Share

Rumah Duka

Jessica menarik paksa kedua sudut bibirnya untuk membentuk sebuah senyuman. “Tidak perlu, aku harus pergi sekarang.”

Jessica benar-benar tidak punya waktu untuk berbasa-basi dengan Veronika, apalagi menyentuh Sup Akar Teratai buatannya yang tidak teruji klinis.

Di samping itu, Jessica juga tengah mencoba menghindari Aaron yang ingin menjempuntnya.

“Jessy, minumlah supnya walau hanya seteguk saja.” Veronika berbicara dengan ekspresi menyedihkan seolah-olah dia telah ditindas oleh Jessica selama ribuan tahun.

Jessica memutar bola matanya dengan jengah, dia sama sekali tidak tersentuh dengan drama yang dimainkan oleh Veronika sehingga tidak berniat singgah ke dapur.

“Jessy, kenapa kamu tidak menghargai niat baik ibumu?” Melihat ekspresi menyedihkan di wajah istrinya, Alexander yang baru saja datang entah dari mana, langsung merasa tertekan dan tidak senang pada Jessica. “Bukankah kamu pulang untuk makan siang bersama? Kenapa kamu terburu-buru ingin pergi? Padahal, ibumu sudah menyibukkan dirinya di dapur sejak pagi karena tahu kamu akan pulang.

Mendengar suara Alexander, Jessica menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu. Dia tersenyum miring, sebelum akhirnya berbalik untuk melihat sang ayah sambil berkata, “Mungkin kamu lupa, jadi aku akan mengingatkanmu bahwa Jennifer Wang adalah satu-satunya ibuku dan dia sudah lama meninggal!”

“Jadi ….” Jessica sengaja berhenti, dia melirik Veronika sekilas, lalu kembali menatap Alexander. “Dia bukanlah ibuku!”

“Jessy!” Alexander meraung tak senang.

Melihat kemurkaan suaminya terhadap Jessica, Veronika tentu saja senang. Namun, dia berusaha menyembunyikan rasa senangnya itu dan tetap memasang ekspresi menyedihkan. “Alex, jangan marah. Jessy benar, aku memang bukan ibunya.”

Saat mengatakan itu, Veronika bahkan hampir menumpahkan air mata.

Alexander menggertakkan gigi sambil menatap Jessica seolah-olah ingin melahap putriyang tidak pernah menjadi kebanggannya, lalu bergegas merangkul Veronika demi menenangkan sang pujaan hati.

Sekali lagi, Jessica memutar bola matanya, dia sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan mematikan Alexander. Justru, dia sangat jengah menyaksikan keharmonisan dua sejoli yang telah melukai ibunya.

“Aku pergi,” kata Jessica sambil berbalik dan hendak melangkah pergi.

Namun, langkah kakinya kembali dihentikan oleh suara Alexander.

“Pergilah, maka besok Kediaman Smith akan menjadi rumah duka untuk kakekmu!”

“Kamu!” Jessica langsung berbalik, menatap Alexander dengan sorot tidak percaya. “Kamu tega membunuh kakek demi wanita ini?”

“Kenapa tidak?” Alexander menaikkan sebelah alisnya, lalu melanjutkan dengan tegas. “Aku akan menyingkirkan siapa pun yang membuat Veronika tidak senang, tidak terkecuali ayahku sendiri.”

Jessica tercenang, dia sejak lama sudah tahu bahwa ayahnya adalah seorang bajingan, tetapi dia tidak menyangka bahkan bajingan saja tidak cukup untuk menggambarkan seorang Alexander.

Hanya demi Veronika yang kecantikannya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Jennifer Wang, Jessica tidak menduga Alexander bahkan rela mengorbankan ayahnya sendiri.

“Bagaimana dengan aku?”

“Karena kamu putriku, aku tidak akan menargetkanmu, tapi orang-orang yang kamu sayangi.”

Jessica dengan susah payah berusaha menelan ludahnya yang tiba-tiba terasa seperti bongkahan batu. “Apa ibuku juga menjadi targetmu?”

“Duduklah dan cicipi Sup Akar Teratai yang Veronika buat.” Alexander tidak berniat menjawab pertanyaan Jessica, dia hanya ingin sang putri tidak menyia-nyiakan usaha Veronika.

Begitu saja, Alexander yang meyakini bahwa Jessica tidak akan meninggalkan Kediaman Smith sebelum mencicipi Sup Akar Teratai, membawa Veronika memasuki dapur.

Di belakang, Rebecca dengan setia mengikuti mereka setelah tersenyum mengejek ke arah Jessica.

Melihat punggung Alexander yang enggan menjawab pertanyaannya, Jessica seperti telah mengkonfirmasi dugaannya selama ini.

Ada hal lain yang menjadi sebab pendukung ibunya meninggal!

Jessica berusaha menekan kebencian di hatinya, dia pun dengan berat hati melangkahkan kakinya ke dapur hanya untuk mencicipi Sup Akar Teratai yang dibuat oleh Veronika.

Bagaimanapun, kakeknya tidak boleh menjadi target ayahnya yang tidak berhati nurani!

Lagipula, masih ada banyak hal yang harus dia selidiki di Kediaman Smith dan kakeknya bisa menjadi alasan untuknya bisa keluar-masuk dengan bebas ke sana.

Sebelum memasuki dapur, Jessica menarik nafas dalam-dalam dan kembali menunjukkan senyuman yang penuh dengan keterpaksaan.

“Jessy, duduklah di sini.” Melihat kehadiran Jessica, Veronika langsung menyiapkan tempat duduk untuk wanita itu di sebelahnya. Sementara itu, Rebecca duduk di hadapannya, tepat di sisi kiri Alexander.

“Terima kasih,” kata Jessica masih mempertahankan senyumannya, lalu dia mengambil sendok dan menyuapkan Sup Akar Teratai.

Namun, Jessica tiba-tiba merasa penglihatannya menjadi kabur, bahkan bayangan orang-orang di sekitarnya menjadi dua.

Dalam sekejap, Jessica sudah bisa menebak ada sesuatu yang salah dengan Sup Akar Teratai itu. “Bibi Veron, apa yang kau … masukkan ke dalam sup ini?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status