Meskipun Andrew jarang berjudi tapi dia sering mendengar tipu muslihat yang ada di tempat perjudian maka dia tidak mau anak buah Mark yang membagikan kartunya.
"Haha, terserah." Tidak peduli anak buah Mark atau bukan tapi karena Andrew telah mengatakan permintaannya maka tentu saja Mark tidak bisa menolaknya.
Tidak tahu mengapa, Jeje seolah-olah punya bayangan gelap dengan pria yang ada di depannya, dia merasa takut ketika melihat Mark, Andrew menepuk pundaknya.
"Tidak apa-apa, aku tidak akan menyalahkanmu tidak peduli menang atau kalah." Suara Andrew terdengar lembut sehingga membuat hati Jeje yang cemas menjadi lebih baik.
Jeje mengocok kartu poker dan meletakkannya di atas meja, permainan satu putaran sebesar 400 juta benar-benar jarang terjadi di tempat ini maka orang yang ada di warnet segera mengelilingi Andrew dan lainnya."Kamu adalah tamu, maka kamu duluan." Mark duduk di seberang Andrew dengan tampilan penuh percaya dir
"Bos, bukankah uang enam miliar itu harus diserahkan kepada organisasi? Mengapa kamu....." Begitu Mark berkata, anak buahnya memperingatkannya. "Jangan berisik, kita sudah membantu Sano melakukan banyak hal, dia tidak akan berani berbuat apa-apa terhadapku meskipun akan kalah uang enam miliar ini." Mark mendorong tangan anak buahnya. Andrew tidak peduli Mark mendapatkan uang itu dari mana, yang hanya tertarik dengan Sano, tidak disangka jika Mark bahkan membantu Sano. "Bocah, apakah kamu berani?" Mark menekan tangannya di meja sambil mencondongkan sebagian badannya, jarak wajahnya sudah sangat dekat dengan Andrew sehingga Andrew bahkan bisa mencium bau rokok yang ada di tubuhnya. "Baik, aku akan bertaruh 10 miliar denganmu." Tidak tahu rokok siapa yang ada di atas meja dan Andrew mengambilnya serta memasukkan ke dalam mulutnya, dulu Andrew adalah seorang perokok tapi karena ibunya sakit maka dia berhenti merokok, tidak tahu mengapa Andre
Kemudian pemukul handal yang dicari John bergegas masuk ke dalam warnet, segera warnet Mark dipenuhi oleh orang-orang Andrew. "Kamu berani menjebakku!" Mark sekarang baru sadar jika dia dijebak oleh Andrew, Andrew hari ini datang untuk balas dendam seharusnya dia sudah memikirkannya sejak awal. "Pukul!" John tidak memberi kesempatan Mark untuk bicara lagi dan semua orang beraksi setelah John memberikan perintah, tiga puluh menit kemudian, Mark berlutut di depan Andrew penuh darah. "Mark, kamu kalah 10 miliar sehingga masih kurang 4 miliar, aku akan memberimu sebuah kesempatan untuk mengembalikan uangku jika tidak maka aku akan mengambil satu tanganmu." Andrew memungut sebuah pisau yang ada di depan Mark. "Kakek, aku benaran tidak ada uang, tolong lepaskan aku!" Mark berlutut di lantai sambil terus bersujud. Tok, tok, tok, kepalanya pecah karena bersujud! "Baiklah, lagipula pisau ini masih belum pernah bertemu darah, kebet
John dan Yaya telah berpacaran secara terbuka dan Andrew tidak tahu harus mengatakan apa melihat sikap mereka, dia sebelumnya pernah berjanji kepada Ten bahwa akan mengajarinya keterampilan tapi kerja masih belum dimulai, dia sudah berpacaran dengan seorang gadis yang tadinya berprofesi sebagai gadis pelayan dan Ten pasti akan menghabisi John jika dia mengetahuinya tapi mungkin Ten selama hidup ini tidak akan mengetahuinya. Andrew tidak bisa menolak undangan kedua gadis itu tapi sewaktu makan panggilan telepon dari Kak Mia membuat semua orang meletakkan sumpitnya. "Kak Mia, ada apa? Apakah begitu mendesak?" Wajah Jeje terlihat agak buruk karena Kak Mia yang ada di dalam telepon terdengar panik. "Baiklah, aku akan berusaha mengumpulkannya untukmu dan aku akan menghubungimu sebentar lagi." Jeje menutup teleponnya setelah itu. "Apakah itu Kak Mia? Ada apa?" Meskipun biasanya Kak Mia sangat galak terhadap Yaya dan Jeje tapi sejujurnya Kak Mi
