Angela memandangi foto pernikahan dirinya dan Sebastian yang tengah tersenyum di atas altar sebelum menyelipkannya kembali ke tas kecil yang terasa berat karena berisi pistol.Beberapa hari yang lalu ia mendapatkan surat izin untuk memiliki senjata tersebut. Ia memang mempunyai pengawal yang selalu ada di dekatnya kemanapun ia pergi, tapi ia tidak bisa berpegangan pada orang lain. Ia harus bisa melindungi dirinya sendiri.Daniel, pengawal yang ditugaskan Sebastian untuk selalu menjaganya mengerutkan kening saat melihat pistol tersebut. Tapi Angela tidak mau mengambil resiko, ia hanya menatap sekilas wajah pria itu lalu berpura-pura tidak terjadi apa-apa.“Angela. Apa kamu sudah lama menunggu?” Anthony tersenyum sambil merapikan rambutnya. Wajahnya tampak segar. Janggut tipis yang biasanya menghiasi dagunya kini sudah dicukur rapi.“Kami baru saja datang,” kata Angela sambil melirik Daniel di meja sebelahnya.Anthony mengikuti tatapan mata Angela lalu ia tertawa pelan. “Sebastian tidak
Laki-laki itu menurunkan kameranya, sebuah seringai tampak di wajahnya. Ia tahu bahwa wanita itu akan sendirian sekarang. Walau ia tidak benar-benar sendirian, ada seorang penjaga yang selalu bersamanya. Tapi dengan sebuah pancingan kecil, wanita itu akan benar-benar sendirian.Oh, Angela yang malang...Ia selalu membuntuti wanita itu. Atau saat ia bekerja, ia mengutus beberapa polisi bodoh agar bisa mencari penghasilan tambahan dengan membuntuti wanita itu. Dan hari ini ia melihat, Angela dan seorang pria. Seorang pria yang terlihat sangat jelas menyukai wanita itu.Oh tentu Sebastian tidak akan senang melihat hal ini. Ia memandangi poto-poto yang baru saja diambilnya. Rencananya untuk Angela dan beberapa anggota keluarga Sanders sudah tetap, tetapi poto-poto ini akan menjadi rencana B yang berguna kalau sampai rencana utamanya gagal.Kau harus selalu punya rencana cadangan, pintu belakang, jalan keluar. Rencana B. Satu hal yang dipelajarinya dari adiknya.Bicara tentang pelajaran, a
Angela terkesiap ketika Anthony mengolesi telapak tangannya dengan cairan desinfektan. Ia masih duduk di tepi pot semen dan pria itu berlutut di trotoar sebelahnya. Harum parfumnya menyeruak menyapa indra penciuman Angela, membuatnya nyaman. “Pelan-pelan, Anthony. Apa kamu mempunyai dendam tersembunyi terhadapku?”Anthony mendongak, sorot matanya tidak ramah. “Kamu harus ke rumah sakit.”Angela menepuk bahu Anthony dengan ujung jarinya, satu-satunya bagian tubuhnya yang tidak terasa terbakar. “Aku baik-baik saja. Sungguh. Hanya seorang pasien yang malang.”“Kemarin Lavenska menghilang, lalu sekarang ini. Ya Tuhan, aku bersumpah akan memborgol pelaku dengan tanganku sendiri!” gumam Anthony. Ia mengolesi telapak tangan satunya lagi dan Angela terkesiap lagi, berharap untuk menjadi sedikit lebih simpatik saat ia harus melakukan hal yang sama pada ibunya dulu. Ini memang terasa sakit, Mom. Maafkan aku menyepelekan rasa sakitmu dulu.Anthony mengeluarkan selembar plester dari kantong apote
Dari awal Sebastian tidak menyukai pria itu bahkan sebelum melihat wajahnya. Setelah bertemu, ia sungguh tidak mengerti dari mana pria itu mempunyai kepercayaan diri untuk merebut miliknya. Tapi, itu masalah nanti. Sekarang ada masalah lain yang harus ia selesaikan.“Tuan, kita mendapatkan informasi baru.” Edward menoleh lewat bahunya.“Katakan.”“Pengendara mobil itu sudah ditemukan oleh polisi tapi sayang, wanita itu sudah tewas.”“Wanita? Yang menabrakku bukan seorang laki-laki?” Angela meringis saat ia menegakkan punggungnya. Pinggangnya terasa nyeri.“Jangan banyak bergerak, Angela,” kata Sebastian sambil kembali mendorong dengan lembut tubuh Angela agar menyandarkan punggungnya kembali ke jok mobil.“Aku hanya tidak mengira bahwa pengendara itu adalah seorang wanita.” Lirih suara Angela membuat gigi Sebastian beradu. Geram dengan apa yang telah terjadi pada Angela.“Suruh orang kita bergerak, Edward. Dapatkan informasi apapun yang bisa menggiring kita pada pelaku yang sebenarnya
