Apakah Tiara dan bayinya akan selamat?
*** Haris meraih tubuh istrinya dan berusaha menenangkan wanita tersebut. Ia tahu kalau Tika sangat sulit dihadapkan dalam situasi seperti sekarang ini, tapi Tiara butuh kepastian agar segera mendapatkan penanganan yang cepat. Arya juga tidak dapat berbuat apa-apa selain terus berharap agar keajaiban menghampiri wanita yang sangat ia cintai. Ia menginginkan Tiara dan bayinya dalam keadaan baik-baik saja. Laki-laki itu sudah membayangkan akan menjadi seorang ayah dari anak yang dikandung Tiara. “Sabar, ya, Sayang. Kamu harus kuat. Walaupun kamu harus memilih dan memberikan keputusan terberat itu, tapi kita tetap berharap adanya keajaiban.” Haris mencoba meyakinkan istrinya. “Iya, Mas. Aku ingin adik dan keponakanku baik-baik saja. Semoga harapan itu menjadi kenyataan.” Tika tetap berharap keajaiban menghampiri adiknya. Haris memperhatikan Arya yang tidak bisa diam, wajahnya masih menunjukkan kekhwatiran. Ia sangat tahu seperti apa perasaan dan cinta yang dimiliki oleh adik sepupuny
*** Tiara mengaku bahwa dirinya juga mencintai Arya. Akan tetapi, saat laki-laki itu meminta menikah dengannya, ia pun terdiam. Entah apa yang ada dalam pikiran Tiara sekarang. Padahal ia sudah tahu seperti apa rasa peduli dan perhatian yang ditunjukkan Arya selama ini. “Kenapa diam, Dek?” Arya menunggu jawaban wanita yang kini bersamanya. “Apa kamu udah siap menjadi ayah dari anakku, Kak? Apakah kamu akan menyayanginya?” Tiara menginginkan jawaban yang lebih pasti dari Arya. “Sebelum kamu memintanya, aku sudah siap banget menjadi ayah untuk anak kita, Dek.” Arya dengan yakin mengucapkan perasaan itu. Tiara kembali terharu melihat laki-laki yang mengaku sangat mencintainya. “Kasih aku waktu sampai anakku benar-benar kuat.” Tiara pun mengajukan permintaan. “Aku akan setia menunggu, Dek.” Arya tersenyum kepada Tiara. Tiara sangat lega dan bersyukur karena sudah memberikan jawaban kepada Arya. Ia kini merasa menjadi wanita paling beruntung karena laki-laki yang sudah bersemayam di
*** Tiara tidak dapat menyembunyikan rasa kagumya di depan Arya. Ia merasa sangat bersyukur karena mencintai laki-laki yang tidak hanya peduli kepadanya, tapi juga bayi yang baru ia lahirkan. Air mata milik Tiara kini menganak sungai, dan ia membenamkan wajah di dada Arya. Ini pertama kalinya Tiara merasa semakin dekat dengan laki-laki yang telah mengungkapkan cinta kepadanya. “Kamu kenapa nangis, Dek?” Arya bingung melihat kekasihnya. “Aku terharu dengan semua yang kamu lakukan padaku. Aku semakin merasa bersalah karena menunda menerima lamaranmu. Maafin aku, Kak.” Arya mengangkat wajah Tiara dari dadanya. Ia pun memegang kedua lengan wanita itu. “Kenapa kamu harus merasa bersalah? Aku tetap setia menunggumu, Dek.” “Aku juga ingin segera hidup bersamamu, Kak. Tapi tunggu Adit keluar dari sini, aku tidak akan menolakmu lagi. Sabar, ya, Kak.” Tiara pun mengutarakan keinginannya kepada Arya. “Aku benar-benar sangat bahagia, Dek.” Arya spontan memeluk tubuh Tiara. “Ehem.” Tiba-t
***Tiga bulan berlalu, hari ini keluarga Arya berkunjung ke rumah Tika untuk melamar Tiara. Ini untuk kedua kali, ibunya Arya bertemu dengan calon menantunya. Pertemuan pertama terjadi saat Tiara baru seminggu melahirkan putranya.Kedua orang tua Tika dan Tiara sudah berada di rumah putri sulung mereka sejak seminggu yang lalu. Tujuannya adalah untuk menyambut kedatangan Arya yang ingin mengikat hubungan sakral dengan Tiara.Pak Wawan dan Bu Widi, orang tua Arya sangat bahagia karena akhirnya dapat mewujudkan harapan putranya yang ingin segera melamar calon pendamping hidupnya. Mereka sangat tahu bahwa Arya amat mencintai Tiara.