“Felix?” Cecilia membuka pintu unit apartmentnya dan betapa terkejutnya ia melihat prianya itu tengah berdiri dan bersandar di dinding.Felix merubah ekspresi wajahnya secepat kilat dan tersenyum lebar, “Sialan kau Rey!” umpatnya dalam hati karena bunga mawar yang harusnya ia berikan kepada Cecilia malah di ambil oleh Reynard.“Hai sayang.” Sapa Felix dengan senyuman manisnya dan berjalan dua langkah hingga sampai didepan Cecilia dengan ekspresi terkejut.“Bagaimana bisa kamu ada di sini? Ah tunggu! Ayo masuk!” Cecilia segera menarik Felix masuk karena takut jika Eleanor keluar dari kamarnya. Wanita cantik itu segera menutup pintu unitnya dan menghela napas.“Kamu, bagaimana bisa—” Cecilia terdiam saat Felix memeluknya dengan lembut dan berbisik dengan mesra. “I miss you.”Cecilia tersenyum, ia tidak lagi bertanya dan membalas pelukan kekasihnya itu.Felix menghirup aroma bunga dari tubuh Cecilia, “Kamu sudah mandi?” pria tampan itu merenggangkan pelukannya dan menatap wajah cantik Ce
Reynard langsung mendorong tubuh kekasihnya itu masuk ke dalam unitnya, tapi tangannya dengan lincah meraih bunga dari tangan Felix.“Rey?” Eleanor terkejut mendapati Reynard benar-benar nyata ada di depannya.“Hai sayang.” Sapa Reynard lembut dan memberikan setangkai mawar merah kepada kekasihnya itu.“Oh my! Sayang? How??” seru Eleanor terkesima dan menerima bunga dari Reynard, bertanya bagaimana bisa kekasihnya itu ada di sini.Reynard tersenyum, “Aku tidak tahan bertemu denganmu sayang!”Eleanor menggelengkan kepalanya, hal ini benar-benar di luar prediksinya, “Jangan bilang setelah kamu matiin telponnya kamu langsung ke berangkat?”“Iyah, aku tidak tahan ingin memelukmu, melihat wajahmu, dan mencumbumu!” seru Reynard yang langsung menarik tangan Eleanor sambil pria itu bersandar di pintu. Ia memeluk tubuh Eleanor dengan posesif.Eleanor tersenyum, “Benarkah? Aku tidak tahu kamu akan seperti ini, Rey. Aku sungguh masih tidak percaya pria yang aku tunggu, kini mengatakan rindu pada
Bip bip bipBunyi alarm dari ponsel Cecilia berbunyi di jam 5 pagi. Wanita cantik itu membuka matanya dan tersenyum manis saat melihat tangan kekasihnya itu begitu posesif memeluknya.“Dia benar-benar tidak melepaskanku.” Gumamnya pelan dan memutar posisi tubuhnya, membuat wajah mereka saling berhadapan.“Felix…?” Cecilia membelai wajah Felix, membangunkan kekasihnya itu dengan mesra.“Hmm…?” Gumaman Felix dan mengeratkan pelukannya. Membuat tubuh mereka tidak berjarak sedikitpun.Pria itu masuk ke dalam selimut dan bersandar di dada kekasihnya. Menggesek-gesekkan wajahnya di antara kedua bongkahan kenyal itu di dalam selimut.Menghirup aroma buah yang melekat di tubuh Cecilia, “Oh my!” desisan Cecilia menggema saat lidah basah Felix mengulum payudaranya.Karena perbuatan Felix semalam, membuat dirinya tertidur tidak mengenakan pakaian tidurnya. Begitu juga Felix yang kini hanya menggunakan boxer.“Felix…? Ah! Uhm!”“Iya sayang?”“Geli…”Felix tersenyum, bukannya berhenti, ia malah pi
“Sayang, jani jangan bekerja berlebihan, hmm?” ujar Arion menatap istrinya itu dengan lekat.Emily mengedipkan matanya dan tersenyum lebar, “Iya sayang! Aku janji tidak akan kerja berlebihan. Lagi pula kamu tidak memiliki sekretaris ‘kan? Siapa yang akan mengatur jadwalmu?”Arion mencubit gemas hidung istrinya itu, “Aku bisa memakai sekretaris baru sayang. Ayo, masuk.” Emily yang berdiri di depan pintu mobil sontak menoleh ke arah suaminya.“Oh… jadi mau ganti sekretaris baru?” gumamnya menatap tajam sang suami.Deg!Arion panik melihat ekspresi istrinya, “Sa… sayang. Bukan itu maksud aku.”“Jadi mau gantikan aku? Atau mau aku bantu carikan?” cecar Emily yang langsung masuk ke dalam mobil.”“Hati-hati sayang.” Seru Arion panik dan ingin memasang seatbelt.“Tidak usah, bisa sendiri!” seru Emily memalingkan wajahnya acuh tapi membiarkan Arion memasangkan seatbelt miliknya.Usai memasang seatbelt, Arion menutup pintu mobil dan mengitari mobil. Masuk ke dalam kursi kemudi. “Sayang? Aku su
