Pagi yang berat bagi Cantika karena dia harus menemui papanya untuk menyampaikan pengunduran dirinya dari posisi presdir perusahaan keluarga Wiryawan yang telah lama dia jabat. Arsenio pun merasakan hal itu karena istrinya cenderung berdiam diri sepanjang perjalanan dari apartment hingga gedung kantor Golden Wing."Cantika, kuharap kamu nggak terlalu larut dalam kesedihan. Kita harus berani untuk bersikap tegas kepada papamu yang ingin memisahkan kamu dan aku. Semangat ya!" ujar Arsenio seraya membelokkan mobil Porsche silver itu ke parkiran di lantai UG.Cantika menoleh ke sebelahnya dan menjawab suaminya, "Aku merasa berat karena papa jelas tak akan menerima dengan iklas pengunduran diriku ini, Sen. Hmm ... demi pernikahan kita, aku akan tegar menghadapi semuanya!"Suaminya memarkir mobil dengan rapi di tempat yang tersedia lalu berkata, "I love you, Cantika. Ingatlah kalau kamu nggak sendiri. Ada aku di sisimu sekarang!" Arsenio pun mengecup punggung tangan istrinya. Ada banyak ke
Dokter jaga poli IGD Rumah Sakit Siloam International meminta persetujuan untuk memeriksa perut Cantika dengan USG. Dan Arsenio pun mengizinkannya sembari menunggu dengan jantung berdebar."Tekanan darah pasien agak rendah dibanding kondisi normal, bisa jadi karena faktor kelelahan dan banyak pikiran atau kondisi berbadan dua. Nah ... rupanya benar diagnosa awal saya, ada embrio seukuran kacang hijau nih di layar USG. Selamat ya untuk kalian, calon orang tua baru!" tutur Dokter Baskoro sembari menunjuk layar monitor USG di mana calon Arsenio junior berdenyut pelan.Senyum bahagia terkembang di wajah tampan pemuda blasteran itu, dia berkata kepada Cantika, "Wah, aku bakal jadi papa muda nih, Sayang. Kamu yang sehat ya sampai nanti melahirkan si baby imut!""Duh girangnya suamiku. Hihihi. Siap, Papa Arsen!" sahut Cantika turut berbunga-bunga dalam hatinya sembari menerima hujan kecupan di wajahnya dari sang suami.Dokter Baskoro pun tersenyum turut bersuka cita atas kabar bahagia itu, d
"Mmhh ..., Hubby. Apa bisa udahan sih?" rajuk Cantika saat Arsenio mulai menggesekkan bentukan serupa pisang Ambon itu di antara paha dalamnya saat mereka berbaring miring. Lengan kekar Arsenio yang seperti polar bear itu mendekap tubuh ramping istrinya dari belakang. Dia mengerang dengan kecewa. "Sekali lagi dong, Beib. Morning horny itu normal kalau di cowok!" ujarnya beralasan padahal dia telah melakukan percintaan bersama Cantika beronde-ronde sepanjang malam hingga dini hari tadi. "Aku lemes banget, Sen. Kita 'kan mesti ke notaris buat bikin akte pendirian perusahaan yang baru pagi ini!" tolak Cantika, dia benar-benar harus menertibkan suami berondongnya yang seolah memiliki stamina bak pegulat pro dan sulit untuk fokus dengan problem mereka di realita.Kemudian Arsenio membalik tubuh ramping istrinya yang berlekuk-lekuk dan membuatnya nyaris hilang kewarasan karena pesona dahsyat Cantika. Bibirnya melumat bibir merah muda kenyal yang terasa manis bak candu asmara. Namun, dia m
"Lho, Papa kenapa kok kayaknya capek banget pulang kantor?" tanya Nyonya Ribka saat menyambut suaminya sepulang kerja. Pak Julianto Wiryawan yang sudah lima hari terakhir menjabat kembali sebagai presdir menggantikan Cantika memang harus bekerja keras bagai kuda di kantor. Ternyata selama ini puteri sulungnya itu banting tulang tanpa dia sadari. Namun, dia tak ingin memikirkan hal tersebut dan lebih fokus menyalahkan Cantika yang berkhianat dengan mengundurkan diri dari Golden Wing demi menantu mokondo rendahan itu, si Arsen!"Mama belum tahu ya kalau Cantika sudah nggak kerja di perusahaan kita? Jadi selama lima hari ini yang menjabat sebagai presdir tuh Papa lagi. Makanya capek banget badanku, Ma!" jawab Pak Julianto sambil menggerutu.Pasangan suami istri yang telah menikah puluhan tahun tersebut duduk bersebelahan di sofa ruang keluarga. Bukannya merasa prihatin justru Nyonya Ribka nampak riang, dia tersenyum lebar dengan mata berbinar mendengar bahwa anak tirinya tersingkir dari
