Selama berumah tangga dengan Vita tidak pernah sekali pun dia memberi perhatian ke aku sebagai suaminya.Sekedar memilihkan atau mengambil baju dalam lemari saja, dia tidak pernah melakukannya. Semua aku kerjakan sendiri. Begitu juga masalah makanan sehari-hari. Dia aja tidak pernah tahu, apa makanan favorit suaminya.'Argh ... kenapa aku jadi teringat dengan Agnes terus, sih?' gerutuku. Kenapa semua tentang dia, kenapa bayangan dia menari-nari dalam ingatanku. Apakah aku telah disantet sehingga hanya memikirkan Agnes dan Agnes saja. 'Argh ... aku tidak mau begini terus. Aku gak mau di sangka belum move on dari mantan. Aku sudah bahagia dengan Vita, dia itu pilihan hatiku. Wanita muda, cantik dan mandiri. Lagian Vita merupakan menantu kesayangan ibuku. Tidak akan ada yang bisa menggantikan posisinya dalam keluargaku.***"Dek, Mas mau cari sampingan. Mas gak bisa hanya mengandalkan gaji saja. Sementara kebutuhan kita semakin banyak." ucapku suatu pagi saat kami sedang bersantai di h
"Tapi Dek, perbuatanmu bisa merusak generasi bangsa. Hancurnya akhlak anak manusia karena ulah manusia seperti kamu itu." geram aku."Mereka rusak bukan karena ulah Adek, Mas. Siapa suruh mereka beli. Kita kan hanya jual aja. Kalau masalah siapa yang beli mana bisa kita yang ngatur." elak Vita membela diri."Udah, Dek. Mas mohon tinggalkan perbuatan gila kamu itu.""Enak saja Mas menyuruh Adek berhenti. Tidak gampang untuk bisa berhasil seperti ini. Mas cuma melihat sekarang aja disaat Adek sukses. Apa Mas pernah tau bagaimana kehidupan Adek disaat susah? Apa Mas merasakan hidup yang sering dihina dan dicaci karena kemiskinan? Tidak Mas. Aku tidak akan meninggalkan bisnis yang telah membuat aku seperti sekarang ini." hardik Vita emosi."Kamu egois. Hanya memikirkan kebahagiaan sendiri tanpa memikirkan berapa juta anak-anak akan hancur masa depannya karena ulahmu. Jujur. Mas gak tega melihat anak-anak muda hancur karena segelintir orang yang tidak punya perasan sepertimu. Tolong hentik
"Jadi kamu sudah gak mau lagi membantu ibu? Sudah jadi anak durhaka kamu sekarang?" Begitulah ibu, jika keinginannya tidak dipenuhi ada saja sumpah serapah yang ditujukan untukku. Kadang aku berfikir, aku ini anak siapa sebenarnya. Kenapa ibu begitu tega membebani anaknya dengan beban yang tidak sanggup untuk dipikul. Gajiku tidak seberapa tetapi ibu malah main arisan diatas rata-rata gaji Pegawai Negeri Sipil."Bu ... Rama tidak mau dianggap benalu oleh Vita. Semua biaya rumah tangga sudah dia yang biayai semua. Dimana harga diri Rama sebagai kepala rumah tangga?" tanyaku. Ibu belum tahu bagaimana sikap Vita dibelakangnya. Meminjam uang dengan jumlah tidak seberapa tapi kata-kata hinaan yang keluar dari mulutnya bagaikan menghina pengemis yang paling hina di dunia ini. Aku bagaikan budak dia perlakukan."Harta suami juga harta istri. Begitu juga sebaliknya. Jadi yang bilang kamu benalu suruh menghadap Ibu." tantang wanita yang telah melahirkanku ke dunia ini. Capek berdebat dengan ibu
"Maling ... maling. Dasar kau ya! Sudah tua tidak tau diri." Seorang lelaki berbadan tinggi dan hitam memukul seorang ibu yang dituduh sebagai pencopet itu tanpa ampun. Tubuhnya terduduk dan tidak berdaya di atas tanah denga menutup muka dengan kedua tangannya. BughBughBughBeberapa tendangan mengenai wajah ibu tersebut. Sebenarnya hati ini tidak tega melihat wanita yang sudah lemas itu dianiaya warga. Tapi aku bisa apa?"Ampun ... ampun." wanita paruh baya tersebut masih menutupi mukanya untuk menghindari dari pukulan warga.Tapi semua warga tidak memedulikannya meskipun dia sudah memohon dan menghiba."Jangan kasih ampun. Wanita tua tidak tau diri. Bukannya taubat malah mencuri. Penampilan sosialita ternyata maling." Seorang ibu muda tiba-tiba menjambak rambut wanita yang dituduh sebagai pencopet tersebut hingga beliau tersungkur ke tanah.Bugh.Seorang ibu muda sedang menggendong bayi ikut menendang tanpa ampun.Warna baju wanita yang dituduh pencopet tersebut sekilas terlihat
