementara Anna dan Debora, sudah beranjak lebih dulu karena merasa tidak nyaman dengan kehadiran Rubby. Elvano menggenggam tangan Rubby yang tergeletak di atas meja makan. "Apa kau mau jalan-jalan ke pulau dulu atau mau langsung istirahat?" tanya Elvano kepada Rubby. "Aku mau langsung istirahat saja, Paman. Aku masih terasa mual," ucap Rubby. Lawrence tersenyum dia berpikir jika Rubby pasti akan segera memberikannya Cicit. Senyum itu penuh makna sejuta arti. Lawrence segera berdiri dia memegangi kedua pundak Cucu menantunya itu. "Cucu menantu. Ayo, istirahat. Agar sebentar malam saat acara pesta pantai, kau tidak kelelahan," ucap Lawrence penuh perhatian. Rubby tersenyum kikuk. "I---iya, Kek." Rubby segera berdiri. Sedangkan Elvano, melihat adanya keanehan dari Kakeknya itu. Dia juga ikut berdiri di samping Istrinya. Lawrence, memanggil bawahannya meminta baw
Brak! Emily mendobrak pintu kamarnya di kediaman Anderson. Di dalam sana, sepasang manusia sedang bergelut liar tanpa sehelai benang pun di tubuh mereka. Dobrakan pintu itu, membuat Almero dan Soraya terkejut bukan main. Mereka sampai melepaskan diri dengan begitu panik dan tergesa-gesa. "Emily, kau sudah kembali? Kau bilang, kau berlibur ke luar negeri dengan Rubby—"Plak! Murka dengan sakit hati yang mendalam membuat Emily dengan refleks menampar pipi Almero. Dadanya naik-turun menahan seberapa sesak dan perihnya bongkahan daging di dalam dada Emily. "Bajingan kamu, Al! Setelah aku banting tulang, kau malah main belakang dengan wanita ini, hah!" begitu murka, sampai tidak tahu Emily harus bagaimana. Yang dirinya tahu, dia ingin menghajar wajah pria bajingan yang ada di hadapannya itu. Soraya yang sedang melilitkan tubuhnya dengan selimut pun tersenyum sinis melihat Emily seperti itu. "Sayang, kenapa kau tidak mengatakannya saja. Bukankah sudah ketahuan? Bagaimana jika kau mene
"Gio sudah datang. Aku harus berbicara dengannya," ujar Anna saat melihat kedatangan Gio dari atas balkon. Debora mencekal pergelangan tangan Anna yang ingin berlalu. "Kau tidak punya hubungan dengan si Playboy itu, 'kan?" "Tante, aku hanya sedikit mempunyai urusan dengan Gio. Karena misiku dan dia sama. Jadi Tante tenang saja, ya! Karena rasaku masih sama dan tetap untuk terhadap Elvano." "Baiklah!" Setelah Debora melepaskan cengkramannya, Anna segera meninggalkan wanita itu. Dia turun dan segera mencari keberadaan Gio di lantai bawah. ****Vina mengamati setiap interior ruangan yang baru saja dia masuki. Rasa kagum dengan desain bangunan kayu Elegan namun mewah itu, membuat Vina tidak berhenti memuji. "Rubby sungguh beruntung. Dia memiliki seorang Suami dari kalangan orang hebat," gumam Vina. "Kalian sudah tiba? Pasti sungguh melelahkan!" sambut Lawrence, kedua tangan pria sepuh itu direntangkan. Gio dan Andre menyambar tubuh orang tua itu dengan pelukan hangat. "Kakek, bag
"Paman, aku pakai ini!" Rubby keluar dari ruang ganti dengan bikini. Elvano yang sedang menunggu Rubby sambil menikmati minumannya pun membuang pandangannya ke arah Rubby. "Puuffhh!" Elvano menyemburkan minumnya saat melihat apa yang Rubby kenakan. Melihat Elvano muncrat, Rubby bergegas menghampiri Elvano dan duduk di pangkuan pria itu. Rubby meraih tisu dan mengelap permukaan bibir Elvano. "Paman tidak apa-apa?" tanya Rubby penuh kekhawatiran. Elvano mendorong wajah Rubby. Dia tidak ingin terpengaruh dengan penampilan Rubby yang begitu seksi karena waktu semakin mepet. Elvano tidak ingin membuat orang lain menunggu. "Ganti bajumu yang lebih tertutup!" ujar Elvano. Rubby dengan manja mengalungkan kedua lengannya di leher Elvano. "Inikan lucu, Paman. Sesuai tema, yaitu pesta kolam renang." "Ganti atau telanjang sekalian?" Rubby mengerucutkan bibirnya. Dia beranjak dari pangkuan Elvano. "Ih… orang sudah imut, juga!" kesal Rubby memutar tubuhnya berlalu. Elvano kembali fokus pa