Suasana remang malam di dalam kamar Enrico terasa semakin hangat karena ia sedang bercinta dengan seorang wanita yang baru saja ia kenal dua hari lalu. Mereka berkenalan melalui salah seorang rekan bisnisnya saat makan siang bersama di sebuah restoran. Naima, nama wanita itu. Rambutnya merah kecokelatan bergelombang. Kulitnya putih bersih dengan bibir tebal merah alami. Wanita seperti ini yang selalu digandrungi oleh Enrico.
“Aku ingin bersamamu selalu, Enrico,” bisik Elena saat Enrico mulai mencumbunya.
“Aaahhh… Aaahh… Yeaahh…!” desahnya semakin menggeliat di atas ranjang.
Mendengar suara kenikmatan Naima membuat Enrico semakin bergairah dan bersemangat melakukan berbagai serangan.
Lidahnya memainkan kedua gundukan kenyal di dada Naima. Saat mencapai sebuah lingkaran kecil berwarna merah muda, ia berhenti dan mulai menghisapnya perlahan.
“Damn! Aduuuuh, aku … aaah … enak sekali!” racau Naima menarik-narik sprei dengan jemari lentiknya. Kakiny
Wajah Gabriel mengisyaratkan kekhawatiran terhadap keselamatan Lynea. Ia telah mendengar dari berbagai orang tentang sepak terjang Enrico sebagai Pangeran De Luca yang sangat dimanja dan dibiarkan berbuat apa pun yang ia inginkan oleh mendiang Fransiscus. Dokter itu tidak percaya bahwa takdir mempertemukan mereka kembali, hanya untuk melihat kekasih masa kecilnya sudah akan dinikahi oleh seseorang yang menurutnya, sangat tidak pantas untuk mendapatkan Lynea. "Kamu terlalu baik untuk seseorang seperti Enrico De Luca. Hatimu terlalu bersih untuknya," cetus Gabriel berbisik. "Kalau saja aku memiliki mesin waktu, tentu aku akan kembali pada detik itu. Saat dimana aku harus pergi ...." Ia tak meneruskan kalimatnya. Lynea tersenyum pahit sambil memandang wajah prihatin Gabriel. Hatinya bersorak karena pada sorot mata lawan bicaranta itu, masih tersirat sebuah rasa cinta. "Berhati-hatilah, Lynea. Aku harap kamu bisa pergi dari keadaan ini," pun
Rangkaian bunga memenuhi berbagai sudut ruangan Party Hall di hotel bintang lima yang paling terkenal di seluruh kota San Angelo. Wanginya sungguh harum semerbak, menyenangkan bagi mereka yang tengah berkumpul untuk melihat dari dekat, seperti apa calon istri seorang Enrico De Luca. Wanita mana yang menurut mereka, sangat beruntung menjadi Nyonya Besar di kerajaan bisnis keluarga De Luca?Seandainya saja mereka tahu, bahwa segala kemewahan yang melekat pada diri Lynea saat ini tidak akan pernah bisa membuatnya bahagia secara penuh. Seandainya saja mereka tahu, bahwa wanita itu lebih memilih untuk melepas semua dan kembali menjadi manusia merdeka seperti sebelumnya.“Senyumlah, kamu akan masuk surat kabar dan media lainnya di seluruh negeri,” gumam Enrico memaksa Lynea untuk melepaskan wajah gundahnya.“Aku sudah tersenyum sejak sejam yang lalu. Aku lelah, wajahku pegal rasanya!” protes Lynea masih memasang senyum kaku di wajahnya.
Ketiga manusia yang tengah bertemu dalam suasana serba canggung itu saling menatap. Enrico terlihat begitu menggoda iman para kaum hawa ketika rahang kotak tegasnya berpadu serasi dengan jas dan dasi berwarna biru tua senada. Mata cokelatnya terus memandang Gabriel dengan pernyataan tidak senang. Lynea berusaha untuk tetap tenang meski dalam hatinya sangat khawatir dengan apa yang bisa dilakukan oleh tunangannya. Ia merasa bingung, karena sebelum ini Enrico telah membebaskan dirinya untuk berhubungan dengan Gabriel. “Maaf, kalau saya membuat Anda tidak nyaman. Saya hanya berbincang dengan Lynea,” jawab Gabriel setelah ia berhasil menguasai perasaan gugupnya. “Ah, jangan berlebihan! Untuk apa saya merasa tidak nyaman? Kehadiransl seorang dokter seperti Anda tidak ada pengaruhnya pada diriku!” kilah Enrico tertawa ketus. “Aku hanya ingin mengingatkan Lynea, bahwa ia harus melahirkan anakku! Jadi, kalau kalian ingin bercinta, pastikan tunanganku ini tida
Ada pepatah yang mengatakan jangan membangunkan singa tidur. Bila ia bangun, maka kita sendiri yang akan berada dalam bahaya. Malam ini, seperti itulah perasaan Lynea setelah dengan sukses melempar cincin pertunangannya dan mengenai wajah Enrico persis di pelipisnya. Kedua mata Tuan Muda De Luca itu memerah, menahan amarah. Giginya gemeretak seolah siap menerkam musuh yang begitu ganas di depan. Kedua tangannya mengepal di samping tubuh, siap untuk melukai siapa yang berani menyerang. “Ma-maaf … maafkan a-aku … maaf …,” ucap Lynea terbata-bata. Ia sungguh menyesali ketidak mampuannya menahan emosi terhadap Enrico. “Kurang ajar kamu!” maki Enrico kembali menggebrak meja. Dua buah gelas yang sudah ada di pinggir meja akhirnya terjatuh dan pecah berserakan di lantai. Suara pecahan gelas membuat Lynea melompat kaget sekaligus takut. Ia mundur beberapa langkah dengan gemetar. Ketika tumitnya menyentuh tembok, ia terpaksa berhenti karena sudah tidak ada lag
