Arion yang tidak tahan segera mengubah posisi mereka, membuat Emily sekarang berada di bagian bawah. Sedangkan pria itu dengan posisi berlutut dan dengan tatapan yang begitu mendominasi, “Buka dengan lebar sayang! Aku ingin melahapmu sekarang juga!” Emily membuka kedua pahanya dengan lebar mengikuti titah Arion, memperlihatkan inti tubuhnya yang sudah begitu lembab karena cairannya yang tercampur dengan saliva Arion. Arion meneguk salivanya, “Damn! Kenapa ini sangat menggiurkan!” serak Arion yang tidak jadi menghujam boanya. Pria itu malah menggunakan kedua tangannya untuk membuka bibir miss v Emily dengan lebar, terlihat warna pink di bagian dalamnya. Arion mendekatkan wajahnya dan menjulurkan lidahnya, sedetik kemudian ia menyapu miss v Emily dari bawah ke atas. “Ough Yon!” eluh Emily merasa geli di sekujur tubuhnya. Saraf-saraf bahkan sendi-sendinya terasa begitu ngilu atas aktifitas yang di lakukan Arion. Emily mengangkat pinggulnya, membuat lidah Arion masuk semakin dalam.
“Morning,”Arion menyapa Emily saat wanita cantik itu mulai menggeliat di dalam pelukannya. Lengan Arion sendiri sudah kebas karena menjadi bantal untuk wanitanya itu.Semalam mereka berdua benar-benar t idur di sofa panjang, dan Arion tidak membiarkan Emily jauh dari dirinya sedikitpun.Emily tidur dengan nyaman dan hangat di dalam pelukan Arion.“Morning,”Sahut Emily dengan suara khas bangun tidurnya, memancarkan senyuman indah di wajahnya yang manis.Dan di saat kedua lovey dovey ini menikmati waktu pagi mereka, suara ponsel Arion terus saja berdering.“Tunggu,” Emily mengangguk dan membiarkan Arion turun dari sofa untuk mengambil ponselnya yang ada di atas meja.“Reynard?” gumamnya.Arion menghela napas dan menoleh ke Emily, dengan gerakan tangan di depan bibirnya. Meminta agar Emily tidak bersuara. Wanita cantik itupun dengan patuh mengangguk.“Yon! Kamu dimana?!” seru Reynard dari seberang sana begitu Arion menerima panggilannya.“Ada apa?”“Hadeh! Si kresek bikin ulah di kant
“Hah Sial! Dia kembali lagi!" umpat Reynard melihat Tasha yang baru saja keluar dari lift dengan baju kekurangan bahan. Entah baju model apa yang ia kenakan saat ini.“Arion dimana? Dia belum ngasih kabar?”“Hem, belum ada kabar.” Sahut Reynard singkat menjawab Felix yang tengah melacak sesuatu.Felix tidak peduli dengan kedatangan Tasha, sikapnya yang acuh membuat dirinya tidak peduli jika ada yang tidak menyukainya, apalagi orang tersebut tidak ada hubungan dengannya.“Rey, Felix, apa Ayang bebebku sudah datang?” tanya Tasha yang kini berdiri di depan Reynard.Felix yang mendengar hal itu langsung berpamitan, “Rey aku ke toilet bentar,”“Akuuu ikut Fel!!! Tiba-tiba mual!” celutuk Eleanor mengejar Felix.Tinggallah Reynard, “Hah sial! Aku ditinggalin! Katanya sayang sama aku! Kenapa malah kabur!”gerutu Reynard sambil menatap punggung Eleanor dan Felix yang sudah berbelok di ujung koridor kantor.“Arion sepertinya tidak datang, dia masih sibuk! Lagi pula kamu kan pacarnya? Kan bisa k
Emily dengan enggan memasuki paviliun milik Arion, ia masih sangat kesal dengan kejadian kemarin. Dia merasa seperti di selingkuhi di depan mata.Tapi mau tidak mau, dia harus melakukan pekerjaannya saat ini. Begitu masuk ke dalam paviliun, Emily menuju dapur, menyiapkan sarapan untuk Arion. Ia dengan sengaja datang satu jam lebi cepat agar tidak bertemu dengan Arion di dalam kamarnya.Dia begitu hafas jam bangun Arion, biasanya di atas jam enam pagi. Pria itu baru memulai aktivitasnya.Emily bergerak lebih cepat dari pada biasanya. Setelah menyelesaikan sarapan, ia menaruhnya di atas baki, sambil membawanya masuk ke dalam kamar Arion. Dengan begitu pelan Emily membuka pintu kamar, “Huft! Syukurlah dia masih tidur.” Gumamnya pelan.Ia berjalan begitu pelan, enggan menimbulkan suara, tidak ingin membuat Arion terbangun. Dia terlalu malas untuk menemani pria itu untuk berbicara.Emily menuju meja dan meletakkan baki yang berisi sarapan untuk Arion, roti lapis dan susu hangat.Usai melet
