Berbeda dengan keluarga Harold yang saat ini tengah berkumpul di ruang keluarga karena kehadiran Brice dan sang istri. Austin, Bella, Iris, Irina, Arion dan Emily yang kini menjadi anggota keluarga inti bercengkerama dengan tawa yang terus merekah di wajah mereka karena kebanyolan Iris. Karena hari ini Brice bersama sang istri harus kembali ke Amsterdam, serta ia baru saja mendapatkan kabar dari salah satu asistentnnya—Alpha mengenai organisasi yang berkaitan dengan kejadian beberapa tahun silam. “Hem, uncle ada ada sedikit pekerjaan.” Jawab Brice kepada keponakan nomor satunya itu. Beberapa menit kemudian seorang wanita berambut blonde masuk ke dalam kediaman Austin dan menyapa seluruh keluarga lalu berkata, “Tuan Brice, Nyonya, private jet sudah siap.” “Hem, ok Orlin!” sahut Brice kepada asistentnya. Brice bersama sang istri berpamitan kepada Austin, Bella dan anak-anaknya. “Jangan lupa nanti kita berangkat ke Indonesia, Nabila dan yang lainnya memanggil kita untuk liburan di
Felix dan Cecilia saling melempar pandangan dengan kehebohan yang Rose timbulkan. “Hah… jadi ini maksud ayah…” batin Felix yang akhirnya paham dengan perkataan ayahnya.“Ibu tunggu, bukan seperti itu.” Felix mencoba menengahi.Rosa mengerutkan keningnya, “Bukan seperti itu yang seperti apa? Jadi kamu tidak mau menikah dengan Cecilia?”“Eh?” Felix mati kutu, bukan itu maksudnya kepada sang ibu, dan saat ia menoleh ke arah Cecilia, ia dapat melihat gurat kecewa di wajah kekasihnya itu, “Mampus!”“Tentu saja aku menikah dengan Cecilia Ibu, tapi.”“Tapi apa?”Felix menoleh ke Finley, meminta pertolongan kepada sang ayah, namun sirna harapannya saat Finley mengangkat kedua bahunya dan memberi pose semangat kepada dirinya.“Tentu saja hal itu harus aku bicarakan dengan Cecilia, Ibu.” Jelas Felix mencoba memberi pengertian kepada Ibunya itu.Rose dengan lembut menatap Cecilia yang masih duduk di sebelahnya, “Cecilia tidak mau menikah dengan Felix?”“Ya?”“Jadi iya?”“Ah bukan itu maksud Ceci
"Sialan!!! Apa yang kau lakukan pada kekasih ku!!!" seru seorang pria yang baru saja dari kamar mandi.Fin langsung menodongkan pistol ke arah pria itu."Katakan sekarang juga atau kalian keluar hanya tinggal nama dari kamar ini !!" suara dingin dari Fin."Kami ti—tidak tahu !!" isak tangis ketakutan wanita tersebut tapi masih berusaha menutupi.DoooorrrrFin melesat peluru dengan senyap ke arah bantal."Ma—maafkan kami Tuan..!!" seru dua lelaki tersebut bersimpuh di bawa kaki Fin."Katakan sekarang juga !!" geram FIn."Mereka di kamar presidential suite nomor 3005" jawab wanita beranting dengan suara gemetar.Fin segera berlari dan meinggalkan tiga orang yang tengah ketakutan.Dengan cepat Fin menaiki tangga darurat ke lantai tiga.Tap tap tapTing tong ting tongTing ton ting tongCeklek"Si——"BrakkkkkFin langsung mendorong pintu tepat saat pintu itu terbuka."Berengsek siapa kamu !!!" maki pria yang kini hanya mengenakan celana jeansnya.Fin segera menuju kamar yang agak jauh dar
Fin dengan kuat menahan selimut Rose yang terus saja mendesah dan memegang semua titik sensitif di tubuhnya, membuat pria itu ikut merasa panas melihat gerakan erotis seperti ini dari Rose."Rose, apa yang harus aku lakukan..!! Apa kamu sangat kesakitan ?" gumam Fin yang sebenarnya berbicara sendiri karena berpikir Rose tidak lagi akan mendengarnya."Yahh..ya,,, Tu—tuan Fin… Ini sangat sakit... Ini sungguh menyiksaku..!! Ahhhh..!" jawab Rose terbata-bata, menatap nanar ke arah Fin."Oh Lord !! Kenapa kamu bisa terjebak dengan obat lachnut itu !!" geram Fin."A—aku ti..tidak tahu... Ohh… Finn.. A—aku ti… tidak kuat lagi !!" suara tercekat Rose.Rose langsung menyingkap selimut yang dia kenakan, dan dengan cepat Rose bangun dari tidurnya. Lalu menarik tangan Fin, Rose meraup bibir Fin dengan begitu agresif. Obat perangsang tersebut sudah bekerja sempurna d dalam tubuh Rose. Membuat wanita cantik itu kehilangan akalnya.Fin membelalakkan matanya mendapatkan serangan mendadak dari Rose."