Pepatah berkata, cinta sejati hanya datang satu kali. Ketika ia memasuki relung hati, seseorang akan mengalami malam-malam meresahkan karena rindu. Ia juga akan mengalami siang penuh gundah akibat tidak dapat bersama orang yang dicintainya.Kemudian, bila cinta sejati itu menetap, maka berbahagialah orang tesebut dan dunianya terasa lengkap sudah. Namun, dikala cinta sejati itu pergi, maka ia akan meratap pilu dan berubah menjadi sosok pribadi yang berbeda dari sebelumnya.Apa yang Lynea dengar dari Maddy pagi ini merupakan sesuatu yang sangat mengejutkan. Ia sama sekali belum pernah mendengar cerita ini dari siapa pun juga. Selama menjadi perawat Fransiscus sampai telah menjadi tunangan Enrico, yang ia dengar dan lihat hanyalah betapa Tuan Muda De Luca itu merupakan seorang “player” yang tidak berhati sama sekali.“Kamu tahu dari mana cerita ini?” tanya Lynea pada Maddy.“Saya dulu adalah sopir untuk Elena. Tuan Enrico menug
Berada dalam situasi yang tidak menguntungkan sesekali pasti terjadi dalam perjalanan hidup seseorang. Biasanya situasi itu tidak terus menerus terjadi. Namun, dalam hidup Lynea berbeda ceritanya. Ia seolah terjebak dalam rangkaian kejadian yang terus menerus tidak menguntungkan dirinya. Mulai dari mengalami dua kali percobaan pembunuhan sampai serangkai kalimat serta perlakuan kasar dari seorang Enrico dula. Hatinya semakin hari semakin rapuh. Hanya sosok Gabriel yang selalu ia jadikan harapan bahwa bahagia itu masih ada untuknya. Kali ini, pilihan nyawa sendiri atau nyawa orang lain merupakan sebuah situasi yang lagi-lagi tidak menguntungkan baginya. Mana mungkin ia bisa berbuat seperti itu? Gadis polos dari desa yang baru beberapa tahun hidup di kota San Angelo tanpa mengenal konflik sekacau ini dalam hidupnya. “Kamu mau dia datang dan mencoba membunuhmu lagi?” tegas Enrico. Suaranya menunjukkan emosi tertahan pada Lynea. Tetap saja wanita molek it
Sebuah ketenangan yang didapat sebelumnya dari bertemu Gabriel mulai pecah beterbangan terbawa hempasan angin. Perasaan damai dan bahagia mendengar embusan kata cinta dari dokter tampan itu telah kembali terusik dengan sosok kasar tunangannya. Romario terkejut mendengar Lynea meneriaki Enrico dengan sebutan pembunuh. Ia meminta penjelasan akan kejadian yang sebenarnya. “Aku tidak membunuh siapa-siapa, Paman. Lynea hanya shock mengetahui penyerangnya sudah tertangkap dan akan kami minta keterangan mencari The Janitor,” beber Enrico masih mengokohkan lingkar tangannya pada Lynea. Genggaman tangan Enrico semakin keras mencengkeram. Namun, bukannya Lynea semakin menurut, justru ia semakin takut dan mulai panik lagi seperti sebelumnya. “Lepaskan aku! Kamu pasti sudah membunuh orang tadi bukan?” tangisnya kembali terdengar. “Tidak! Dia masih hidup!” bantah Enrico. “Kalau memang dia penyerangmu? Bukankah hal yang baik bila dia ditangkap?” sam
Detak jantung Enrico menjadi lebih cepat dari biasanya saat memandangi tubuh tanpa cacat Lynea sedang tertidur di atas ranjang. Wajah cantik yang penuh dengan lunturan make up akibat menangis seharian, masih tetap terlihat begitu menawan. Bibir merah tebal dan kenyal seakan memanggil kaum adam untuk datang dan merasakan kelembutan darinya.Gerai rambut hitam panjang hampir sepunggung terserak tanpa aturan semakin menambah kesan liar pada tubuh lelap itu. Tiba-tiba dalam benak Enrico membayangkan rambut panjang itu akan turun berderai dan bergerak ke sana kemari menutupi dada yang polos tanpa busana, apabila Lynea bercinta dengan posisi berada di atasnya.Napas Tuan Muda itu semakin memburu akibat khayalan liarnya sendiri. Telapak tangannya sangat ingin menyentuh dua buah benda bulat kenyal di atas dada. Imaji bagaimana Lynea akan merasakan kenikmatan bila ia memainkan lidah di atas benda kenyal tersebut membuat Enrico merasa panas kini berada di samping ranjang.