Atas izin dari Dokter, Emily dapat pulang ke mansion dengan menggunakan helikopter yang berada di atas bangunan Rumah Sakit pribadi Harold Grup ini. Hanya Arion dan Emily, bersama seorang suster yang mendampingi di atas helikopter.Helikopter pribadi milik Harold Grup sudah siap di atas bangunan rumah sakit. Arion membantu Emily naik dengan hati-hati, memastikan sang istri nyaman. Seorang suster ikut serta, memastikan semua kebutuhan medis Emily terpenuhi.Selama perjalanan, Emily menyandarkan kepalanya di bahu Arion, memandangi kotak di pangkuan suaminya. Matanya terlihat lelah namun penuh cinta saat menatap kotak tersebut. Arion mencium puncak kepala Emily dengan lembut, mencoba memberikan kekuatan melalui kehangatan tubuhnya."Terima kasih sudah ada di sini, sayang," bisik Emily, suaranya lemah.Arion menggenggam erat tangan Emily, mengusap lembut lengannya, “Terimakasih sudah menjadi wanita yang hebat, sayang.”Cahaya matahari pagi yang hangat menyinari mereka, menciptakan suasana
Seminggu pun berlalu, kondisi Emily jauh lebih membaik, luka operasinya pun sudah tidak sakit lagi. Selama seminggu ini, Arion bekerja di rumah dan ia baru tahu jika saham di perusahaan cabang sedang mengalami pergerakan yang tidak stabil sejak tiga hari lalu. Felix, Reynnard dan Erik sangat membantu pekerjaannya.“Sayang, kamu bisa ke kantor, aku sudah jauh lebih baik,” ucap Emily sembari membawa segelas kopi untuk suaminya.Arion yang melihat itu segera berdiri dan menghampiri Emily, “Kenapa kamu yang membuatnya sayang, kamu belum boleh banyak bergerak,” seru Arion panik yang segera mengambil cangkir dari tangan Emily.Emily tertawa kecil. "Aku baik-baik saja, Sayang. Aku hanya ingin sedikit bergerak, sendi-sendiku terasa kaku," jawabnya dengan senyum lembut.Arion membalas senyumnya, memeluk Emily dengan hangat. "Aku hanya khawatir padamu, sayang," bisiknya sambil mencium kening Emily.Mereka duduk bersama di sofa yang empuk di ruang kerja Arion. Arion menyesap kopi yang dibuat ist
Emily, Eleanor, dan Cecilia baru saja melangkah masuk ke dalam butik mewah yang dipenuhi lampu kristal berkilauan dan rak pakaian elegan.Suara bass yang berat tiba-tiba memanggil, “Nona Emily? Apa kabar? Sudah lama kita tidak saling menyapa.”Emily menoleh dan menatap tajam sosok pria di depannya, "Ya? Untuk apa saya menjawab anda Tuan Rafael?!" sahutnya tegas tanpa ada rasa takut di wajahnya.Cecilia dan Eleanor segera bergerak, menjaga Emily agar tidak diganggu oleh Rafael. Eleanor melangkah sedikit di depan Emily, menatap Rafael dengan penuh kewaspadaan. Rafael tersenyum smirk, seolah menikmati situasi ini."Kita harus segera pergi," bisik Cecilia, meraih lengan Emily."Lihat-lihat saja," jawab Rafael dengan sorot mata nakal, "Anda semakin cantik, Nona Emily."Emily menarik tangan Eleanor dan Cecilia, "Ayo kita pergi."Namun, langkah mereka terhenti saat Rafael langsung menghadang di depan mereka, “Kenapa kamu begitu terburu-buru?”Dalam hitungan detik, pengawal yang selama ini be
Naina duduk di apartemen Rafael yang mewah, dikelilingi oleh perabotan minimalis namun elegan. Ia segera meminta Beta untuk melumpuhkan CCTV di dalam ruangan tersebut. Dengan earphone terpasang, Naina berkomunikasi dengan Beta, "Kak Beta, pastikan semua kamera mati. Aku akan mulai sekarang."Beta mengkonfirmasi, "Semua aman, Naina. Silakan lanjutkan."Naina cepat-cepat menancapkan USB ke laptop Rafael yang terkunci dengan password. Dalam hitungan detik, Beta berhasil mengendalikan laptop dari jarak jauh. "Ok Kak, semua akses sudah terbuka!" serunya pelan, berusaha tidak menarik perhatian.Sambil Beta sibuk dengan laptop Rafael, Naina mulai melihat-lihat dokumen yang selalu dibawa oleh Dante. Semua file tersebut berisikan data-data Arion dan keluarganya. "Hah... Mr. B pasti akan sangat murka melihat ini!" gumamnya sambil memotret dokumen-dokumen tersebut dan mengirimkannya ke Alpha.Setelah memastikan tidak ada yang terlewatkan, Naina menemukan sebuah laci terkunci di meja kerja Rafael