"Cantika, sebelum kita mulai sibuk dengan perusahaan yang baru, aku ingin mengajakmu bertemu nenekku di London. Beliau sering menanyakan kapan aku membawamu menemui beliau," ujar Arsenio saat mereka sarapan bersama di restoran apartment.Awalnya Cantika sedikit terkejut dengan pemberitahuan suaminya, tetapi dia patuh dan mengangguk setuju. "Boleh, Sen. Mumpung perusahaan masih mencari klien baru. Rencana berangkat kapan dan berapa hari?" balasnya."Hari ini aku akan pesan tiket pesawat untuk berangkat berdua ke London. Mungkin kalau bisa kita berangkat sore aja. Sepertinya lima hari cukup lama untuk berwisata juga ke beberapa obyek wisata di sana," jawab Arsenio yang lagi-lagi disetujui oleh istrinya. Mereka jarang berselisih paham karena sekalipun Arsenio berusia jauh lebih muda. Namun, pilihan dan pemikirannya bijak.Sesuai rencana Arsenio memang mereka mendapat tiket pesawat penerbangan sore menuju London. Maskapai pilihan Arsenio adalah Singapore Airlines dengan tipe kursi kelas b
Ketika sinar mentari pagi menerobos tirai tipis yang menutupi kaca jendela sebuah kamar di London, artinya hari telah benar-benar siang. Cantika tertidur pulas setelah semalam melayani hasrat membara suami berondongnya hingga 4 kali. Dari satu klimaks ke klimaks lainnya segalanya terasa begitu indah baginya.Arsenio sudah terbangun sejak sejam lalu, tetapi dia enggan bangkit dari tempat tidur mewah bertiang empat dari kayu Ebony berukir unik itu. Dia memandangi wanita pujaan hatinya yang masih belum kembali dari alam mimpi di pelukannya. Cantika telah menawan hatinya sejak awal pertemuan pertama mereka, dia menolak untuk mengakui perasaan kuat itu hingga segalanya tambah membuatnya mabuk kepayang.Pemuda itu menyapukan lidahnya dengan lembut di bibir bawah Cantika yang merah muda kenyal. Perlahan sepasang mata berbulu mata rimbun itu bergerak membuka dan tak sempat menghindari pagutan ganas yang menguasai bibirnya dan lidah mereka bertemu saling melilit.Telapak tangan Arsenio menangk
"Wow, kota yang indah, Arsen!" komentar Cantika ketika dia melihat-lihat landmark kota London.Dia dan Arsenio berjalan kaki di London Millenium Bridge di mana dapat terlihat dengan jelas bangunan ikonik London Eye, Big Ben, dan gedung-gedung penting Kerajaan Inggris di sekeliling tempat itu."Apa kamu mau naik kapal pesiar untuk menyusuri Sungai Thames, Cantik?" tanya Arsenio sembari berjalan santai merangkul bahu istrinya di jembatan panjang di atas sungai lebar di bawah mereka."Mau dong, Sen. Naiknya dari mana?" tanya Cantika yang memang baru pertama kali berkunjung ke London.Arsenio pun dengan sabar menjawab, "Thames River Cruise itu biasanya kita naik dari Terminal Dermaga Westminster. Nanti kita akan melewati rute dari Westminster ke Greenwich, London Eye, dan Tower Bridge yang semuanya dilalui Sungai Thames.""Okay, sepertinya menarik. Kapan kita akan naik kapal pesiar itu, Sen? Sebentar lagi sudah jam makan siang lho," ujar Cantika karena udara dingin Inggris membuat perutny
Arsenio dan Cantika memutuskan untuk menemani Duchess of Beaufort makan malam di kediamannya dari pada pergi kencan dinner ke luar rumah. Toh seharian ini mereka telah puas berkeliling sebagian kota London dan masih ada rencana iseng di malam hari."Bagaimana Cantika, apa kamu suka tinggal di Inggris?" tanya Nyonya Bernadete sembari menikmati santap malam bersama cucu dan cucu menantunya.Cantika menelan potongan steak domba lezat di mulutnya lalu menjawab, "London kota yang menarik sekali, Nek. Aku suka tinggal di sini, hanya saja pekerjaan kami di Jakarta belum bisa untuk ditinggalkan terlalu lama."Arsenio pun menimpali, "Kami sudah membuat perusahaan kargo dan penanganan barang ekspor impor yang berpusat di Jakarta. Doakan agar usaha itu sukses ya, Nek!""Wow, itu hal yang menakjubkan. Semoga kalian berhasil dalam bisnis apa pun yang sedang kalian rintis. Ingatlah bahwa memiliki sebuah bisnis sama seperti menanam benih pohon buah, semakin kalian memperhatikan dan merawatnya maka i