"A-Arion??" pekik Emily, membelalakkan matanya. Deg!Tapi karena hal itu pula Emily membuat gairah yang saat ini tertahan menjadi benar-benar terbakar. Karena pekikan tertahan itu membuat mulut Emily terbuka dan Arion merasakan ada aliran listrik yang begitu kuat saat ini menyergap ke seluruh tubuhnya.Tanpa izin, Arion segera meraih tengkuk leher Emily dengan kasar dan merubah kecupan ringan itu menjadi sebuah ciuman. Ciuman yang dalam.Emily semakin dibuat kebingungan dengan tindakan Arion, tangannya berusaha menahan apa yang Arion lakukan saat ini. Namun, semakin kuat ia melawan semakin dalam pula Arion melumatnya, dia sendiri dapat merasakan suhu tubuh Arion yang berubah drastis.“Euhm… Yon!” Emily berusaha memanggil Arion. Namun, semakin ia membuka mulutnya membuat Arion berulah, kini bukan hanya sebuah lumatan. Arion kini memasukkan lidahnya dan mengabsen setiap rongga mulutnya. Membuat wanita itu meremas erat lengan Arion.“Ini sangat manis, Em…” suara berat Arion membuat dada
Di ballroom utama mansion keluarga Austin Harold. Kemeriahan dan kebahagiaan terpancar di wajah twins. Sahabat dan semua keluarga turut datang di hari bahagia mereka berdua. Austin dan Bella tiada hentinya mengucapkan syukur karena kebahagian mereka begitu lengkap. Masa lalu yang mereka laui semua berakhir dengan begitu indah. Bahkan Austin yang saat ini menjadi pemilik Harold Coorporation hanya menghabiskan waktu bersama sang istri. Dia hanya sesekali datang ke perusahaan untuk memantau perkembangan, selebihnya dia menyerahkan urusan perusahaan kepada Arion dan para bawahan yang setia mengikutinya sampai saat ini—Max, Ethan, Finley dan Kenan. Bahkan anak-anak mereka ikut merasakan kekeluargaan di antara mereka. Berbeda dengan Bel’s factory yang semakin berkembang pesat. Bella sebagai CEO tetap menjalankan karirnya meskipun hanya datang sesekali. Selebihnya ia serahkan kepada Della dan di bantu oleh Eleanor—putri pertama dari Max dan Hana. Cintanya akan fashion menjadikan Eleanor
Em," Arion terus saja memanggil nama Emily seraya tangannya merayap ke punggung Emily, dan dengan kelihaiannya begitu mudah ia melepaskan pengait yang menyembunyikan payudara indah milik Emily. Jantung Emily semakin berdebar saat merasakan pengait terakhir terlepas di belakang sana. Arion melemparkan dengan asal bra hitam tanpa tali itu. Bongkahan indah seputih kapas dengan pucuk berwarna pink sungguh begitu cantik. Arion terpana, ini pertama kalinya ia melihat payudara wanita yang begitu cantik. Cherry Emily terlihat begitu pink dan merekah dengan indah, menggoda Arion. “Akh, Yon." lenguhan manja Emily begitu lidah Arion melakukan gerakan melingkar dibagian areola dengan begitu pelan dan lembut. Emily menutup matanya menahan geli yang menjalar disekujur tubuhnya. "Oh my, rasanya sungguh aneh." batin Emily merasakan gelanyar aneh di tubuhnya. Baru pertama kali ia disentuh begitu intim oleh seorang pria. Arion tidak kuasa ingin menyesap pucuk pink yang merekah dengan luar biasa
Arion tersenyum, seperti angin segar yang berhembus dan sesuatu yang hangat mengalir di seluruh nadinya. Wanita yang selama ini cintai dalam diam juga mencintainya. Seperti ada alunan instrumental music yang menghantar gerakan kedua insan yang sedang dimabuk cinta ini, gerakan yang begitu lembut dan intim terlihat begitu indah. Arion mencumbu bibir Emily begitu dalam dan penuh gelora hasrat akan perasaannya. Tubuh mereka yang tanpa sehelai benang pun ini menyatu tak terpisah. Arion dan Emily bercumbu dengan liar, pria gagah itu mengukung tubuh Emily dengan posesif. Emily sendiri terus mengeluarkan desahan tipis dan erotis setiap Arion mencumbunya di titik sensitifnya secara bergantian. Seolah tak pernah puas membuat Emily terus menggeliat akan kenikmatan yang tak dapat ia bendung. “Oh my!” Arion membawa Emily di sebuah dunia yang berbeda, wanita yang tadinya begitu malu kini mengeluarkan sisi yang tidak pernah ia perlihatkan pada siapapun. Kain selimut yang begitu berantakan kadang