'Silahkan baca ulang ya sayang-sayang aku, maaf sempat salah pindahkan file'Dante mengambil satu lembar kertas yang berisikan profil model tersebut, “Namanya Tasya.”Rafael mengernyitkan kening, “Tasya?” tanyanya.Dante pun menjelaskan siapa itu Tasya, dan bagaimana model bernama Tasya sempat memiliki skandal bersama Arion, di kabarkan jika Arion dan Tasya merupakan sepasang kekasih. Tetapi di saat yang sama Tasya juga terlihat bersama Raul.Dan di Paris, Raul sempat terlihat berdansa di club miliknya bersama wanita yang saat ini menjadi istri dari Arion. Rafael mencerna semua informasi yang diberikan oleh Dante. Ia merasakan ada keterkaitan antara semua kejadian ini, namun belum bisa memahaminya sepenuhnya. Rafael mengernyitkan kening, berusaha merangkai potongan puzzle tersebut dalam pikirannya.Dante melanjutkan penjelasannya, "Ada kemungkinan besar bahwa skandal antara Tasya dan Raul adalah alasan utama mengapa Raul diincar. Ini terlihat seperti motif yang kuat, namun masih banya
Naina melanjutkan dengan menggosok punggung Rafael dengan gerakan menggoda, dengan sengaja memanaskan mesin pria di depannya ini. Rafael merasakan sentuhan Naina semakin menggoda, napasnya mulai berat dan pandangannya semakin tajam menatap wanita itu.Naina berbisik di telinga Rafael, "Anda terlihat tegang, Tuan muda," sambil menggigit lembut telinga Rafael, memancing reaksi lebih darinya."Shit!" Rafael mengumpat, dan langsung menarik tangan Naina, membuat tubuh Naina terhempas ke depan, di pangkuan Rafael. Membuat riak air keluar dari dalam bathtub.Tangan Rafael yang kasar namun penuh gairah menarik Naina, menimbulkan keintiman yang tak terelakkan. Pancaran lampu dari kamar mandi yang berlapis marmer mewah menambah suasana erotis dan intim.“Tu-tuan...” kaget Naina yang tentu saja memasang wajah terkejutnya saat pipinya tengah di cengkram oleh Rafael.Rafael menatap tajam ke arah Naina dan berkata, “Apa kau menggodaku sejak tadi?”Naina menggeleng pelan, “Aku tidak bermaksud Tuan,”
Naina membuka matanya, ia terkejut tidak melihat Rafael di tempat tidur. “Apa dia sudah pergi ke laboratorium?” gumamnya dalam hati.Buru-buru, ia turun dari tempat tidur menuju pintu.Suara pintu berbunyi dengan cukup keras, "Krek!".Betapa terkejutnya ia saat melihat Rafael ada di depannya masih dengan celana ketat olahraga miliknya. Pria itu menaikkan satu alisnya, “Kau sudah bangun?” tanya Rafael kepada Naina.“Ah iya, Tuan,” jawab Naina dengan sedikit gugup.“Hmm, baguslah... Bersiaplah, 30 menit lagi Dante akan menjemput.” Rafael berlalu masuk ke kamarnya.Naina kebingungan, “Ya?” tanyanya dengan suara pelan.Rafael menoleh sesaat dan berkata, “Tinggal 29 menit lagi, bergegaslah.”Naina seketika tersenyum semringah dan langsung meluncur ke arah Rafael.Ia sedikit berjinjit dan memberikan ciuman ringan di pipi Rafael, “Terima kasih, Tuan muda,” ucapnya sebelum berlari kecil kembali ke kamarnya.Rafael tertegun dan terdiam mendapatkan ciuman tiba-tiba dari Naina. Senyuman kecil mu
Pagi itu, Emily bangun dengan semangat baru. "Sayang, aku sudah siapkan air mandi kamu ya, aku turun buat sarapan dulu ya?" serunya dengan penuh semangat.Arion yang masih setengah tertidur tersenyum dan mengecup kening Emily, "Terima kasih sayang."Emily melangkah ringan menuju pintu, berjalan keluar kamar dan turun menggunakan lift ke lantai dasar. Dengan hanya mengenakan tanktop dan hot pants berwarna khaki, ia terlihat santai dan nyaman. Rambut panjangnya ia ikat asal ke atas, menciptakan kesan casual namun tetap menarik.Setibanya di dapur, Emily mencuci tangan di wastafel, menikmati sensasi air dingin yang menyegarkan. Ia menuju kulkas dan mengambil beberapa bahan masakan. Hari ini, ia memutuskan untuk membuat sarapan yang sederhana namun lezat, beef sandwich dengan sayuran organik, serta segelas oat milk.Emily mengambil selembar roti gandum dan meletakkannya di atas talenan. Ia kemudian mengoleskan mentega tipis-tipis di kedua sisi roti sebelum memanggangnya di atas pan. Semen