"Allhamdullillah, udah sampai kita di rumah. Duh anak-anak bunda, Bunda kangen banget," ucap Tiara meraih putranya."Gimana, Ra? udah clear masalahnya?" tanya Mama mertuanya."Allhamdullillah, Ma. Ningrum udah di penjara sekarang. Jadi nggak ada lagi deh pengganggu dalam rumah tangga Ara dan Adit," jawabnya sembari duduk."Tapi untungnya, semua kejahatan Ningrum tidak ada yang berhasil." Ibu Tiara ikut berkomentar."Berhasil, Bu. Itu ngelukai Hildan suami Ida," cetus Milka."Oh iya, bagaimana keadaan, Hildan, Da?" tanya Ibu Bara."Hildan Allhamdullillah, udah lebih baik, Bu. Mungkin nanti Ida balik l
Extra Part 1Hari ini tiba waktunya persalinan Tiara. Semua orang berkumpul di rumah sakit. Merkea berdoa untuk keselamatan Tiara dan anaknya. Persalinan Tiara kembali dilakukan secara Caesar."Sayang, kamu kuat ya." Berkali-kali Adit mencium kening istrinya sebelum masuk ke ruang operasi."Aku pasti kuat, karena ada banyak orang yang mendukungku saat ini," balas Tiara. Brankar didorong oleh, perawat. Ruang oprasi pun ditutup. Adit, yang baru pertama kali melihat istrinya melahirkan, tak bisa diam seperti setrikaan. Mondar mandir hingga membuat Mama dan Papanya merasa pusing.Bukan hanya orang tuanya yang pusing. Ilham, Milka, Hildan, Ida dan Mertuanya pun merasa sama.
Mengulang kesalahanBara sedang duduk termenung di pinggir kolam dengan wajah lusuh dan bibir manyun. Melihat hal itu Sandra menghampiri. "Mas, kenapa?" tanya Sandra yang langsung ikutan duduk di pinggir kolam di samping suaminya. "Humh!" Bara malah membuang nafas kasar. "Kamu kenapa, Mas?" Sandra mengulang pertanyaan sedikit heran. "Bosen," singkatnya. Sandra mulai terdiam kemudian menundukkan pandangan ke bawah. "Bosen kenapa?" Ia lontarkan pertanyaan yang bahkan dia sendiri sudah tahu jawabannya. Ini pastilah soal anak. Itu yang ada di pikiran Sandra. "Bayangkan saja, Sand. Di rumah sebesar ini kita hanya berdua. Aku ingin punya anak. Kamu kapan sih bisa kasih aku seorang anak? Tiara sudah punya tiga orang anak. Ida juga sudah. Kamu kapan? Milka juga punya anak. Kamu kapan?" tanya Bara dengan nada yang menekan. Sandra menelan liur membasahi lehernya yang mendadak tercekat. "Aku gak tahu, Mas. Mungkin Tuhan belum mempercayakan seorang anak untuk kita. Lantas aku harus bagaimana
Api cemburuMendengar kata-kata Bara, Tiara menjadi gugup. Bahkan bakso di mangkok yang sedang ia pegang hampir saja terjatuh dari tangannya. Ia juga melihat ke arah Milka dengan perasan tidak enak. "Kenapa diam, Mas Ilham?" ucap Milka penuh penekanan dengan tatapan mata yang tajam. Suasana mendadak panas. Bara berhasil menciptakan kegaduhan. "Satu kali tepuk, empat nyamuk dalam genggaman," batin Bara. Ilham melihat ke arah Milka. Milka masih minta penjelasan. "Nggak bener kata-kata Bara. Aku memang pernah mencintai Tiara, tapi itu hanya bagian dari masa laluku. Untukku hanya kamu pengisi hatiku," ucap Ilham. Namun Milka seolah tak percaya. Ia balik arah untuk kembali pulang ke rumahnya dengan penuh sesak dan rasa sakit. Sesaat setelah mendengar penuturan Bara, wanita itu mendadak kehilangan rasa percaya pada Ilham. Yang ada di pikirannya, Ilham hanya mencintai Tiara dan menciintainya hanya sebua kepura-puraan. "Am, kejar Milka," kata Tiara. Kemudian perempuan itu pun meletkaan ba
