Setelah mendapatkan kalimat bernada tantangan sekaligus ujian dari Gian, pihak Jerman diam sejenak, mungkin sedang berunding dengan sang atasan atau semacam itu.Gian menunggu tanpa bicara sedikit pun. Dia tersenyum, tidak menyangka kekuatan yang dikatakan monster ini justru diminati dua negara besar.Dia terus mempertimbangkan, apa yang hendak dia lakukan dengan penawaran dari Amerika dan Jerman itu nantinya. Apakah keduanya layak dia sambut, atau abaikan?Namun, tentunya dia tak bisa memandang setengah mata saja pamor dari kedua negara maju tersebut, bukan?Belum juga 5 menit berlalu dari kesunyian dari seberang, kini ada suara dari mereka, “Tuan Gian, kami akan membayar biaya kompensasi pada negara Indonesia atas apapun tuntutan yang disematkan padamu. Selain itu, kami akan mengundang Anda ke Jerman dan semua biaya Anda akan dipenuhi oleh kami. Apapun keinginan Anda nanti di Jerman, semuanya akan kami penuhi asalkan tidak mengancam pemerintah kami.”Gian kini yang terdiam. Penawara
Sama seperti perusahaan Amerika dan Jerman sebelumnya, perusahaan teknologi dari China ini juga menawarkan pertemuan dengan Gian karena mereka tertarik dengan kekuatan Gian.Yang cukup membuat terkejut Gian adalah pihak China langsung gerak cepat menghubungi dia di telepon. Tak perlu dipertanyakan dari mana mereka mendapatkan nomor Gian, itu pasti hal mudah untuk melacaknya.Seperti dua perusahaan tadi, Gian juga memberikan ujian yang sama ke pihak China.“Kami bisa datang ke Indonesia dan berbicara dengan pemerintah di sana. Karena kami dan Indonesia memiliki hubungan bilateral yang baik, tentu saja kami yakin bisa berbicara mewakilimu agar kamu bisa datang ke China dan kamu akan mendapatkan semua fasilitas yang layak.” Demikian janji dari pihak China.Gian tidak langsung memberikan jawaban dan setelahnya, dia mendapatkan panggilan dari nomor Rusia.“Halo, saya Aleksei Volkov dari Lovkiy-T.” Kemudian, pembicaraan selanjutnya hampir serupa dengan tiga negara sebelum ini, meminta berte
Tangan Gian terulur ke arah Gunawan. Telunjuknya diarahkan ke dahi mantan bos, mengalirkan sedikit listrik di sana.Drrrttt!Listrik mengalir di dahi Gunawan dan menyebabkan kepala lelaki itu sedikit melonjak di bantalnya.Perawat yang melihat adegan itu, panik dan lekas keluar untuk meminta bantuan.Sementara itu, Gian kini mengarahkan telunjuknya ke dada Guanwan dan kembali menyetrum di sana.Ketika perawat kembali dan membawa 5 petugas keamanan dan beberapa perawat lainnya dan juga dokter yang merawat Gunawan, mereka tidak melihat Gian.Alih-alih ada Gian, mereka justru mendapati Gunawan yang memandangi mereka dengan tatapan bingung. Sementara, istrinya ada di lantai, tergeletak pingsan akibat setruman Gian sebelumnya.“P—Pak Gunawan … Anda … Anda siuman?” Dokter mendekat ke Gunawan. Dia dan semua yang di sana sama kagetnya.Dua perawat segera mengangkat istri Gunawan dan menyadarkannya.“Suamiku … suamiku! Mana suamiku!” teriak istri Gunawan begitu sadar. Dia kelabakan dan panik,
Bagaimana mungkin pelayan tadi tidak gemetar seluruh badan saat dia mendengar ucapan Gian yang bernada ancaman seperti itu? Dia bisa berbalik dan lari meski harus berjuang menahan lutut lemasnya saja sudah merupakan prestasi besar.Gian tersenyum geli. Dia hanya menggertak untuk bercanda saja, tidak hendak benar-benar akan merubuhkan tempat sebesar ini. Lagipula, dia tak punya dendam apapun dengan restoran tersebut.Tak sampai 5 menit, manajer restoran tergopoh-gopoh datang ke hadapan Gian dengan sikap hormat dan menjaga kesopanannya. "Tuan, Tuan mohon bersabar dulu. Kami tidak bermaksud menyinggung Tuan.”Sebenarnya Gian ingin tertawa melihat sikap hormat sekaligus ketakutan si manajer restoran. “Mana pemilik tempat ini?” Dia berusaha tetap menjaga wibawanya sebagai orang terkuat di Indonesia.“Itu … bos besar sedang ada di luar negeri dengan keluarganya, mohon Tuan tidak mempersulit kami orang kecil ini.” Manajer susah-payah mengumpulkan nyalinya meski tak berani berlama-lama menata
