Bramono terbangun di pagi hari, matanya sesaat terpaku menatap langit-langit kamar, lalu perlahan menoleh ke arah sebelah tempat tidurnya, yang memang kosong. Bramono menghela nafas lega, tahu di sebelahnya tidak ada siapapun, Bramono sangat takut kejadian kemarin terulang lagi, pagi ini.Bramono pun, langsung turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi, setelah selesai mandi, dia memakai pakaiannya, lalu bersiap pergi ke kantor dan kini Bramono sudah berada dalam mobil.Begitu masuk dan duduk di dalam mobil, Bramono langsung meminta sopirnya, untuk segera berangkat. Sampai di kantor, seperti biasanya, Bramono bicara sedikit dengan Sekertaris nya, setelah itu baru masuk ke dalam ruangannya."Kita mulai! lupakan hari yang kemarin!" Ucap Bramono pada dirinya sendiri.Sekitar satu jam Bramono berkutat dengan berkas-berkas, Bramono pun mengambil handphonenya, lalu menghubungi seseorang."Halo, sayang. kita akan pergi kemana malam ini?" ucap Bramono."...... ""Baiklah, aku ak
Mala tak menyangka, jika dia terpaksa harus kehilangan kehormatan nya, sebelum dia menikah.Kedatangan nya, ke rumah majikan Ibu nya. Membawa dia, masuk ke sebuah kamar hotel, dan harus berakhir tidur bersama seorang pria asing, yang kejam dan berlidah tajam.***Siang itu Mala pergi ke rumah, di mana Ibunya selama ini bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Mala ke sana, untuk menemui majikan Ibu nya, tapi saat tiba di sana, Mala tidak bertemu mereka. Namun bertemu dengan putri mereka, karena majikan Ibu nya itu sedang pergi ke luar kota.Mala terpaksa mengatakan, maksud kedatangan nya pada putri majikan nya itu. Mala mengatakan, jika Ibu nya mengalami kecelakaan tadi pagi, saat akan pergi ke rumah ini dan sekarang sedang berada di rumah sakit.Mala datang, memohon pinjaman uang, untuk operasi ibunya. Mala akan menggantinya, dengan bekerja di sana, menggantikan Ibunya yang sedang sakit itu. Setelah mendengar itu, putri majikan setuju memberikan pinjaman, namun dengan satu syarat."Tol
Mala, setelah puas menangis, mulai membersihkan diri dari bau yang menyengat akibat ulah pria itu semalam. Entah berapa kali pria itu, menyemburkan lahar nya, di dalam dan di atas tubuhnya."Semoga, aku tidak hamil karena ulahnya!" doa Mala.Setelah merasa segar, Mala keluar dari kamar mandi. Dia terlihat bingung, melihat pakaian nya sudah sobek, karena di tarik paksa oleh pria itu semalam. Mala terpaksa mengambil kemeja pria itu, yang tergeletak di lantai dan segera mengenakannya."untung saja, dia tidak memakainya lagi, atau aku terpaksa, setengah telanjang keluar dari hotel ini!" ucap Mala, masih bisa bersyukur.Setelah dari hotel, Mala pergi ke rumah sakit, untuk melihat keadaan ibunya. Begitu sampai di rumah sakit, Mala terkejut, mendengar keadaan ibunya yang kritis.Bagaimana itu bisa terjadi, bukankah operasi nya berjalan lancar? bathin Mala cemas. Pikiran buruk mulai datang di pikiran Mala, airmata Mala mulai turun, baru saja dia kehilangan kehormatan nya, Mala tak ingin sampa
"Ada perlu apa yah?" Tanya Mala, sambil menyembunyikan rasa resah nya, agar tamunya tidak curiga."Saya tidak tahu, saya hanya di minta menjemput anda sekarang juga!" Jantung Mala makin berdegup tak karuan, apa soal pria itu, apa pria itu akan membawanya ke polisi? Mala bertanya dalam hatinya."Apa tidak bisa besok, hari ini saya ada keperluan?" Tolak Mala."Maaf nona, seperti nya tidak bisa, tadi tuan Charles berpesan harus membawa anda sekarang juga?" Mala menghela nafasnya, apa yang harus di lakukan nya saat ini? alasan apa yang harus di katakan, agar dia tak jadi pergi ke sana."Maaf, nona cepatlah bersiap. Aku tunggu di sini!" "Iya," jawab Mala, sambil menutup pintu."Ya Tuhan, lindungi aku apapun yang akan terjadi!" doa Mala, dalam hati nya.Mala dengan terpaksa mengikuti pria itu, kembali menuju rumah majikan Ibunya, untuk menemui Tuan Charles.Mala ketakutan, saat melangkah masuk ke dalam rumah itu. Mala melihat Ratna, sedang menangis histeris, di pangkuan ibunya. Ratna memi
