Francesca mematut dirinya di depan cermin, perubahan penampilan yang sangat luar biasa terjadi pada dirinya saat ini. Wajah polos, imut dan manis itu telah berubah penuh riasan memukau yang sangat dewasa dan anggun.
Dia hampir tak percaya ketika Leonardo mengirimkan seorang penata rias untuk memoles wajahnya dengan warna-warni yang senada. Kecantikan Francesca tampak lebih menonjol setelah tangan-tangan tampil tersebut menghiasi wajahnya. Wajah mungilnya terlihat sangat berbeda membuatnya merasa seakan menatap sosok lain di pantulan cermin.
"Anda luar biasa cantik dan sangat anggun, Nyonya. Bagaikan putri dalam dongeng." Perias itu memuji kecantikan Francesca. Dia berulang kali memutari tubuh wanita cantik yang baru saja dia dandani.
“Sedikit parfum lagi anda akan spektakuler." Perias itu memilih b
"Nyonya Francesca Torres? Mari lewat sini." Seorang wanita yang anggun menghampiri Francesca.Francesca menatap heran ke arah seorang wanita tak dikenalnya yang bergaun indah. Sebuah alat terselip di telinga yang membuat dia bisa berkomunikasi dengan orang lain. Wanita itu segera memimpin langkah dan memisahkan Denisa dari Francesca. Meskipun heran Francesca tetap mengikuti langkah wanita yang membawa dirinya ke pintu utama.Anggukan kecil dari wanita tersebut merupakan tanda yang dimengerti oleh pengawal, mereka segera membuatkan pintu.Mata hazel Francesca seketika menyipit ketika melihat kemewahan dan kemeriahan acara di dalamnya. Dia termangu menatap ratusan pasang mata yang seketika menatap ke arahnya seolah mereka sudah menantikan kehadirannya.Musik lembut k
"Duh, Kak Francesca cakep banget." Anna menautkan tangannya di lengan kakak perempuannya. "Kau juga cantik sekali Anna dan kau juga sangat menawan. Tak di sangka kalian bisa tampil sangat anggun dan dewasa." Di tengah keluarganya, Francesca merasa kebahagiaannya nyaris sempurna. "Kita 'kan sudah dewasa bukan anak-anak lagi," sahut Anna dan Adelaide bersamaan. "Iya, sudah bisa berpacaran." Francesca menertawakan wajah mereka yang seketika manyun. "Apa ada yang sudah memiliki pacar?" "Anna itu banyak yang 'nembak' tapi dia suka pilih-pilih." "Apaan sih, Adelle!" Semburat merah muda membuat wajah Anna bertambah cantik. "Benarkah? Sssttt pacaran saja, jangan seperti
SATU TAHUN KEMUDIAN "Kau sudah pastikan kalau bekal Frans sudah disiapkan Denisa?" Napas Francesca tersengal ketika menanyakan hal itu. "Iya sudah. Jangan mengkhawatirkan hal itu. Frans akan baik-baik saja." Enrico tampak memegang tangan Francesca dengan cemas. Butiran keringat dingin menghiasi kening wanita cantik yang bertambah pucat itu. Tangan dinginnya dalam genggaman tangan Enrico yang hangat. "Frans … apakah … dia menanyakanku?" Sesaat setelah rasa sakitnya mereda Francesca kembali mengkhawatirkan Frans, anak sulungnya. "Tentu saja. Dia sangat merindukanmu. Kau harus kuat dan sehat ya. Kami memerlukan dirimu." Enrico dengan sabar mengelus rambut Francesca.
