Share

Jebakan Queen

Flash back off...

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu, membuat sosok lelaki yang tengah berada di dalam kamar mandi itu terkesiap. Menyudahi lamunannya akan sosok gadis yang nekad memberinya ciuman pertama di lima tahun yang lalu.

"Sayang ... Kamu gak kenapa-napa 'kan?" tanya seorang perempuan yang berada di balik pintu kamar mandi. Nada bicaranya terdengar khawatir.

Samudra menghela berat seraya mengusap wajah. Suara Jannet—perempuan yang baru saja resmi menjadi istrinya menyadarkannya—jika saat ini dia sudah menjadi seorang suami.

"Ya, Sayang. Aku baik-baik aja, kok," sahut Samudra, sambil menatap pantulan dirinya yang masih bertelanjang dada di depan cermin wastafel. Dia baru saja selesai mandi dan baru sadar jika sudah terlalu lama berada di dalam sini.

"Oh, oke. Aku pikir kamu pingsan di dalem," kata Jannet.

"Enggak, Sayang."

"Jangan kelamaan. Aku keburu ngantuk."

"Iya."

Dari dalam kamar mandi mewah itu terdengar suara langkah kaki yang menjauh, pertanda jika Jannet sudah pergi dari tempatnya berada.

"Inget, Sam. Kamu udah nikah. Untuk apa kamu masih mikirin Queen. Dia pasti baik-baik aja. Dia gadis yang kuat."

Kekhawatirannya terhadap Queen rupanya sangat mempengaruhi suasana hati Samudra saat ini. Lelaki itu terus memikirkan keadaan Queen—gadis yang sejak lama menyukainya. Lima tahun sudah berlalu sejak dia diberikan amanah oleh Alex—daddy-nya Queen untuk menjaga putrinya saat kuliah di Singapur.

Dan saat setelah mereka kembali ke Indonesia, Samudra memutuskan untuk menikahi sang kekasih—Jannet. Keputusan tersebut disambut baik oleh keluarga besarnya, terutama orang tua angkatnya.

"Maafin aku, Queen. Demi membuktikan ke Om Alex kalo aku gak pernah punya perasaan sama kamu, aku terpaksa lakuin ini. Aku memang pengecut. Aku gak mau hubungan antara kita sebagai kakak adik rusak karena perasaan gak masuk akal ini. Selama lima tahun terakhir aku mati-matian berusaha menekan perasaan ini, supaya keluarga kita tetap seperti dulu."

Tak pernah sedikit pun Samudra melupakan perkataan Alex pada malam itu. Samudra juga tidak pernah melupakan pesan dari maminya—Niken. Sang mami secara terang-terangan tidak mengizinkannya memiliki hubungan dengan Queen. Entah karena alasan apa, Samudra tidak berani bertanya.

"Aku sekarang udah jadi suami. Aku juga cinta sama Jannet." Samudra terus meyakinkan dirinya jika keputusannya itu sudah tepat, meski di sudut hatinya terselip rasa bersalah.

Fokus Samudra saat ini hanya Jannet—istrinya.

"Tapi, kira-kira Queen ke mana? Kenapa dia gak dateng?"

Terakhir kali Samudra melihat Queen dua hari yang lalu, itu pun tanpa ada komunikasi seperti biasa. Samudra merasa ada yang berbeda dengan sikap Queen.

"Ke mana anak itu?"

****

Di suatu tempat yang terlihat remang-remang dan bising, seorang gadis cantik tengah menikmati patah hatinya seorang diri di meja diskotek. Sosok gadis yang dua hari ini membuat orang khawatir lantaran tak ada kabar.

"Bang Sam jahat! Bang Sam tega!" Bibirnya yang dipoles lipstik warna merah tak berhenti mengutuk nama seseorang yang sangat dicintainya. "Aku benci Bang Sam!"

Queen—merasa dunianya hancur. Kisah cinta pertamanya harus berakhir tragis tanpa dia bisa memulainya lebih dulu. Dia tak berhasil mengambil hati Samudra. Dia sudah gagal memperjuangkan perasaannya.

"Yang nikah sama kamu itu harusnya aku, bukan si Jammet!"

Pernikahan Samudra dengan Jannet benar-benar tak pernah disangka-sangka oleh Queen. Dia mengira selama ini Samudra menyukainya. Namun, pada kenyataannya, lelaki itu tak sedikit pun membalas perasaan Queen.

"Lima tahun aku ngejar, tapi gak ngaruh apa-apa ke dia. Sialan! Ini gara-gara Jamet!" umpat Queen sambil menuangkan minuman ke gelasnya yang sudah kosong. Minuman berkadar alkohol rendah dan baru pertama kali dia cicipi.

Dalam sekali teguk Queen menenggak minuman agak asam tersebut. Rasa pahit bercampur sensasi dingin menggelitik kerongkongannya.

"Pasti malam ini dia lagi ngerayain pesta pernikahan sama istrinya. Ck, sialan! Dia di sana seneng-seneng. Sementara aku di sini kaya orang bego meratapi kekalahan. Gak! Gak bisa! Aku gak bisa kaya gini! Aku gak boleh kalah sama si Jammet itu. Gak boleh!"

