Jill mematut diri di depan cermin, meski malas, tapi Jill tidak ingin membuat papanya malu. Jadi dirinya harus tetap tampil maksimal atau setidaknya jangan malu-maluin! Kasihan papanya nanti. Apalagi ini berhubungan dengan masalah bisnis yang bisa dibilang acara formal! Benarkan?
“Sudah siap?”Jill mengangguk, malas menjawab, setelah perbincangan terakhir dengan papanya, Jill masih terlibat perang dingin. Enggan menjawab jika tidak terpaksa. Masih merasa kesal dengan keputusan sepihak yang diambil oleh papanya, padahal itu untuk masa depan Jill!Papa Edbert hanya bisa mendesah pelan, sadar kalau Jill masih begitu kesal padanya, tapi tidak berucap apapun, tidak ingin menyulut pertengkaran kembali. Tidak disaat mereka hendak menghadiri satu acara penting.Mereka tiba di lokasi acara beberapa waktu kemudian, Jill memandang sekeliling, ke area tempat diadakannya pesta sederhana. Tidak semegah rumah Revel pastinya, tapi tetap terasa cukup nyaman untuk pesta sederhana sepeJill menguatkan diri untuk melanjutkan langkahnya, pergi begitu saja, tidak peduli kalau nanti orangtuanya akan mencari dirinya. Saat ini Jill perlu udara segar untuk melegakan hatinya agar tidak sesak seperti ini.Jill berjalan cepat dan di saat kakinya sudah begitu lelah, sebuah taksi muncul bagaikan dewa penolong. Jill menghentikan taksi dan menyebutkan alamat rumah Gwen. Saat ini Jill tidak mungkin pulang ke rumah. Tidak mungkin sanggup bertemu dengan papanya!Gwen menyambut kedatangan Jill dengan pekikan kaget. Kenapa sahabatnya terlihat sekacau ini? Apa yang sudah terjadi? Begitu banyak pertanyaan yang berkelebat di dalam otak Gwen, namun gadis itu sadar tidak bisa memborbardir Jill dengan pertanyaan saat ini. Gwen harus memberikan Jill waktu untuk menenangkan diri.Jill termenung di dalam kamar mandi. Membersihkan tubuhnya yang terasa begitu lengket karena sudah banyak berjalan sebelum menemukan taksi tadi. Mengabaikan tatapan bertanya-tanya yang dilontarkan oleh
Jill begitu gelisah dalam tidurnya, sepertinya saat mengetahui kalau Alvaro adalah pria yang dijodohkan dengannya membuat Jill dihantui mimpi buruk, tidak heran Jill terbangun dalam kondisi hati berdebar kencang, bahkan peluh membasahi keningnya. Dan saat itulah Jill menyadari kalau Gwen hilang entah kemana karena tidak ada di sampingnya. Kemana anak itu? Jill memicingkan mata ke arah jam digital dan terheran, sudah hampir tengah malam tapi sahabatnya itu kemana? Kenapa tidak ada di ranjang? Jill melirik ke arah kamar mandi, tapi pintunya terbuka lebar, jadi Gwen tidak mungkin ada di dalam sana. Dan ujung mata Jill menangkap gerakan samar dari arah balkon.Meski malas, tapi Jill tetap menyibak selimut dan melangkahkan kaki ke arah balkon, hendak meyakinkan diri kalau memang Gwen yang ada di sana. Keadaan yang cukup gelap membuat Jill tidak dapat melihat dengan leluasa, tapi dirinya yakin kalau Gwen sedang berbicara di telepon. Yang Jill tidak tau adalah dengan sia
“Mungkin kita bisa undang Mr. Bobby untuk makan malam bersama?” usul Claire membuat Revel tersedak air yang sedang diminumnya.“Makan malam bersama? Buat apa, Ma? Mama setuju kalau aku dijodohkan dengan Jessie?” tanya Revel kesal.“Kamu tuh udah marah-marah aja!” sungut Claire, kesal saat Revel salah sangka padanya, padahal Claire sama sekali tidak ada maksud seperti itu!“Terus kenapa?”“Di saat makan malam itu Mama akan tegaskan kalau di keluarga kita tidak akan pernah ada perjodohan! Dengan siapapun! Mama dan Papa sepakat tidak akan pernah melarang kalian untuk memilih pasangan hidup kalian masing-masing kan? Dan Mama akan memberitahu Mr. Bobby secara langsung agar pria itu mundur. Atau kalau Mr. Bobby masih bersikeras dengan rencana busuknya, maka Papa kamu harus memutuskan kerjasama dengannya!” jelas Claire sambil menatap tajam ke arah Levin.“Kamu ngerti maksud aku kan, Levin?” tanya Claire memastikan.Levin mengangguk, tentu saja paham, Claire tidak ak
Mama Lea menoleh kaget menatap Jill, tidak menduga kalau penyebab kandasnya hubungan mereka adalah karena Alvaro selingkuh. Pantas Jill tampak membenci Alvaro! Sedangkan papa Edbert terdiam mendengar ucapan Jill.“Jangan mengada-ada, Jill!”“Aku tidak mengada-ada, Pa! Memang itulah kenyataannya! Jika tidak, aku tidak akan mungkin memutuskan hubungan dengan pria yang sudah aku kencani selama tiga tahun terakhir! Alvaro lah yang membuatku mengambil keputusan itu!”“Pasti ada kesalahpahaman di antara hubungan kalian. Bisa saja ada yang tidak suka dengan hubungan kalian dan menjebak Alvaro, Jill! Papa tidak percaya kalau Alvaro akan melakukan hal buruk seperti itu pada kamu!” bela papa Edbert, tidak percaya pada ucapan putri semata wayangnya.“Tidak mungkin, Pa! Aku memergoki langsung apa yang Alvaro lakukan saat itu! Jadi aku tidak mungkin salah!” bantah Jill.“Jill….”“Jangan membela pria brengsek itu lagi, Pa!” sela Jill cepat.“Kamu…”“Aku tetap pada