"Udah ... udah. Kita yang salah, Vit. Ayo kita pulang aja. Malu kita ini jadi bahan tontonan orang." Aku berbisik di telinga Vita dan berusaha melerai antara Vita dan wanita tadi. Karena apa pun yang terjadi, tetap kami yang salah karena ibu yang telah mencopet. Betul-betul sangat memalukan perbuatan ibu. Kepingin kelihatan keren tapi dari hasil tidak halal."Maafkan orang tua saya." ucapku seraya menangkupkan kedua tangan di depan dada mengharap maaf dari warga."Enak saja kamu hanya minta maaf doang. Ibu kamu itu sudah sangat meresahkan warga komplek kami. Semenjak kalian pindah ke sini, kami sering kehilangan. Dan hari ini kami melihat langsung siapa pelaku pencurian tersebut." ucap ibu muda bertubuh gempal penuh emosi."Pak Kades, kita lapor polisi saja. Kalau kita biarkan dia bebas, nanti dia akan mengulangi lagi pekerjaan hina tersebut karena tidak ada efek jeranya." Entah kenapa wanita yang sedang menggendong anak kecil sangat dendam terhadap ibu. Dari tadi dia sibuk ingin mel
Aku bingung, bagaimana cara mendapatkan uang sebanyak itu? Apa yang harus diri ini lakukan? Kalau menambah pinjaman di bank sepertinya tidak akan mencukupi."Mas, dari tadi Adek ngomong kenapa Mas gak nyahut? Mas marah?" Tiba-tiba saja suara Vita istriku membuyarkan lamunan."Marah? Kenapa harus marah? Mas lagi banyak pikiran aja, Mas malu dan juga kasian sama ibu. Mas gak nyangka ibu bisa senekat itu. Dulu ibu tidak begini. Apa yang telah terjadi dengan ibuku sehingga beliau sangat jauh berubah?""Oalah. Mas sedang mikirin ibu ya? Adek juga sih. Adek heran aja. Kenapa ibu sampai berbuat seperti itu? Padahal uang yang kita berikan buat beliau lebih dari cukup." tanya Vita.Jujur aku sangat malu karena ulah ibu. Beliau telah mencoreng nama baik keluarga. Apalagi jika sampai ke telinga keluarga Vita. Entah kemana mau ku taruh muka ini. Namun walau bagaimana pun beliau tetaplah ibuku yang melahirkan dan membesarkan sehingga aku bisa sesukses sekarang ini."Sekarang yang jadi masalah, d
Aku pun berambisi agar bisa menaikkan transaksi penjualan.Aku mencoba menawari ke beberapa teman untuk bisa menjadi partner kerjaku. Melihat keberhasilanku, mereka juga tergiur untuk terjun ke dunia yang sedang aku geluti.Semakin lama bisnisku semakin berkembang, aku membeli mobil baru, rumah mewah serta beberapa tanah untuk aset aku kelak jika sudah tua nantinya.Ibu sudah mulai lagi menampakkan taringnya. Beliau sudah mulai lagi main arisan berlian bersama geng sosialitanya. Arisan yang biasanya lima juta sekarang di naikkan menjadi 10 juta sebulan. Beliau sangat bahagia saat ini. Setiap hari ada saja tugas sosial yang beliau hadiri. Aku sangat puas karena sudah bisa membahagiakan orang yang telah bersusah payah melahirkan aku ke dunia ini.Ibu dan Sinta semakin bahagia. Kehidupannya sekarang serba mewah tanpa kekurangan.Kali ini aku betul-betul merasa beruntung karena aku menjadi orang yang sukses dalam waktu yang singkat. Namun ada yang kurang dalam hidup ini. Aku merasa sangat
"Agnes!" pekikku dalam hati.Agnes hanya diam menatap kami berdua yang sudah menunggunya sedari tadi. Mantanku semakin cantik saja dengan balutan dress syar'i yang menutup seluruh tubuhnya. Walaupun memakai baju yang menurut penglihatan mata ini terlalu kebesaran dan hanya menampakkan wajah saja, tetapi masih terlihat aura kecantikannya.Anak kecil berusia tujuh tahun itu, selalu setia berdiri di sebelah Agnes. Tangannya tidak lepas memegang jari jemari sang mama. Gadis kecil tersebut adalah anak semata wayang kami, bernama Niken. Bidadari kecil yang sudah lama aku abaikan sekarang sudah tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik dan manis seperti ibunya."Matamu melotot melihat mantan! Awas aja kalau kamu macam-macam, Mas." Tiba-tiba Vita mengancam. Memang dia hanya berbisik di telingaku seraya satu tangan menyikut perut ini. Tapi bisa kulihat raut wajahnya begitu menyimpan kemarahan yang amat besar."Jangan aneh-aneh kamu, Dek. Mana mungkin aku akan mencintai dia lagi. Rasaku untuknya s