Pertikaian berujung kata ceraiPOV Milka"Milka tunggu!" cegah Mas Ilham saat baru saja masuk rumah. Aku hanya melirik dan melanjutkan langkah kaki menuju kamar. "Aku bilang tunggu!" Mas Ilham menarik tanganku membuat langkahku terhenti. Malas rasanya menjawab. Hatiku dipenuhi rasa cemburu. "Kenapa aku jemput malah bareng sama Rian?" tanya Mas Ilham. Aku masih diam. "Jawab aku, Milka!" ulangnya memberi penekanan. "Kamu pikir sendiri saja, Mas. Tidak perlu aku jelaskan. Kamu yang tahu kebenaran tentang kemarahanku!" balasku sambil melepaskan cengkraman tangan Mas Ilham. Mas Ilham sendiri hanya terdiam. Setelah itu, aku pun memilih untuk masuk kamar. ***"Mau kemana?" tanya Mas Ilham lagi saat melihatku sudah bersiap. "Bukan urusan kamu Mas aku mau kemana! Peduli apa kamu sama aku? Jelas kamu tidak peduli padaku. Bukankah kamu hanya pura-pura mencintaiku saja?" "Maksud kamu itu apa, Milka?" Mas Ilham bertanya sambil mengusap wajahnya. "Mas! Kalau emang hanya ada Tiara di hati ka
"Brengsek, Sandra. Sampai saat ini wanita itu tidak ada kabarnya. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Kemana dia," kesal Bara. "Tidak tahukah dia kalau Ilham sudah memecatnya dari kantor," lanjutnya lagi. Tok…tok ….!"Masuk!" teriak Bara dari dalam. "Eh, Lo Am. Ada apa?" tanya Bara masih dengan wajah tenang. "Maksud elo ngomong kaya gitu di depan Milka apa?" Lo nggak tau kan beberapa hari belakangan ini, sampai malam tadi, Milka masih marah sama gue, Bar!" aku Ilham membuat hati Bara riang gembira."Lah, gue kan cuma nanya, Am," balas Bara. Masih pura-pura tidak menyadari kesalahannya."Tapi sebelum bertanya seharusnya lo mikir, Bar. Gue sama sekali nggak ngerti sama jalan pikiran lo! Bisa-bisanya menciptakan kegaduhan antara gue Milka dan Tiara. Lo gak tau kan, imbas dari ucapan elo itu mempengaruhi hubungan Tiara dan Milka? Gue gak ngerti sama tujuan lo, Bar!" kesal Ilham tak habis pikir dengan sikap Bara. Karena, menurut Ilham Bara sudah benar-benar berubah. Karena selama ini d
##BAB 67Sejujurnya"Menurut kamu bagaimana, Ra?" Ilham balik bertanya membuat Tiara bingung. "Maksud kamu apa?" "Bukankah kamu tanya kebenaran tentang hati aku? Kebenarannya ya memang seperti yang Adit katakan. Maka dari itu Adit bisa mencintaimu dengan sempurna. Karena hatiku ada padanya. Perlu kamu tahu, Ra. Perasaan itu masih tetap sama," ucap Ilham mengakui perasaannya yang sesungguhnya."Kenapa kamu katakan itu, Am. Kenapa tidak kamu katakan saja sebuah kebohongan. Misal kamu hanya menyayangiku sebagai seorang sahabat, Am," ucap Tiara. Mata wanita itu langsung berkaca-kaca. "Nggak, Ra. Aku gak bisa bohong. Aku masih sangat mencintaimu. Hari ini, esok ataupun nanti. Aku tidak bisa berpaling pada siapapun. Maafkan aku yang masih terus mencintaimu, meskipun aku tidak bisa memilikimu sampai kapanpun. Perasaan ini akan tetap sama," lirih Ilham. Tiara tidak dapat berkata apa-apa. Ada sesak di dadanya. Ucapan Ilham membuat dirinya dilema. Walau bagaimanapun, Ilham adalah laki-laki y
Mendengar tangis Dino putranya, Milka pun tak tega. Akhirnya Milka membuka pintu kamar. Dino sendiri sudah berpindah tangan pada Ilham. "Alhamdulillah kamu mau buka pintu," ucap Ilham yang langsung bergegas masuk. Milka mengambil Dino dari tangan Ilham dan membawanya duduk di tepi ranjang. Ilham mendekati Milka yang sedang asyik menciumi pipi Dino. Sesekali bulir bening terjatuh dari pelupuk matanya. "Maafkan aku, Milka. Tidak ada niat sedikitpun untuk aku menyakitimu," ujar Ilham. Milka hanya terdiam sambil menepuk-nepuk pantat Dino supaya lekas tertidur. Dalam diamnya Milka, Ilham terus memperhatikan Milka. Melihat mata Milka yang bengkak bahkan Ilham merasa sangat bersalah. "Aku telah menyakiti hati wanita yang sangat aku cintai. Tidak seharusnya aku begini. Aku menghancurkan semuanya," sesal Ilham di dalam hati.Lagi Milka hanya terdiam sambil meneteskan air mata. Saat Dino sudah diam dilihatnya oleh Milka bahwa ternyata putra semata wayangnya itu telah tertidur pulas. Milka pun