“Apa yang ingin kamu lakukan?” Mark duduk di lantai dengan sedih. Dia tidak punya niat untuk melawan lagi saat menghadapi Andrew sekarang. Ini adalah perasaan tidak berdaya yang muncul di depan kekuatan yang kuat. Mark sepenuhnya ditaklukkan oleh Andrew dan pria di depannya adalah iblis. “Apakah kamu bekerja untuk Sano?” Andrew duduk di samping dengan santai. Targetnya bukanlah Mark tapi Sano. “Untuk apa kamu menanyakan ini? Kamu jangan banyak berharap, aku tidak akan mengatakan apapun!” Mark menatap Andrew dengan waspada. “Hehe, tidak kelihatan bahwa kamu orang yang sangat setia!” Meskipun Andrew berkata begitu, tapi dia sangat mengerti di dalam hatinya. Mark adalah orang tamak yang takut mati, alasan mengapa dia melindungi Sano hanya karena dia takut akan dibalas di kemudian hari. “Terserah apa katamu, aku juga tidak akan memberitahumu! Aku, Mark adalah orang tamak yang takut mati, aku tidak akan mengakui meskipun disik
Sudah lebih dari jam empat sore ketika keluar dari kantor polisi. Andrew berencana pulang karena tidak ada urusan di perusahaan. Saatnya berbicara dengan Jeslyne. Sebelum membuka pintu, Andrew melihat sosok yang dikenalnya. “Yaya, kenapa kamu ada di sini?” “Kak Andrew, lama tidak bertemu.” “Apa yang lama tidak bertemu? Bukankah kita baru saja bertemu?” Yaya tersenyum dan berkata, “Kenapa kamu begitu menarik?” “Ada pepatah itu? Apa namanya? Sehari tidak bertemu tapi rasanya sudah lama tidak bertemu.” Yaya berkedip sambil bercanda. “Katakan saja jika kamu punya masalah, jangan sungkan.” “Hehehe…” Yaya berkata sambil tersenyum, “Bukankah aku datang untuk berterima kasih kepadamu? John juga tidak bisa menghubungimu, jadi kami meminta alamatnya dan mencarimu.” Andrew juga berkata sambil tersenyum, “Tidak perlu berterima kasih. Kalian berdua akan menjadi karyawanku di masa depan. Melindungi karyawan send
Setelah selesai menghubungi, Andrew pun langsung kembali ke kantor. Saat ini sudah malam pukul sembilan lewat, bisa-bisanya ada ruangan yang masih ternyala di dalam kantor. Awalnya kira Budi yang sedang bekerja, ia pun langsung mendorong pintu masuk. “Budi....” Ucapannya belum selesai tersampaikan, Andrew pun menyadari bahwa Christine yang berada disini. Awalnya Christine masih perlu menetap beberapa hari di perusahaan sebelumnya untuk menyelesaikan semua urusannya, tapi karena kejadian kemarin, ia tentu tidak akan menetap lagi disana. Oleh karena itu, ia pun langsung datang bekerja di perusahaan Andrew. “Sudah sangat malam dan kamu masih belum istirahat? Kamu baru saja mulai bekerja, kenal baik lingkungan saja dulu. Tunggu kamu sudah menyesuaikan diri, baru mulai rajin bekerja. Kalau tidak, orang lain akan mengira diriku menyiksamu.” “Aku tidak ada urusan pulang nanti dan disini ada banyak pekerjaan yang belum kuselesaikan. Ada apa? Kam
Andrew juga tahu bahwa masalah ini sangat sulit untuk diselesaikan, lagi pula atasan sana juga bekerja demi masyarakat. Jika ada masalah petisi yang terjadi, maka akan sangat repot untuk diselesaikan. “Andrew, kamu juga jangan terlalu panik. Aku akan membantumu memikirkan caranya. Kamu sana juga segera memikirkan beberapa cara. Kita kedua pihak saling bekerja sama, pasti dapat menyelesaikan masalah tersebut.” “Baik, Pak Wandy. Kalau begitu, mohon bantuan Anda.” “Mengapa tiba-tiba sungkan kepadaku? Kamu uruslah semuanya dengan berani, pokoknya aku mendukungmu seratus persen.” Setelah memutuskan panggilan, Andrew pun berencana untuk mengendarai mobil menuju Desa Bunga Persik. Di saat ini, seseorang dengan wajah yang membuatnya merasa jijik muncul di hadapannya. “Aduh... bukankah ini Pak Andrew kita? Mengapa bisa datang ke tempat kecil seperti ini?” Orang yang datang kebetulan adalah Juan. Andrew meliriknya sekilas, sama sek
Kepala Desa di samping berbincang dengan para wartawan itu. Sedangkan Andrew dan Christine berdua bersembunyi di rumah sebelah diam-diam mendengar. Mendengar hingga kini, Christine tentu sangat bingung. Mengapa jadi membantu Group Li melakukan penjelasan? “Kak Andrew, situasi apa ini sekarang? Aku rasa masalah ini berjalan dengan agak janggal.” Andrew tersenyum tipis, pelan-pelan berkata. “Tenang saja, kamu pasti bisa menyaksikan pertunjukkan yang seru.” Andrew tidak memberi tahu, Christine juga tidak berencana untuk lanjut bertanya. Entah mengapa ia sangat percaya kepada pria di hadapannya dari lubuk hatinya. Kira-kira dua puluh menit berlalu, para wartawan juga sudah pergi jauh. Saat ini, Andrew pun keluar dari dalam rumah itu. “Pak Andrew, aku sudah melakukan apa yang Anda perintah. Bagaimana menurut Anda?” Andrew terkekeh berkata. “Sangat baik, sangat baik. Kepala Desa sudah bekerja keras.” “Kamu terla