Tiba-tiba muncul sebuah ide gila di otak gadis berambut ikal itu. Sebuah ide yang tak seorang pun akan mengira.

"Aku harus dapetin Bang Sam gimana pun caranya. Ya, aku pasti bisa. Aku harus gagalin malam pertamanya dia sama Jammet. Maafin aku Bang, kalo kali ini aku bertindak di luar batas!"

Queen bergegas beranjak dari tempat bising itu. Tujuannya saat ini adalah apotek. Dia akan membeli sesuatu yang untuk pertama kalinya dia akan gunakan.

~~~

Setelah membeli apa yang dibutuhkan, Queen kembali ke apartemen yang dia beli menggunakan uangnya sendiri. Gadis itu memilih tinggal sendiri sebab dia ingin belajar hidup mandiri. Meski sang bunda sempat tidak setuju dengan keputusan Queen pada saat itu.

Berbeda dengan profesi sang ibu yang memiliki butik ternama di Bali, dan sang ayah yang merupakan pebisnis ternama di negara Singapur. Queen memilih pekerjaan yang tidak banyak orang ketahui terutama keluarga besarnya. Ilmu yang dia dapat selama kuliah di Singapur pun tidak disia-siakan begitu saja.

"Aku udah dapetin ini. Kira-kira bakal beneran berpengaruh gak ya, ke Bang Sam?" Manik Queen menyipit, membolak-balik kemasan plastik klip transparan berisikan beberapa tablet kecil warna putih cerah di jemari lentiknya.

"Pertama yang mesti aku lakuin adalah ngaktifin hape. Udah dua hari aku gak aktifin hape. Pasti banyak panggilan dari Bunda sama Daddy. Kalo Bang Sam khawatir gak, ya?"

Ponsel yang sudah dua hari diabaikan oleh sang pemilik, dan hanya tergeletak di dalam laci nakas, pada akhirnya kembali diaktifkan. Dugaan Queen pun tak meleset. Ada puluhan panggilan tak terjawab dari orang-orang terdekatnya tak terkecuali dari Samudra.

Puluhan chat pun masuk satu persatu. Beberapa chat tersebut paling banyak dari Suci.

[Maafin Queen, Nda. Queen lagi pengen sendiri. Queen lagi ada kerjaan di luar kota. Bunda gak usah khawatir.]

Pesan balasan pun terpaksa dikirim ke nomor sang Bunda agar perempuan yang melahirkannya itu tak merasa khawatir lagi. Selanjutnya, Queen juga membalas pesan dari Alex—daddy-nya. Lalu, Evan—papanya.

Queen sadar apa yang dia lakukan tidaklah benar. Membuat khawatir semua orang. Namun, dia pun tak mempunyai hati yang besar untuk menerima kenyataan pahit ini.

"Sekarang kita liat, apa Bang Sam beneran gak peduli sama aku? Kalo dia peduli, dia bakal ninggalin istrinya buat nyusul ke sini. Oke. Aku akan coba tes dia kali ini."

Hal pertama yang dilakukan Queen adalah mengambil botol kaca warna gelap, yang berisi beberapa pil penenang dari kresek apotek. Dia membelinya bersamaan dengan obat lain, yang nantinya akan digunakan kepada Samudra.

Kemudian Queen memotretnya. "Aku akan kirim foto ini ke Bang Sam. Kita liat gimana reaksinya."

Queen pun mengirimkan gambar yang dia ambil barusan ke nomor Samudra. Selanjutnya, dia menambahkan beberapa kalimat untuk mengetes lelaki itu.

[Bang Sam gak usah peduliin aku lagi. Peduliin aja si Jammet. Selamat atas pernikahannya. Setelah ini aku gak akan ganggu Bang Sam lagi. Aku akan pergi selama-lamanya dari dunia ini. Selamat tinggal. Berbahagialah dengan cintamu.]

Pesan balasan terkirim, tetapi masih centang abu-abu. Dengan dada berdebar kencang Queen menunggu centang dua tersebut berubah warna.

"Apa dia udah tidur?" duga Queen sambil memastikan lagi angka yang menunjukkan masih pukul sepuluh malam. "Apa jangan-jangan?"

Namun, dugaan gadis itu terjawab setelah menunggu beberapa menit kemudian. Garis centang dua telah berubah menjadi biru, dan itu tandanya Samudra sudah membaca pesannya.

"Belum tidur rupanya." Sudut bibir kiri Queen naik. Beberapa detik kemudian berubah menjadi seringai saat Samudra membalas chat-nya.

[Jangan gila kamu, Queen! Kamu sekarang ada di mana? Kita bisa selesaikan ini baik-baik. Kamu ada di apartemen 'kan? Tunggu aku! Aku akan ke sana secepatnya!]

Queen tertawa puas membaca sederet kalimat dari Samudra. "Aku pikir kamu gak peduli. Ternyata kamu setakut itu, Bang. Baiklah. Kita akan mulai permainan ini. Pasti akan seru."

Queen memilih tak membalas chat dari Samudra, dia melempar ponsel ke sembarang tempat.

"Mending aku siap-siap. Sekitar sepuluh menit Bang Sam dateng ke sini." Queen bergegas mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Samudra ke apartemennya.

~~~

bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status