Begitu Erik keluar dari ruangan kerja suaminya itu, Emily menatap tajam ke arah Arion dan mengerucutkan bibirnya.Arion tersenyum dan menghampiri Emily yang tengah duduk di sofa. “Ada apa sayang?” Arion duduk di sisi Emily dan merangkulnya mesra.Emily mengerucutkan bibirnya, “Jadi, Erik yang jadi sekretaris kamu yank? Bukan…?”Arion mencubit lembut hidung mancung wanita berkulit putih bersih itu, dan memberikan kecupan di bibir ranum Emily. “Bukan apa, hmm?”Emily tersenyum dan menjulurkan lidahnya sedikit, bertingkah salah tingkah—menggemaskan. “Uhm, aku pikir tadi si Mia yang dari divisi manajemen yang akan jadi sekretaris kamu.”Arion mengerutkan keningnya, “Mia?”“Iya, Mia. Yang tadi tegur kamu di pas di lobi, wanita cantik, seksi dan dewasa.” Terang Emily.Arion menggelengkan kepalanya, “Ahh, yang tadi. Aku tidak mengenalnya, sayang.” Ujar Arion terus terang.Emily mengangguk paham, ia tahu suaminya itu pria seperti apa, sejak awal dia adalah sekretaris Arion. Jadi dia sangat ta
“Erik berikan materi meeting hari ini kepada Reynard dan Felix.” Ujar Arion saat mereka berada di dalam lift.“Baik Tuan muda,” jawab Erik dan memberikan beberapa lembar materi yang sudah ia jilid dalam dua rangkap. Ia berikan masing-masing satu kepada Reynard dan Felix.“Oh iya, ini Erik yang akan menjadi sekretarisku yang mengisi pekerjaan Emily. Kamu sudah pertnah bertemu dengannya ‘kan Fel?”Felix mengangguk, “Iya.”Erik sedikit menunduk sebagai salam perkenalan, “Mohon kerjasamanya, Pak Reynard, Pak Felix.” Sapa Erik dengan formal.Felix dan Reynard balas mengangguk, “Tentu saja, Pak Erik.”Reynard menepuk bahu Erik, “Santai saja dengan kami. Jangan kaku seperti itu.” Ujarnya tersenyum ramah.“Ok cukup perkenalannya, sekarang aku jelaskan dengan singkat tujuan meeting pagi ini.” Sela Arion dengan nada serius.Ketiga bawahannya itu kembali terfokus. Reynard dan Felix menatap serius ke arah Arion karena mereka berdua belum mendapatkan info apapun.“Aku ingin membatalkan project Tri
Erik mulai menyiapkan suara pemungutan suara yang harus ia kerjakan secara mendadak. Semua kertas kosong itu di bagikan kepada para petinggi yang berjumlah 30an kepala.“Silahkan tulis suara anda di kertas kosong ini, serta cantumkan nama anda, karena yang kami hitung bukan beradasarkan jumlah suara melainkan jumlah total saham dari anda sekalian.” Ujar Felix yang berdiri di tengah-tengah.“Tapi bagaimana dengan beberapa petinggi yang tidak hadir saat ini?” tanya seorang pria yang berada di kubu tidak setuju dengan keputusan Arion.Arion tersenyum, “Kami akan menghubungi para pemegang saham tersebut!” sahut Arion dan melihat ke arah Erik untuk menyambungkan sambungan telepon kepada beberapa pemegang saham yang tidak hadir.Erik paham dan mulai menyambungkan panggilan video grup kepada beberapa pemegang saham yang tidak hadir, yang di antaranya adalah Max, Kenan, Ethan dan Finley serta empat orang lainnya.“Aku langsung saja memberikan suaraku!” seru Max yang tidak ingin berbasa-basi.
Austin melangkah masuk ke dalam ruang rapat utama yang terletak di lantai 13 itu. Ruang meeting yang dulu dengan mudahnya ia menghamburkan 500 milyar untuk Steve demi sang kekasih hatinya itu lepas dari mantan suaminya yang berengsek.Tapi semua itu menjadi masa lalu yang sangat berharga bagi mereka, bahkan kehidupan Steve dan Jennifer juga sudah sangat membaik dan stabil di Amsterdam bersama sepasang anak angkat. Di mana ternyata Steve lah yang memiliki masalah pada gangguan sperma, dimana bisa menjadi sperma tidak cukup, tidak sehat atau bahkan tidak bergerak.Namun, karena tidak ingin mengulangi hal yang sama. Steve dan Jennifer membicarakan hal tersebut dengan sangat baik, bahkan Jennifer sendiri tidak keberatan akan hal itu. Bagi mereka saat ini, kebahagiaan merekalah yang utama.Arion berjalan menghampiri sang Daddy, ia sendiri cukup terkejut dengan kehadiran Austin, karena dari pembicaraan mereka sebelumnya, Austin hanya akan melakukan panggilan video untuk memberikan suaranya.