Bulan madu selama empat malam lima hari di Pulau Lombok menambah erat hubungan Cantika dan Arsenio. Tak ada satu orang pun yang mempertanyakan status hubungan mereka ketika bertemu pertama kali di saat tour maupun di hotel dan tempat umum. Semuanya dikarenakan body language keduanya yang sangat mesra. Di dalam pesawat pulang menuju ke Jakarta Cantika menceletuk, "Sen, menurutmu penampilanku kelihatan tua nggak sih?"Arsenio yang sedang membaca-baca majalah pesawat pun sontak mengalihkan pandangan matanya ke istrinya. "Kenapa kok tiba-tiba nanya begitu? Apa ada yang ngebully kamu pas di Lombok kemarin?" tanya Arsen menyelidik, tentunya dengan hati kesal karena dia tak suka istrinya dihina oleh sebab usia yang memang tak muda lagi."Nggak dibully kok, kamu tenang aja. Cuma orang iseng nanya aja pas spa di hotel kemarin tuh!" jawab Cantika karena memang ada sesama tamu hotel yang bertanya ketika Arsenio mengantarkannya ke tempat spa."Hmm ... nanya apa dia?" tukas Arsenio mulai panas.C
Pagi sebelum keberangkatannya ke London bersama papanya, Arsenio merasa berat sekali meninggalkan istrinya. Cantika turut merasakan hal itu, dia tidak mengeluh saat pemuda 25 tahun tersebut terus-menerus menempel kepada dirinya sejak tadi malam."Sen, udah jam 5 lho. Kamu jemput Papa Sandiaga jam berapa?" tegur Cantika sementara Arsenio masih saja sibuk mencumbunya di atas ranjang.Suaminya seperti terkena pelet pengasihan sakti mandraguna, Cantika sampai sulit menolak hasrat Arsenio yang seakan tanpa batas untuk menyentuhnya. Kulit putihnya pun kini seperti macan tutul akibat banyaknya tanda kepemilikan yang dibuat oleh suaminya di sekujur tubuhnya."Hmm ... sebentar lagi kelar kok, Cintaku. Kasi bonus perpanjangan waktu ya, kayak tanding bola gitu?" Arsenio terkekeh memandangi wajah istrinya yang terbersimbah peluh di bawah bodi kekarnya."Ohh Gosh, ini sih bukan perpanjangan waktu tapi pertandingan ulang saking lamanya, Sen!" Cantika menghela napas pasrah. "Habisnya ntar aku nggak
Sepasang mata beriris biru terang bertemu pandang dengan mata beriris hitam bak arang dan mendadak keduanya memalingkan tatapan mereka yang terlalu intense."Are you okay, Miss?" Pria bule itu bertanya sekali lagi kepada Cantika, berharap bahwa wanita tang dia tubruk dan juga ditolongnya baru saja bisa berbahasa Inggris."I'm fine, Sir. Excuse me, I have to go!" jawab Cantika yang membuat pria bule itu menghela napas lega sekalipun menyisakan raut kekecewaan.Ketika Cantika berjalan dalam langkah cepat menjauhinya, pria bule tadi berseru, "Sorry!" Dia tersenyum seraya menggaruk-garuk kepalanya yang berambut tebal berwarna cokelat gelap.Eric Palmer menatap bagian belakang tubuh wanita yang ditabraknya itu dan terkesan. "So sexy!" gumamnya pelan.Asistennya mendekat seraya mengikuti arah pandangan big bossnya. "Apa Anda mengenal wanita itu, Master Eric? Sepertinya warga negara Indonesia—""Tidak. Aku bersalah karena tak memperhatikan jalan dan menabraknya hingga nyaris terjatuh tadi, E
"Papa jangan salah paham tentang Arsen, dia bukan model cowok mokondo ya. Suamiku itu pria yang bertanggung jawab dan selalu menjagaku saat kami bersama. Sering banget justru Arsen yang bayarin setiap kami jalan bareng," bela Cantika di depan semua orang yang ada di ruangan presdir.Merry yang tadinya ingin mencari bahan gosip tentang suami bosnya pun kecewa. Dia salah sangka terhadap Arsenio. Diam-diam Merry menjadi semakin penasaran dengan suami berondong Cantika itu. Pasti ada sesuatu yang membuat bosnya sedemikian menghargai Arsenio dan membelanya mati-matian di hadapan papanya.Namun, Pak Julianto Wiryawan yang hanya melihat Arsenio sekadar sekretaris yang digaji oleh puterinya, jelas tak mampu melihat kualitas menantunya itu. Dia berdecih lalu mengalihkan perhatian ke Eric Palmer dan asistennya. "Mister Eric, apa ada waktu untuk dinner di rumah saya nanti malam?" tawarnya ramah."Hmm ... saya tak ada rencana apa pun malam ini. Dengan senang hati, saya akan datang ke rumah Anda,
