Share

Gadis Malang

Kuda-kudaan di komedi putar sangat indah di bawah cahaya rembulan. Ia selalu menikmati taman ini waktu masih kecil. Bersama adiknya. Tapi sekarang ia bukan anak-anak lagi dan kepolosan taman bermain itu terasa menghinanya kala ia duduk di bangku, memikirkan betapa kacau hidupnya kini.

Kursi tempatnya duduk bergoyang kemudian terdiam ketika ditimpa beban seseorang yang duduk. “Dasar bodoh,” bisiknya, matanya tetap tertuju pada kuda-kudaan komedi putar itu. “Menelfonku seperti waktu itu tidak masalah, tapi mengajakku bertemu di sini... kalau sampai ada yang melihat kita...”

“Sialan.” Desisan yang sarat akan ketakutan. “Aku tahu dimana laki-laki tua itu berada.”

Ia duduk lebih tegak. “Jangan bilang ia berada di kantor polisi.”

“Lebih buruk. Ia berada dalam genggaman Sebastian.”

“Sialan. Kita akan mati.” Bisikannya terdengar histeris. “Dia bukan lagi anak kecil yang bisa kita suap dengan coklat, Henry! Aku... aku tidak mau dipenjara, atau yang lebih buruknya lagi, aku tidak mau dipenjara
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status