Francesca Seorang wanita cantik dengan rambut berwarna coklat expreso, berjalan sempoyongan. Dia sudah menegak terlalu banyak alkohol. Kepalanya sudah mulai berputar, tubuhnya sangat lelah, dan akal sehat sudah mulai hilang. Saat ini dalam pikirannya yang ada hanya keinginan untuk melampiaskan emosi. Di tangan kiri wanita tersebut terdapat segelas anggur merah, sedangkan di tangan kanannya dia memegang botol minuman keras itu yang masih sisa seperempat. Dengan kedua tangan yang penuh, wanita itu berjalan sambil merancau. Dia berjalan menyisiri lorong rumahnya di lantai dua. Sesekali dia menghentikan langkah kakinya dan mengontrol keseimbangan tubuhnya yang tak beraturan. Kembali di tegaknya anggur merah tersebut. Bibir merahnya mengeluarkan tawa mengerikan. "Di mana kau anak kecil, ayooo keluarlah dan menari dengan mommy. F R A N C E S C A A A kemarilah sayang ... Ayo temani mommy, hahahaha." Tawanya terdengar semakin keras.
FRANCESCA OPERA HOUSE La Fenice Opera House. Gedung pertunjukan mewah itu terisi penuh. Para pengunjung datang dengan menggunakan pakaian indah dan mewah. Mereka bersikap sangat anggun dan tampak berkelas. Disalah satu balkoni yang paling besar di lantai atas, tempat dimana dua orang pria bernama Enrico dan Leonardo sedang menikmati acara, pria gagah nan rupawan yang ditemani empat orang wanita cantik dengan penampilan yang memukau. Kedua orang pria itu tampak sangat menyukai pertunjukan hari ini, menikmati simfoni musik dengan sepenuh hati. Wajah kedua pria itu sanggup membuat setiap wanita yang melihatnya tak mampu memalingkan wajah, meskipun demikian mereka berbeda karakter. Seorang yang berperawakan lebih ting
FRANCESCA EPISODE 2 "Hmm ... ehh ... mommy ... dingin mom ...." gadis cantik itu meringkuk dalam tidurnya. Dia menekuk kedua kaki hingga ke perut dan mendekap erat dengan kedua tangan mungilnya, bagaikan posisi janin dalam kandungan. Namun sayang sekali hal tersebut tidak mengurangi rasa dingin yang dia rasakan. Tidak ada angin yang berhembus, namun udara terasa dingin menusuk tulang. Gadis itu semakin mempererat pelukannya. Matanya masih terpejam dengan erat. Rasa dingin yang menusuk tulang, tak mampu menggugah rasa kantuk yang begitu kuat dia rasakan. Matanya terpejam dengan rapat sementara bibirnya tak berhenti mengigau, memanggil ibunya. Bibirnya mulai membiru, giginya bergemala
EPISODE 2 KABUR ❤❤❤ Francesca menengadahkan wajahnya, ketika mendengar suara kunci membuka pintu. Tampaknya dia tidak sendirian di tempat ini. Di balik pintu itu, ada seseorang yang mungkin mengetahui bagaimana dia berada di tempat ini. Sorot mata gadis itu penuh harap memandang pintu yang mulai terbuka perlahan. Dengan secepat kilat, Francesca turun dari tempat tidurnya berlari mendekati pintu. Hatinya sudah dipenuhi dengan rencana. Dia akan menerobos keluar dari ruangan pengap ini, begitu pintu terbuka.
Gadis itu berlari menuruni tangga yang melingkar dengan cepat. Dia tidak memperhatikan jika selain kamar pengap yang dia tempati sebelumnya, ruangan di luar sangat mewah.Tangga batu yang dia turuni dari atas menara berubah menjadi marmer indah di lantai selanjutnya. Anak tangga yang saat ini dia turuni dengan cepat tersebut terbuat dari marmer Italily kualitas nomor satu. Pikirannya hanya tertuju pada akhir dari anak tangga, yang ingin segera dicapainya, agar dapat menemukan jalan keluar. Pergi jauh dari rumah dan pria sakit jiwa itu. Beberapa kali dia menoleh ke belakang, khawatir jiia pria itu menyusul sebelum dirinya sempat menyentuh anak tangga. Suara teriakan marah dari Enrico membuat Francesca gugup. Gadis itu terkejut mendengar langkah kaki yang cepat menuruni tangga, hingga disaat anak tangga terakhir dia capai