"Selamat datang di London, Master Sandiaga Gunadharma dan Young Master Arsenio!" sambut seorang pria berpenampilan necis dengan rambut kelabu perak di kepalanya yang tercukur rapi.Dia adalah Winston Kremlin, tangan kanan Duchess of Beaufort yang ditugaskan untuk menjemput kedua pria asal Indonesia tersebut. Memang ada urusan penting yang harus dibicarakan oleh kedua belah pihak setelah puluhan tahun hubungan itu terputus pasca kematian mama kandung Arsenio, Lady Amethys Violetta Sloan."Terima kasih sudah menjemput kami, Mister Winston. Silakan duluan, kami akan mengikuti Anda!" jawab Pak Sandiaga usai berjabat tangan formal dengan Mister Winston Kremlin.Mereka diantarkan ke kediaman Duchess of Beaufort di London dengan sebuah limousine hitam. Selama dalam perjalanan Arsenio lebih banyak terdiam menyimak penuturan tangan kanan nenek dari pihak mamanya itu tentang kabar kesehatan beliau dan aktivitasnya. Sedangkan, Pak Sandiaga menanggapi dengan sopan.Akhirnya mereka sampai di halam
Sore yang tenang di balkon kediaman Duchess of Beaufort yang ada di lantai 2 rumah bergaya Victoria itu dilewati oleh Arsenio bersama papa dan nenek dari pihak mamanya dengan wajah berbinar bahagia. Dia bukan lagi sekadar pemuda biasa tanpa modal seperti yang dituduhkan oleh papa mertuanya. "Jadi kapan kamu akan mengajak istrimu ke mari, Cucuku Tersayang?" tanya Nyonya Bernadete sambil membawa secangkir English Twinning Black Tea di tangannya.Arsenio pun tertawa kecil, dia juga ingin memperkenalkan Cantika, dewi keberuntungannya itu kepada sang Duchess hanya saja dia tak enak hati mengganggu pekerjaan istrinya yang padat. Maka pemuda itu berkata, "Pasti akan kubawa ke London, Nek. Tunggu saja ya, kami akan cari waktu terbaik karena Cantika ini wanita yang sangat sibuk, dia seorang presdir perusahaan go public di bidang packaging and cargo.""Wow, independent woman! Nenek tak sabar untuk bertemu cucu menantuku yang hebat itu. Apa kamu punya foto Cantika di HP mu?" sahut Duchess of Be
"Apa kalian paham? Laki-laki bernama Arsenio itu nggak boleh menginjakkan kaki ke gedung ini dengan alasan apa pun. Dia sudah dipecat dari jabatan sekretaris Bu Cantika!" pesan Pak Julianto Wiryawan kepada para petugas sekuriti gedung kantor perusahaan Golden Wing Packaging and Cargo Corp."Siap, Pak. Laksanakan!" sahut selusin pria bertubuh tegap dengan seragam sekuriti putih-biru tua yang berdiri di hadapan owner perusahaan tempat mereka bekerja."Bagus. Saya naik dulu ke atas!" tukas Pak Julianto lalu menyeberangi lantai lobi menuju ke lift. Dia ingin menemui Cantika sebelum Mister Eric Palmer tiba di sana. Di lantai teratas gedung kantor tersebut Cantika sedang sibuk mempersiapkan penandatanganan kontrak jasa perusahaannya untuk Farmer Hills Glasgow Corp milik Eric Palmer. Kebetulan hanya ada Merry yang membantunya dalam waktu yang relatif singkat jadi dia sendiri yang harus turun tangan agar segalanya sempurna dan surat kontrak kerja sama bisa siap tepat waktu."Pak Arsen memang
"Akhirnya sampai juga di Jakarta, Pa. Kita naik taksi yang berbeda aja nggakpapa ya soalnya arah tujuannya berlawanan?" ujar Arsenio setelah turun dari pesawat yang membawanya kembali dari London."Boleh, nggakpapa. Kamu pasti pengin lekas bertemu Cantika pastinya!" sahut papanya pengertian.Arsenio hanya terkekeh dengan wajah merona karena papanya bisa menebak dengan tepat isi hatinya. Dia pun segera mencarikan taksi bandara untuk papanya terlebih dahulu, setelah itu baru dia memanggil satu taksi untuk mengantarnya ke gedung kantor istrinya di Jakarta Pusat.Kerinduan yang dahsyat membuncah di dalam dadanya, dia tak tahan lagi untuk bertemu lagi dengan istrinya yang sexy. Dalam benaknya, pemuda 25 tahun berparas bak model pria dewasa itu telah mereka-reka berbagai ide kreatif untuk dilakukan bersama Cantika. Tak peduli di kantor atau di mana pun pokoknya hajar saja, dia hanya ingin istrinya!Arsenio tersenyum gembira sepanjang perjalanan sekalipun diwarnai kemacetan lalu lintas di sa