Emily mengangguk dengan wajah sayunya. Dan Arion segera memposisikan boa miliknya selayaknya bagaimana ia memulai. Namun sayangnya itu tidak berhasil seperti biasa ia lakukan. “Sakit, Yon!” lirih Emily dan memegang bahu Arion, “Yon?” panggilnya pelan. Arion mendongak, “Ya?” “Lakukan dengan perlahan, hmm?” ucapan Emily membuat Arion sebenarnya agak bingung. Namun dia tersenyum dan mengangguk, mengiyakan. Arion bangun dan berlutut, dia akan melakukannya dengan perlahan seperti permintaan Emily, Dan saat ia berusaha mendorong pinggulnya, Emily kembali merintih—sakit. “Sorry…” Arion kembali menunduk dan membasahi milik Emily lalu kembali berlutut. Pria itu menarik napas dalam, ini baru pertama kali ia kesulitan menembus kewanitaan seseorang. Tapi bukan namanya Arion jika ia menyerah begitu saja. Pria itu memegang boanya yang sudah begitu keras, dan mengarahkannya langsung tepat di atas bibir kewanitaan Emily. Dan dengan dorongan keras, ia berhasil memasukkan miliknya. Namun hal itu
Jam sebelas malam acara ulang tahun Iris dan Irina baru selesai diselenggarakan. Para kerabat pun pulang satu persatu hingga jam duabelas tepat semua tamu benar-benar kosong. Tertinggal hanya puluhan pelayan yang saat ini sibuk membersihkan mansion indah ini. Iris dan Irina sendiri sudah masuk ke kamar mereka berdua masing-masing yang terletak di sudut selatan , di mana sudut bagian selatan itu hanya di peruntukkan untuk mereka berdua. Ruang pakaian mereka dibuat sebesar kamar tidur, bahkan mereka memiliki salon pribadi. Tentu saja itu diaminkan oleh Austin untuk kedua putrinya. Austin ingin membahagiakan kedua putrinya itu dengan apa yang bisa ia sediakan, meskipun Iris dan Irina hidup dalam bergelimangan harta dan fasilitas tidak membuat kedua wanita cantik ini menjadi angkuh di dalam kehidupan social mereka. Dengan memiliki hati lembut dan penyayang seperti Bella, Iris dan Irina sering terlibat dalam acara amal yang sering diselenggarakan pihak sekolah. Karena terlalu lelah,
*** Sedangkan malam sudah semakin larut. Di pavilion Arion yang mewah dan bernuansa minimalis itu terdengar suara desahan dan rintihan kuat di salah satu ruangan. Tentu saja, asal suara itu berada di dalam kamar sang pemilik pavilion—Arion Harold. Pria tampan dan rupawan yang di anugrahi mata indah berkilau berwarna biru sedang memanjakan tubuh wanita yang sudah di tandai sebagai kekasihnya—sebagai miliknya. Emily yang kelelahan karena gempuran Arion tadi akhirnya jatuh tertidur di dalam pelukan pria itu. Namun, di saat waktu menunjuk angka tiga. Arion yang terbangun mengecup bibir, pipi, mata, kening, bahu hingga membuat gairahnya kembali memanas melihat tanda cinta yang ia sematkan di beberapa titik di kulit putih Emily. Sampai membuat Emily terjaga dari tidurnya, terkejut melihat Arion sedang menyesap payudara. “Kamu sangat mesum, Yon!” “Kamu yang terlalu menggairahkan, Em. Jangan salahkan aku kalau tidak bisa menahan diri.” Blush Emily menutup mulutnya menahan rasa geli
Pagi ini, Arion datang lebih dahulu ke kantor. Setelah membaca pesan dari emailnya, Arion harus mengambil keputusan berat. Dia merasa begitu kacau pagi ini. “Damn! Damn! Damn!”Sudah sejak jam lima pagi ia berangkat ke kantor meninggalkan pavilion, meninggalkan wanita yang sudah memadu kasih dengannya dengan begitu liar dan dalam. Dimana ia baru pertama kali merasakan gairah yang begitu membuat hatinya berdebar, dimana ia menumpahkan semua perasaannya.“Arghhhh!!!” Arion meremas rambutnya dengan kasar membayangkan reaksi Emily saat bangun tidur nanti dan tidak mendapati dirinya. Padahal dia sendiri sudah berjanji kalau dia tidak akan lagi menahan diri dan melepaskan wanita itu.Tapi apa saat ini yang ia lakukan? “Shit!” Arion terus mencaci maki dirinya sendiri. Perasaan bersalah benar-benar menghantam dirinya.“Aku tidak tahu kalau dia merekam semuanya! Dasar perempuan gila!” Email yang tadi pagi ia baca ada