Hasrat Bramono makin naik mendengar desahan itu, bagaimana mungkin hanya mendengar desahannya saja, hati Bramono bisa bergetar."Tubuhnya nikmat sekali," ucap Bramono dalam hatinya.Baru kali ini Bramono merasakan tubuh wanita senikmat ini, entah sudah berapa banyak dia tidur bersama seorang wanita, tapi hanya dengan wanita ini, dia merasakan hal yang berbeda.Bramono terus bermain di atas tubuh wanita itu tanpa kenal lelah dan bosan, seperti tidak ingin berhenti. Bramono sampai di buat pasrah dengan kenikmatan yang sedang dia rasakan saat ini, hingga Bramono akhirnya mencapai puncaknya.Bramono mencium kening wanita itu, sesaat setelah dia mencapai puncaknya, seakan-akan Bramono mengucapkan terimakasih, hal yang tak pernah dia lakukan pada wanita lain setelah mereka bercinta.Bramono menarik dan memeluk erat wanita itu dalam dekapannya, mata yang terpejam pun enggan untuk terbuka, karena rasa tak ingin berpisah. Bramono pun akhirnya malah mempererat pelukannya, tapi kenapa rasanya em
Mala terkejut saat seseorang menabraknya, bahkan kini menindihnya, mala membuka matanya."Harun!" Teriaknya, sambil mendorong tubuh Harun agar bangun dari tubuhnya, tapi tidak berhasil."Siapa kamu?" Bentak Harun.Mala memukul kepala Harun pelan "bodoh! aku Mala!" Teriak Mala kesal.Harun menatap Mala sebentar lalu segera bangun."Kamu benar-benar Mala?" Tanya Harun setengah tidak percaya."Kenapa jadi jelek begini?" Lanjut Harun.Mala mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Harun."Ini karena ibu, ibu takut aku di ganggu oleh pria-pria kota, yang katanya banyak yang jahat, jadi aku di minta ibu untuk berpenampilan seperti ini," jelas Mala.Harun tertawa mendengar hal itu, "ibu kamu aneh! Setiap wanita desa ini yang pergi ke kota pasti berubah cantik putih dan bersih tapi ibu kamu, ingin kamu sebaliknya," ucap Harun"Aku juga tidak tahu soal itu!" Jawab Mala.Harun tertawa lagi, tapi dalam hati Harun merasa lega, jika Mala seperti ini pasti di kota tak ada yang berani mendekat, jadi M
Seharusnya aku tak usah perduli dia hamil atau tidak, jika dia hamil, biarkan saja dia yang merawat anak itu."Aaaahk!" teriak Bramono kesal, kenapa hati dan mulut nya tidak sinkron, mulut nya selalu berkata tak usah di pikirkan, tapi hatinya berkata lain. Bayang-bayang wanita jelek itu makin jelas, saja di kedua matanya, bahkan dalam mimpinya setiap malam."Sudah ku bilang, untuk tidak memperlihatkan wajahnya, kepadaku!" Bentak Bramono kesal, tak bisa melupakan wajah wanita itu.Karena tak bisa melupakan wajah wanita itu, Bramono memutuskan untuk pergi keluar, rasanya dia ingin menikmati minuman yang sedikit keras agar bayangan wanita itu hilang, dari ingatannya.Bramono pun akhirnya pergi ke tempat yang sering dia di kunjungi, jika ingin minum-minuman beralkohol.Satu dan dua gelas sudah habis di teguknya saat itu, tapi bayangan wanita itu belum juga lepas, akhirnya tanpa terasa satu botol pun habis tanpa sisa, dan juga botol-botol lainnya.Kini Bramono lemas tak berdaya dalam pengar
Rima pun langsung mengatakan persyaratan apa yang harus di persiapkan oleh Mala, untuk melamar pekerjaan itu. Setelah Rima pulang, Mala segera mempersiapkan semua yang tadi di sebutkan oleh Rima."Doakan aku ibu, agar aku bisa mendapatkan pekerjaan ini dan melupakan dia," ucap Mala.menatap kembali foto ibunya dengan sedih.Dua hari kemudian, Mala akhirnya kembali ke Jakarta, dia kembali ke rumah kontrakan nya yang dulu, karena sebelum pergi, Mala telah membayar satu tahun full uang kontrakannya.Para tetangga nya dulu, langsung menemui Mala, dan menyambutnya dengan hangat."Kamu sudah nggak sedih lagi kan?" Tanya ibu Harun."Tidak ibu, aku sudah baik-baik saja, aku ke sini untuk bekerja," jelas Mala."Syukurlah, jika ada apa-apa datang ke tempat ibu, jangan malu atau ragu," lanjut ibu Harun.Mala tersenyum lebar mendengar hal itu. Ternyata di Jakarta lebih menyenangkan dari pada di desa, Mala di desa selalu sendirian, bahkan terkesan di jauhi, tapi di sini dia di terima dengan baik.