"Ackkk..!!" pekik Rose kesakitan. Namun, milik Fin meleset."Ahh... apa karena aku sudah lama tidak melakukan ini..? Kenapa tidak berhasil.." pikir Fin."Maaf Rose… Apa sakit ?" tanya Fin hati-hati.Rose mengangguk kecil."Apa mungkin kurang basah..?" gumam Fin kemudian turun dan menjilati kembali milik Rose memberikan salivanya."Ahh… Um..." desah manja Rose."Hmm, aku rasa cukup..." gumam Fin dan kembali mensejajarkan posisinya.Fin kembali mengarahkan miliknya, "Aku mulai Ros.." ujar Fin lembut."Ya..ya... Tuan...""Please stop panggil aku Tuan, panggil aku Fin... Hmm?? Sebut namaku Rose.." balas Fin dan mengarahkan batangnya tepat di bagian liang Rose... Blesss"Ackkkkkkk!!!!!" teriak Rose dan mencengkram kuat lengan Fin hingga kukunya tertancap masuk ke dalam kulit pria yang sedang berusaha di bawah sana.Deg !!Fin tersadar akan sesuatu. Da
Fin menatap langit-langit kamar Hotel. Dan senyumn tidak lepas tercetak di sudut bibirnya. "Aku tidak menyangka benar-benar jatuh cinta padamu.." gumam Fin pelan dan mendekap erat Rose yang sudah tertidur lelap. Beberapa menit memeluk mesra Rose. Fin melepaskan pelukannya dan duduk di atas kasur. Mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. Tuuu tuuuuttt tuuuuutttt "Iya Tuan Fin ?" sapa seseorang di sana. "Cari informasi apapun mengenai wanita bernama Rose Anne. Terutama dimulai dari Paman serta sepepunya yang bernama Lily...!" titah Fin. "Baik Tuan..." Pipppp Fin memutuskan sambungan telponnya dan kembali berbaring di sisi Rose. Dengan lenggan kokohnya. Fin menopang kepala sambil terus menatap wajah cantik yang sedang terlelap itu. "Biar tidur kamu tetap cantik Rose..." puja Fin. Beberapa menit kemudia, notifikasi ponsel Fin berbunyi. Drzztt Fin membuka email dari bawahannya. Membaca semua laporan yang dia terima. Serta beberapa foto dan kejadian yang sempat terekam ol
Felix dan Cecilia melangkah perlahan-lahan menuju paviliun yang terletak di seberang mansion utama. Mereka berdua menikmati keindahan taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang bermekaran di bawah sinar matahari pagi yang hangat. Felix dengan lembut meletakkan tangannya di pinggang Cecilia, sementara Cecilia tersenyum manis sambil menatap mata Felix. "Aku bersyukur semua berjalan dengan lancar, sayang, Uncle Kenan dan Aunty Siska merestui kita." ujar Felix sambil menggenggam erat tangan Cecilia. Cecilia tersenyum lembut. "Hmm, begitu pun dengan Aunty Rose dan Uncle Finley,” Cecilia tertawa kecil mengingat reaksi Rose, “Dan Aunty kenapa tetap sangat menggemaskan di usianya saat ini.” Felix ikut terkekeh, “Yah seperti itulah Ibu. Apabila Ayah atau aku yang sakit, kita akan mendengar ocehan Ibu yang terus menasehati kami. Yahh… mungkin karena jiwa Ibu adalah seorang Dokter.” “Tapi aunty sungguh luar biasa, dia menjadi dokter yang luar biasa dan sekaligus menjadi direktur di rumah sak
Di saat Felix dan Cecilia tengah memadu kasih, segala pertemua dengan orang tua berjalan dengan mulus. Berbeda dengan Reynard dan Eleanor yang saat ini tengah berada di dalam mobil, Reynard tiada hentinya mengucapkan kata maaf kepada kekasihnya itu.“Sayang, maafkan aku, semuanya karena kebodohanku yang membuat kamu harus mengalami kesulitan seperti ini.” Sesal Reynard sembari menggenggam tangan Eleanor.Eleanor membuang nafasnya pelan dan menaikkan tangannya dan meletakkannya di pipinya, menatap wajah Reynard yang tengah fokus menyetir dengan ekspresi yang begitu tegang.“Rey?” ucapnya dengan suara rendah, “bukannya tadi kamu sendiri yang bilang jika cinta itu sebuah misteri? Kita tidak tahu kapan datangnya bukan? Jika hal ini akan terulang, aku akan akan tetap memilih kamu mencintaiku dengan keadaan seperti ini, bukan membalas cintaku untuk menyenangkan aku, itu jauh akan lebih menyakitkan, bukan?”“Jadi berhenti menyalahkan dirimu lagi, hmm? Aku sangat bahagia Rey, jadi mari kita