Kembali ia mengambil kecupan di pipi Emily, “Aku mandi, hem?”Emily mengangguk. Memberikan jawaban.Beberapa saat kemudian Arion menyelesaikan mandinya, tapi tidak mendapati Emily di tempatnya tadi. Pria itu hanya menghela nafas dan melangkah menuju wardrobenya untuk berpakaian.Begitu selesai, ia keluar kamar, ia mendapati Emily tengah sibuk dengan ipad di tangannya lantai dua. Pria itu turun menggunakan tangga utama, turun ke bawah.“Kenapa keluar kamar?” tanya Arion.“Biasanya kan juga seperti itu,”jawab Emily tenang sambil membereskan barangnya-barangnya, lalu memasukkan ke dalam tasnya.“Sudah sarapan juga?” tanya Emily kemudian, karena merasa Arion keluar dari kamar terlalu cepat dari biasanya.“Hem,” balas Arion pelan.Emily pun berdiri dan melangkah menuju pintu utama, dan membuka pintu. “Silahkan,” ucap Emily, kembali formal.Arion menghela nafas kasar, ia tak suka jika Emily bersikap seperti ini.Tepat saat berjalan keluar, Bella dan Austin seperti biasa sedang berjalan-jala
Dan disinilah mereka sekarang, menikmati sarapan pagi dengan mood yang berantakan untuk Emily dan Arion.Arion menahan rasa cemburunya melihat Reynard dan Emily, sama halnya Emily yang merasa panas melihat Arion membiarkan Tasha menyentuhnya.Hal itu juga berlaku bagi Reynard dan Felix yang begah melihat Tasha yang terus meliuk-liukkan tubuhnya pada Arion.“Aku sudah kenyang, duluan ya ke dalam.” Ujar Emily yang tidak tahan lagi.“Aku juga!” sahut Felix.Reynard menoleh ke Emily, “Ya sudah, ayo. Aku juga sudah kenyang.”Mereka bertiga pun berdiri dari duduknya, “Yon duluan,” ucap Felix.“Aku juga duluan,” tambah Reynard.Sedangkan Emily terlalu malas untuk berbusa-basi. Wanita cantik itu berjalan lebih dahulu.Beberapa jam pun berlalu, Arion dan Emily baru saja menyelesaikan meeting mereka. “Ke ruanganku—”“Yon,” sela Felix membuat Arion melihat ke arah Felix.“Ada apa?”“Aku dan Reynard menunggumu di lantai atas,” ujar Felix, dan Arion sudah paham dengan maksud perkataan Felix.“Hem
“Sial! Kenapa kita tidak pernah berpikir ke proyek itu!” gumam Arion. Felix dan Reynard mengangguk setuju. “Karena jujur, yang kau hadapi sekarang adalah hanya sekedar urusan percintaan yang ringan, seperti seorang wanita yang terobsesi dengan seorang pria lantas melakukan segala hal,” jelas Felix. Reynard berdiri dari duduknya dan berkata, “Tunggu, aku akan minta file-file proyek itu dari Emily,” Arion menoleh dan menahan Reynard, “Nanti saja, Rey. Perlihatkan foto dan video yang kalian dapat.” “Hem, ok!” Reynard pun kembali duduk di kursinya. Kembali fokus dengan layar monitor di depannya. Arion bernafas lega, tapi ia berusaha bersikap biasa saja. Tidak mungkin ia membiarkan siapapun mengganggu waktu istirahat Emily saat ini. Felix yang melihat gelagat Arion hanya tersenyum tipis. Satu jam pun berlalu, ketiga pria ini selesai melihat apa yang bisa mereka selidiki. Dari rekaman cctv hanya terlihat beberapa hal yang menjadi bukti. Tapi video tersebut terlalu samar. Mereka memb
“Hai Emily,” Raul juga menyapa Emily saat pria itu sudah berada di depan Arion dan Emily.“Malam Pak Raul.” Balas Emily dengan formal.Raul mengernyitkan keningnya, “Kenapa kamu begitu formal, Emily? Bukankah kita sudah berteman.”“Ah… Itu,”“Ada perlu apa kamu datang ke kantor jam begini?” sela Arion sembari berdiri di depan Emily, menutupi tubuh Emily dengan tubuh tegapnya.“Aku tadi sekedar lewat dan bertanya ke security, beruntung kamu masih ada. Aku ingin mengajakmu ke Club,” tukas Raul lalu tersenyum, “bagaimana jika sekalian Emily ikut?”Arion berusaha tenang, selain Reynard dan Felix. Raul terbilang cukup akrab dengannya.“Sepertinya tidak bisa bro, aku masih ada pekerjaan setelah dari sini.” Jawab Arion dan menoleh ke belakang, “benarkan, Emily?” tanya sambil mengedipkan mata tanpa di lihat oleh Raul.“Benar Pak, maaf Pak Raul.” Emily dengan tanggap menerima sinyal dari Arion.Raul menghela nafas, “Hah, benarkah. Mau bagaimana lagi, tapi lain kali kamu jangan menolaknya.” Tuk