Masih Flashback...Di Kanada, di sebuah apartment yang mewah. Giselle kini tengah tertidur dengan lelap setelah melewati malam yang begitu panjang dan memabukkan. Setelah melewati sesi pertama. Gerald dengan cepat kembali bisa menaikkan birahi mereka kembali.Tanpa batas dan tanpa ragu mereka kembali meraih puncak kenikmatan bersama yang melebihi pertarungan ranjang mereka yang pertama.Gerald yang bangun terlebih dahulu menatap lurus ke wajah Giselle yang masih terlelap dan memeluk pinggangnya.Dengan jari telunjuknya, Gerald mengusap lembut pipi Gisell dan sampai ke bibir Giselle yang begitu seksi baginya."Kamu sangat luar biasa di atas ranjang Giselle...!"Tangannya terus turun mengusap leher dan bahu hingga lengan Giselle."Sepertinya aku akan membuatmu menjadi milikku !"Giselle merasakan geli di lengannya dan sedikit mengeliat dan berusaha membuka matanya. Dengan mengerjapkan matanya. Giselle melihat sosok pria yang tadi malam sudah menghabiskan malam yang luar biasa bersamanya
Setelah melewati beberapa jam perjalanan di atas pesawat. Steve akhirnya tiba juga di Kanada untuk menemui Gerald. Dengan menggunakan taksi bandara, dirinya bergegas menuju Hotel. "Ah, pantas saja setiap aku dan Austin ke Kanada selalu ada mobil yang datang menjemput kami. Aku pikir itu adalah fasilitas airport..!! Ternyata itu semua adalah anak buah Austin !"gumam Steve memijit keningnya. Hanya dalam hitungan satu bulan, kehidupannya yang nyaris sempurna berubah drastis. Dimana setiap dia pergi dalam melakukan perjalanan dinas selalu mendapatkan pelayanan prioritas, kini dia harus mengurus segalanya sendiri. Dan, ternyata semua priviladge yang dia dapatkan itu, karena ada Austin yang turut serta di sampingnya. "Shit...!!!" maki Steve. "Ya Tuan..?" jawab driver yang membawa kendaraan terkejut mendengar umpatan dari pelanggannya. "Ah.. Sorry, aku hanya memikirkan sesuatu." jawab Steve. Tidak menyangka umpatannya akan terdengar. Steve memutuskan mengambil ponselnya untuk menghub
"Pria itu adalah Austin Harold," sebut Gerald membuat Steve tercengang. Giselle yang tidak mengetahui siapa sosok Austin Harold hanya melihat ke arah Gerald membutuhkan penjelasan lebih detail. Gerald berjalan dengan santai menuju sofa dan menarik Giselle untuk duduk di sampingnya. Steve masih terdiam, tidak percaya jika selama ini Austin benar-benar sudah mengendalikan perusahaannya hingga hampir lima puluh persen klien membatalkan kontrak kerja sama dengan perusahaannya. Gerald tersenyum smirk, "Dari melihat ekspresimu Steve, sepertinya kamu terkejut dengan fakta bahwa sahabatmu itu memiliki kekuasaan seperti itu." tebak Gerald yang belum tahu kalau Steve sudah mengetahui status dari Austin. "Sa..sahabat..?" Giselle spontan terkejut dan menutup mulutnya sendiri. Dia hampir saja keceplosan memberikan Steve pertanyaan bertubi-tubi. Gerald meraih Giselle yang masih terkejut masuk ke dalam dekapannya, membuat Giselle bersandar didadanya. "Yeah darling, Austin adalah sahabat Steve
Tiga puluh menit berlalu, Gerald yang sudah puas melihat dan mendengar percakapan antara Steve dan Giselle. Memutuskan kembali ke ruangannya. Dan dalam tiga puluh menit itu dia dapat melihat bagaimana Giselle memuaskan Steve menggunakan mulutnya. Membuat dirinya kembali ikut teransang, namun saat ini ada sesuatu yang jauh lebih penting dari pada membuat Giselle telanjang saat ini juga. Gerald sengaja memperbsar volume langkahnya agar kedua pasangan di dalam memiliki waktu untuk bersiap-siap. Ceklek Dirinya membuka pintu, terlihat Giselle sudah kembali di posisi semulanya. Begitu pula dengan Steve. Tap tap tap "Sorry lama, tadi agak sedikit sibuk." ucap nya tepat saat masuk. "Iya, no problem Gerald." sahut Steve cepat. Gerald memilih duduk di samping Giselle dan hendak menciumnya, kemudian dia tersenyum, "Apa ini darling di mulut kamu..?" ucap Gerald menunjuk ke sudut bibir Giselle. Deg.. Giselle seketika panik, dia takut kalau sisa cairan milik Steve tertinggal atau blepotan