Sebastian menyenderkan kepalanya di kursi tamu ruang kantornya sementara Edward sedang bicara pada seseorang di telepon. Begitu banyak wajah kecurigaan dan amarah yang menyiksanya. Saat memastikan Angela masuk ke dalam rumahnya tadi, ia harus menahan kakinya agar tidak ikut melangkah masuk bersama wanita itu.Sejauh ini, kejadian tadi adalah yang terburuk. Dan ia tidak dapat memastikan itu akan menjadi yang terakhir. Tidak sebelum ia bisa menangkap pelaku dibaliknya.Akhirnya Edward menutup telepon dan berkata, “Wanita itu sudah meninggal, Tuan. Tubuhnya ikut terbakar bersama mobil yang ia kendarai.”Sebastian memaksa untuk menegakkan punggungnya. “Jadi, kita tidak mendapatkan petunjuk apapun?”“Ada seorang warga yang kebetulan lewat dan ia sempat merekam video sesaat sebelum mobil meledak. Wajah wanita itu berlumuran darah, mobilnya sempat menabrak pembatas jalan. Kurasa, anda tidak akan terkejut saat melihat wajah wanita ini, Tuan.”Sebastian mengerutkan kening. Ia menerima ponsel E
“Bangun.”Angela mendengar lalat berdengung dan memukulnya.“Angela, bangun.”Bukan, bukan suara lalat berdengung. Tapi sebuah suara yang berat. Sebastian. Angela membalik tubuhnya, matanya terbuka. Sebastian sedang duduk di ujung tempat tidurnya, matanya menatap cemas. Dan luar biasa tampan.Kancing bajunya terbuka di bagian atas, memperlihatkan dadanya yang bidang. Dada yang kokoh, Angela tahu hal itu. Angela telah merasakan kekuatan tubuh kokoh Sebastian setiap kali memeluknya. Sekarang Angela sedang membayangkan bagaimana rasanya menyentuh Sebastian disana.Sebastian memiringkan kepalanya untuk melihat Angela lebih dekat. “Apa kamu baik-baik saja?”“Aku baik-baik saja.”Sebastian memicingkan mata coklatnya. “Kau tidak terlihat baik-baik saja. Maaf aku terlambat pulang, ada beberapa hal yang harus ku urus. Ini sudah larut malam, Angela. Kamu tidak bisa pulang selarut ini.”“Aku harus pulang. Riley menungguku di rumah.” Angela berjuang untuk berdiri dengan sikunya dan merintih karen
Lavenska mengerjapkan mata, perlahan terbangun. Lantai terasa dingin di pipinya. Ia mendengar langkah-langkah kaki di luar. Pria itu datang. Lagi.Wanita itu bersiap-siap akan cahaya yang menyilaukan. Akan rasa sakit. Tapi pintu itu tidak terbuka. Malahan ia mendengar suara pintu lain yang dibuka dan terdengar bunyi debuk keras seperti sebuah benda berat yang jatuh. Tampaknya seseorang dilemparkan ke sel sebelah Lavenska. Sebuah suara mengerang kesakitan. Ia seperti mengenali suara itu.Kemudian dari luar pria itu bicara, suaranya gemetar karena amarah. “Dasar wanita jalang tidak tahu diri! Apa kau berpikir aku benar-benar tertarik padamu?!”“Sa-sayang? Jangan bercanda. Apa ini termasuk bagian dari permainan yang kau maksud tadi?” Suara wanita itu bercampur tawa. Tawa ketakutan.Lavenska tidak mungkin salah. Itu suara Ibunya. Ya Tuhan... ibunya juga diculik sama seperti dirinya! Ya Tuhan...Pria itu tertawa keras. Suara tawanya membuat Lavenska menggertakkan rahangnya, begitu khawatir
Angela duduk di dalam mobil, sambil mencemaskan apa yang akan dilakukannya. Sebastian akan segera tiba, lalu ia akan menghadapi sekali lagi tatapan Sebastian yang sangat sulit ia tolak.Ia ingat saat malam dimana Sebastian pergi dari kamarnya, ia berkali-kali harus menahan tangannya agar tidak menekan nomor ponsel Sebastian dan memanggilnya kembali. Setelah kejadian mengerikan yang membuat nyawanya nyaris melayang, ia sungguh merasa menggantungkan seluruh harapannya pada pria itu.Pria yang bersikap berbeda saat ini. Seharusnya Angela mengerti, pria itu bukan lagi suaminya. Dan mungkin saja apa yang dirasakannya saat ini bertolak belakang dengan apa yang dirasakan oleh pria itu. Ya, seharusnya ia pergi. Ia seharusnya pulang saat ini juga.Lalu apa yang kulakukan disini?Angela menggigit bibirnya kuat-kuat, ia tidak ingin pulang. Ia takut. Ia takut akan serangan seperti kemarin dan ia takut kehilangan Sebastian. Inilah alasan mengapa ia mematuhi perintah Sebastian untuk selalu berada d