Meski terkejut dan membawa banyak pertanyaan di benaknya, apalagi melihat sikap ramah perwira tinggi polisi di depannya, Gian tidak serta-merta mengendurkan waspadanya.“Kalau boleh bertanya, ada urusan apa Bapak sekalian mendatangi aku?” tanya Gian disertai pandangan tajam mengawasi gerak-gerik kedua pria gagah di depannya.“Bagaimana kalau kita berbincang dulu di dalam agar enak dan nyaman?” Komjen Hanung masih menghiasi wajahnya dengan senyum.Meski waspada, tapi Gian tak yakin kedua orang di depannya ini bisa melakukan sembarang tindakan padanya. Maka, dia mempersilahkan mereka masuk dan duduk di ruang tamu kamar hotelnya.“Silahkan bicara.” Gian tak ingin banyak berbasa-basi.“Adik Gian sungguh orang yang lugas.” Entah apakah ini pujian atau bukan dari Komjen Hanung. Sembari tersenyum kecil, dia berbicara, “Begini, Adik Gian, tentunya pembicaraan ini sehubungan dengan beberapa negara yang sudah menghubungi Adik.”Gian teringat dengan pihak Amerika, Rusia, China, dan Jerman. Dia b
Gian lekas mempersiapkan dirinya begitu terdengar bunyi pintu kamar hotelnya didobrak dengan tidak sabar.Sudah pasti, pendobraknya tidak ingin menunggu koordinasi dengan pihak hotel terlebih dahulu.Alhasil, belasan orang berseragam pakaian karet dari ujung kepala sampai kaki sambil menenteng peluru karet sudah memenuhi ruang depan kamar hotel Gian.Baru saja Gian menjejakkan kakinya di ruangan itu dari kamar tidur, dia sudah disemprot air sabun oleh beberapa orang. Jelas sekali bahwa mereka ingin melemahkan kekuatan elektrokinesis dia.Tapi, Gian tidak hanya bergantung pada kekuatan eletrokinesis dia saja dan tetap merangsek maju.Namun, betapa kagetnya dia ketika dia mendapati beberapa peluru bius yang biasa digunakan untuk gajah sudah menuju ke arahnya.Dia menghindari semua peluru itu menggunakan kekuatan supernya. Itu karena Gian belum yakin seberapa tangguh tubuhnya melawan peluru bius jenis berat begitu.Di hati Gian, hanya ada satu kalimat pegangannya, bahwa dia tidak boleh t
Anggota pasukan khusus itu tak berdaya ketika senjata mereka diambil paksa dari tangan menggunakan sulur listrik. Ada juga yang langsung melepaskan senjatanya begitu sulur listrik menempel di senjatanya seakan dia ngeri apabila tersetrum.Anggota pasukan yang baru saja datang, hendak menyemprotkan air sabun lagi ke Gian untuk melemahkan remaja itu, namun pistol khusus orang itu sudah dirampas terlebih dahulu oleh Gian.“Kenapa kalian begitu berhasrat padaku? Kenapa kalian malah sibuk ingin menangkapku padahal aku sudah membereskan urusan Gunawan?” Ada kemarahan di sorot mata tajam Gian ketika dia menyingkirkan satu demi satu senjata pasukan khusus.“Lekaslah menyerahkan dirimu, Nak Gian!” Seorang anggota pasukan masih bisa berteriak meski senjatanya baru saja dirampas.“Menyerahkan diri? Enteng sekali lidah kalian menggulirkan kalimat itu!” Makin marah, Gian menangkap tubuh-tubuh pasukan khusus di depannya menggunakan sulur listrik sehingga itu terlihat seperti sebuah jaring menyebar.
Dalam beberapa hari ini, Gian tidak menampakkan diri secara frontal di publik dan dia lebih banyak memesan makanan secara online saja agar tidak terlalu banyak berada di luar.Awalnya, para kurir makanan itu heran karena titik pengantaran berada di sebuah rumah kosong, mengira mereka sedang dikerjai atau ini pemesanan dari makhluk mistis seperti yang banyak viral di antara mereka.Namun, saat Gian keluar dari rumah itu dan membayar dengan benar, barulah para kurir itu percaya mereka tidak bertemu makhluk mistis sejenis hantu atau jin. Mereka juga tidak mengenali Gian yang memakai masker ketika menerima pesanan.Selama satu minggu penuh, Gian mendekam diam di rumah kosong. Kadang beberapa hari sekali dia akan berpindah ke rumah kosong lainnya ketika merasa sudah tidak aman.Saat ini, Gian ingin menyembunyikan diri dulu dan tak ingin berkonfrontasi dengan pihak mana pun.Kemudian, setelah 8 hari berlalu, Gian mendapatkan telepon dari orang Rusia. “Tuan Gian, kami sudah berada di kota An