"Tuan Gerald, aku mendapatkan kabar kalau hari ini Tuan Austin dan Nona Bella berangkat menggunakan Private jet ke Lanai Island." ujar Asistent Gerald yang bernama Victor. Gerald tersenyum senang, "Sepertinya dewi fortuna berpihak padaku..!" serunya. Kemudian dia membuka laci meja dan mengeluarkan map coklat. Lalu melemparnya ke atas meja. "Angkat berita ini, di sosial media dan media tv." seru Gerald sambil menatap map coklat tersebut. Map coklat yang dia dapatkan dari Steve dua hari lalu. "Baik Tuan, apa ada lagi..?" jawab dan tanya Victor kemudian. Gerald mendongak dan menatap tajam ke arah asistentnya, "Ingat, tutup rapat sumber berita ini kepada media agar Austin dan para cecunguknya tidak bisa mendapatkan infrmasi tentang kita," Victor sedikit membungkuk, "Baik Tuan," Setelah asistent priabadinya keluar, Gerald mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. Tuut tuutt tuutt "Iya Gerald..?" jawab Steve di balik ponsel. "Berita akan turun hari ini, apa kamu yakin foto terse
*** Giselle di buat terkagum-kagum dengan Villa milik Gerald. "Wow ini sungghu luar biasa besar Gerald," seru Giselle yang tidak dapat menutupi kekagumannya. Gerald tersenyum, "Baguslah kalau kamu suka," jawab Gerald. Steve pun menyusukl dari belakang dan tertawa kecil melihat reaksi Giselle, karena hal yang di lakukan Giselle sama seperti dirinya pada saat melihat Villa yang seluas dan semegah ini. "Ayo masuk, para pelayan sudah ada di dalam. Dan aku punya satu orang tamu lagi. Kamu tidak keberatan Steve ?" ujar Gerald sambil mengambil langkah masuk ke dalam Villa. "Tentu saja Gerald, Kamu bisa memanggil temanmu," jawab Steve. "Good..!" Pintu besar berwarna hitam itu terbuka lebar dari dalam, "Kamu sudah datang Gerald..?" suara pria yang sedikit tidak asing di telinga Giselle. "Oh No — oh tidak !!" pekik Giselle dalam hati ketika melihat sosok pria yang tengah membuka pintu. "Wow si seksi Giselle !!" seru pria itu. "Frank..?" gumam Giselle. "Long time no see you— lama tidak
"Ini tidak mungkin !!! Ini tidak mungkin..!! Ini pasti sebuah kesalahan !!" seru Gerald sambil menggenggam erat selembar foto.Terlihat foto seorang wanita bersama beberapa pria tengah bercinta.Wanita tersebut terlihat tersenyum menikmati apa yang di lakukan oleh empat pria sekaligus kepada tubuhnya.Tangan Gerald gemetar hingga tidak sadar dia melukai tangannya sendiri dengan kukunya.Dan dari beberapa lembar puluh foto, bukan hanya empat laki-laki itu saja. Tetapi setiap foto yang di berikan. Wanita itu bersama pria yang lain. Namun foto yang di tangannya inilah yang membuat dirinya benar-benar shock. Karena di salah satu pria tersebut adalah temanya yang dia percaya. Frank."Frank...?!! Apa dia mengenal Alea ??! Kebetulan? Atau ??!" serak Gerald."Lalu untuk apa dia mengirimkan foto-foto ini padaku ??!!" geram Gerald."Bukankah dia juga sudah mencicipi tubuh Alea seperti para pria-pria ini ??!"Namun matanya teralihkan dengan usb yang ada di tumpukan foto tersebut. Dengan rasa pen
Saking seriusnya pembicaraannya bersama Gerald, membuat pemuda itu harus masuk ke dalam ruang kerja agar tidak mengganggu tidur istrinya—Emily.Apa yang ia dengar dari Gerald rasanya belum seluruh kisah antara Sang daddy dan Sang Mommy. Tapi apa yang di ceritakan Gerald sudah mewakili rasa ingin tahunya, ia merasa bersyukur kalau sang Daddy dengan gagah berani dan tegas untuk memiliki sang Mommy.“Hem, sebaiknya aku tanyakan langsung kepada Daddy...” gumamnya sambil melihat layar ponselnya, melihat foto kedua orang tuanya.Ia dapat melihat bagaimana kedua orang tuanya saling mencintai satu sama lain, bagaimana sang Daddy begitu meratukan sang Mommy. Ia tersenyum tipis hingga terdengar suara pintu terbuka.Arion menoleh ke arah pintu, ia tersenyum melihat Emily yang saat ini memakai oversize sweater yang panjangnya, “Sayang...?”“Kamu disini sayang?”“Hmm, kemarilah...”Emily berjalan masuk ke dalam ruangan dan menghampiri sang suami, naik ke atas pangkuan Arion. Pria berhazel biru saf