“Apa anda berniat untuk menjodohkan putri anda dengan putra saya, Mr. Bobby? Makanya anda merasa tersinggung dengan ucapan saya barusan?” cecar Claire, tidak ingin menyerah untuk mendapatkan jawaban secara terang-terangan.Mr. Bobby dilema, apakah dirinya harus mengakui rencananya? Atau menyangkalnya saja agar kerjasama mereka dapat tetap berjalan lancar? Bukankah tadi Mrs. Claire bilang kalau dirinya bisa meminta suaminya untuk membatalkan kerjasama di antara mereka? Jika begitu, bukankah dirinya yang akan merugi karena melepaskan kerjasama dengan perusahaan yang paling berpengaruh hanya karena ambisinya untuk menjodohkan Jessie dengan Revel? Tidak bisa! Kerjasama itu harus tetap berjalan atau dirinya sendiri yang akan rugi besar! Sebagai pengusaha, dirinya pasti tidak mau rugi!Apalagi dirinya juga memang belum mengatakan niatnya secara resmi, baru hanya sekedar omongan dengan istri dan putrinya saja. Jadi masih ada kesempatan untuk menutupi dan menyangkalnya! Ya, beg
Jill menatap papa Edbert dengan raut terluka, hilang sudah rasa hormatnya kepada sang papa. Yang kini Jill rasakan hanyalah rasa benci! Benci pada ayah kandungnya sendiri yang sudah tega menampar dirinya!“Jill….” lirih papa Edbert saat dirinya sadar kalau sudah melakukan hal yang tidak seharusnya. Bagaimana bisa seorang papa menyakiti putrinya sendiri? Papa Edbert ingin mengucapkan kata maaf, namun lidahnya kelu. Ego dan harga dirinya sebagai seorang papa menghalangi niatnya untuk mengatakan hal itu!Namun Jill bergeming, meski air matanya mengalir turun, tapi nada suaranya masih terdengar begitu tegas dan jelas, bercampur sakit hati.“Papa nggak perlu bilang apapun lagi, akhirnya sekarang aku tau kalau buat Papa yang terpenting hanyalah perusahaan! Kalau begitu anggap saja kalau aku sudah mati! Anggap saja kalau Papa tidak pernah memiliki anak sepertiku!” geram Jill dan langsung berderap pergi tanpa menoleh sedikitpun meski kedua orangtuanya memanggil namanya berulang
Air mata Jill kembali jatuh, sakit hati dengan perlakuan papanya. Setelah disakiti oleh Alvaro, sekarang Jill harus dijodohkan dengannya? Bahkan papanya sendiri tidak percaya dengan kelakuan busuk Alvaro! Apakah papanya harus melihat Jill hancur dan menderita lebih dulu, baru setelah itu percaya dengan ucapannya?Jill menarik nafas, berpikir langkah apa yang harus diambilnya sekarang. Jill tidak ingin lagi merepotkan Gwen. Dirinya sudah cukup sering menginap di rumah Gwen jika ada masalah. Lagipula untuk saat ini Jill tidak akan pulang ke rumahnya. Tidak, sampai papanya membatalkan rencana perjodohannya dengan si Alvaro brengsek!Jill berpikir sejenak dan kembali melajukan mobilnya ke ATM terdekat, sekarang Jill harus mengambil banyak uang cash lebih dulu sebelum diblokir oleh papanya! Jika tidak ada uang dan tidak ada tempat tinggal, matilah dia! Dengan pemikiran itu, Jill segera menggasak habis uang di ATM nya!‘Ini bukan licik, tapi lihay!’ batin Jill, berusaha memben
“Kita akan kembali ke Amerika minggu depan,” beritahu Mr. Bobby mendadak membuat Jessie mendelik kaget.Bukankah dulu papanya bilang akan berada di Jakarta cukup lama? Tapi kenapa sekarang jadi berubah? Apa karena tujuannya untuk menjodohkan Jessie dengan Revel gagal total? Apalagi papanya jadi lebih sering uring-uringan setelah acara makan malam bersama waktu itu! Separah itukah akibat dari perjodohan yang gagal?“Tapi kenapa, Pa? Apa terjadi masalah pada perusahaan kita di Amerika?” tanya Mrs. Aileen dengan raut cemas.Jessie bersyukur karena mamanya menggantikan dirinya untuk menanyakan pertanyaan yang juga hinggap di kepalanya sejak tadi.“Untuk apalagi kita tinggal lama-lama disini kalau Jessie tidak bisa menarik perhatian Revel! Buang-buang waktu saja!” balas Mr. Bobby sambil memandang Jessie dengan tatapan kecewa. Seolah harapannya pupus karena ulah Jessie.Sakit, itulah yang Jessie rasakan saat ini. Jadi papanya menyalahkan dirinya karena gagal menjadikan