“Kedatangan kami hari ini ingin melamar Tiara untuk menjadi menantu di rumah kami.” Pak Wawan sangat yakin dengan tujuan kehadiran mereka di rumah Tika.Pak Arif dan Bu Laras sangat terharu dan bahagia karena putri bungsu mereka telah menemukan seorang pria yang bertanggung jawab. Arya tidak hanya peduli kepada Tiara, tapi juga menyayangi Aditya. Ia sudah men
*** Aditya Wijaya, nama yang sangat indah dan merupakan pemberian dari Tiara dan Arya untuk buah hati tercinta. Saat ini, ia telah memasuki usia lima bulan, bertepatan dengan sebulan pernikahan Arya dan Tiara. Semua anggota keluarga Arya sangat menyayangi Aditya. Mereka tidak pernah mempermasalahkan walaupun anak itu bukan darah daging Arya. Sikap yang ditunjukkan oleh penghuni rumah tersebut, membuat Tiara semakin bangga dan bersyukur. Radit, adik bungsu Arya sangat menyayangi Aditya. Ia sudah menganggap anak tersebut seperti keponakan kandung. Ia tidak pernah membeda-bedakannya dengan anak-anak dari kakak perempuan tertua yang tinggal tidak serumah dengan mereka. “Anak siapa, sih? Gemes, deh?” Radit menggendong Aditya sambil bermain dengan anak itu. “Anak Papa, dong.” Arya menghampiri adiknya lalu mencubit pelan pipi Aditya. “Makin hari, Adit benar-benar mirip sama Kakak, ya.” Radit menyadari kemiripan Aditya dengan Arya. “Pasti, dong. Papanya, kan, ganteng … jadi harus diikut
*** “Siapa yang tega melakukan ini ke Mas Bayu, Mih?” Siska masih tidak percaya dengan apa yang terjadi kepada suaminya. “Mami juga nggak tahu, Sayang.” Bu Sandra masih berusaha menenangkan sang menantu. Sementara itu, Lisa yang merasa puas dengan apa yang dilakukan terhadap Bayu, kini tertawa bahagia. Walaupun dulu laki-laki itu pernah ada dalam hidupnya, ia tidak peduli. Sebab, yang wanita tersebut pikirkan adalah membalaskan dendamnya. Lisa merasa bahwa Bayu adalah penyebab dirinya yang kini semakin terjerat dalam kehidupan yang dulu tidak pernah terpikirkan. Kadang ia ingin mengakhiri untuk tidak melayani lelaki hidung belang, tapi ia merasa tidak berdaya. Kemewahan dan uang banyak yang Lisa dapatkan dari pekerjaan tersebut telah membutakan hati dan pikirannya. Ia tidak pernah merasa bersalah dengan apa yang dilakukan, karena tujuannya hanya satu. Hidup berkecukupan. Lisa juga tidak pernah mengingat apa yang ia perbuat terhadap Tiara hingga harus kehilangan ayah dari putranya
*** Waktu pun terus berlalu dan hari ini Aditya memasuki usia delapan bulan, bertepatan dengan empat bulan pernikahan orang tuanya. Tiara sangat bahagia melihat perkembangan sang buah hati tercinta. Aditya sudah dapat duduk sendiri dan telah mengerti memanggil orang tuanya. Giginya juga sudah tumbuh empat, dua di atas dan dua di bawah. Tiara merasa menjadi ibu yang paling beruntung melihat putranya tumbuh dengan sehat. Akan tetapi, Tiara merasa sedikit sedih karena Aditya tidak membutuhkan ASI lagi. Anak itu lebih memilih mengkonsumsi susu formula. Kejadian itu berawal saat Aditya berusia tujuh bulan. Ia mengalami sariawan. Sejak saat itu, sang buah hati tidak menerima jika Tiara memberikan ASI. Aditya terus menolak hingga ibunya pun memilih memberikan susu formula untuk asupan gizi putranya. Ternyata usaha Tiara akhirnya berhasil. “Giginya lucu, ya, Sayang. Bikin gemas.” Arya memperhatikan gigi Aditya. Saat ini anggota keluarga sedang berkumpul di ruang keluarga sambil bermain de
*** Cinta itu begitu tulus dan suci. Itulah yang dirasakan oleh Aditya. Walaupun ia tidak berada bersama sang ayah kandung yang seharusnya memberikan kasih sayang kepadanya, tapi ia dapat merasakan kebahagiaan itu dari ayah sambung. Hari ini adalah ulang tahun Aditya yang pertama dan bertepatan dengan usia kehamilan Tiara yang keenam bulan. Perayaan pun terjadi di rumah orang tua Arya dengan meriah. Arya dan keluarga selalu menunjukkan kasih sayang yang tulus kepada anak sambungnya tersebut. Aditya tampak bahagia berada di tengah orang-orang yang sangat menyayanginya. Tiara juga selalu bersyukur memiliki keluarga baru yang tidak hanya mencintai dirinya, tapi juga Aditya. Ia merasa menjadi wanita yang sangat beruntung berada di tengah-tengah orang baik. Aditya terlihat lelah setelah perayaan ulang tahunnya selesai. Ia pun akhirnya terlelap. Arya dan Tiara memperhatikan wajah Aditya yang tersenyum saat tidur. Melihat senyuman itu, sang ibu sangat bersyukur karena buah hati tercinta k