Menjelang setahun pertemuan di jalan Jaksa, Reno mengusulkan merayakan perjumpaan mereka di café tempat mereka bertemu. Flora berkeberatan . “ Ren, cukup di kondo saja kita rayakan dengan anak-anak.” “ No, aku ingin hanya jita berdua !” “ Bukankah di antara kita ada anak-anak?” Flora bersikukuh mempertahankan keinginannya. “ Flora, aku ingin hanya kita berdua saja, kau dan aku !” tegas Reno menatap Flora , ada ketersinggungan di matanya. “ Aku sudah reservasi hotel, café dan tiket.” Sebulan yang lalu. “ Reno, bukankah aku sekarang isterimu? Mengapakah kau tidak bertanya padaku?” Reno tidak menjawab, meninggalkan Flora yang duduk di ujung tempat tidur, keluar kamar. “ Reno !” teriak Flora.Mendengar teriakan Flora, Reno berbalik,“ Why are you scream to me ? I’am not deaf !” balas Reno. “Kau tidak jawab pertanyaanku , kau putuskan sendiri tanpa konsultasi denganku.” “ Perlukah aku jawab pertanyaanmu?” tanyanya kemudian keluar kamar. Flora tidak senang dengan sikap Reno, tan
Terlihat ekspresi kaget di wajah Reno ,meletakkan gelas yang dipegangnya, menatap Flora dengan tatapan tidak percaya. “ Are you pregnant my baby?” “ Of course ! Your baby.” kataku. Akhirnya Reno mengakui bahwa sebenarnya ia sangat menginginkan anak lahir dari percintaan mereka siapa tahu Tuhan memberikan anak laki - laki sehingga ada generasi penerus bagi keluarga Jatmiko. “ Ketika kau mengatakan bahwa ingin memberi aku anak laki-laki, jauh di dalam hatiku ada rasa senang,” bisiknya. “ Aku sangat mencintaimu Flora, kau segalanya bagiku, kau milikku !” katanya dengan tegas. Flora menatap lelaki di depannya, kekasih, suami , “ Aku mencintaimu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu.” bisiknya. “ Bisakah kita bercinta sayang?” tanya Reno. Flora mengangguk. Dengan bercinta aku mengungkapkan kecintaanku kepadanya , aku sangat menikmati hubungan percintaan kami karena aku bisa merasakan getar badannya, degup jantungnya, desahan nafasnya . Meskipun dia mempunyai kelainan, percintaa
Kembali ke kondo , Flora mencoba berdamai dengan hati dan pikirannya.Meskipun terlintas dalam pikiran Flora membiarkan Reno terus dalam penyesalan , berpisah sementara, tidak tidur se kamar dan se ranjang. Entah mengapa pikiran Flora tidak senada dengan hati kecilnya, bersama mereka memasuki kamar, lalu Flora berbaring di ranjang dan Reno menatapnya was-was. “ Mana buku harianmu?” tanya Flora. “ Ada di brankas.” Jawab Reno. “ Saya akan musnahkan buku harianmu,” kata Flora. “ Mengapa?” tanya Reno. “ Agar masa kelammu hilang bersama dengan buku harianmu. Besok hari Sabtu kamu libur, kita musnahkan bersama-sama. Kita ke kantormu memotong buku harianmu dengan mesin pemotong kertas.” Kata Flora. Terlihat keraguan di wajah Reno. “ Buat apa kau simpan buku harianmu ? Apakah kau masih sering membacanya?” tanya Flora. Reno menggeleng. “ Maukah suatu hari anak-anakmu membaca buku harianmu. Maukah mereka frustasi karena ayahnya memiliki kelainan mental, mmm… kelainan seksual?” tany
Flora bingung memandang mama dan Reno, dimana mama akan tinggal ? kamar kami hanya ada tiga, kamarku, kamar Liza dan Ami , jika mereka libur dan kamar bayi, batin Flora. “ Hai, Flora, kamu tidak mengijinkan mama masuk ?” tanya mama Siska sambil memandang Flora dengan heran. “ Oh, ya mari masuk ma.” Kata Flora sambil menatap Reno penuh tandatanya. Mama melihat sekeliling kondo dan memuji selera Flora dalam menata, “Dari dulu kau memang penata rumah yang hebat.” kata mama. “ Mama kenapa tidak telepon kalau mau datang . “ kata Flora. “ Oh … Reno menelpon Mama seminggu yang lalu ,minta mama menemanimu sampai kamu melahirkan .“ kata mama. “ Tapi … ma, dimana mama akan tinggal ? kami hanya punya tiga kamar , Reno itu menginginkan privasi, ia tidak suka kalau ada keluarga yang menginap di kondo kami. “ kata Flora. “ Oh … itu, kekhawatianmu ! Reno sudah menyewa apartemen di ujung sana untuk mama selama enam bulan. Mama sudah melihat apartemennya, mewah banget ! " bisik mama. " Hum,
Irene duduk di sofa, menyilangkan kakinya memamerkan kakinya yang langsing , mulus dan jenjang, di mata kakinya tergantung gelang kaki dari emas dengan liontin huruf I. Pandangan matanya liar melihat ke sekeliling kondo. Aku memberi kode ke Asdara agar mengunci pintu kamar tidur utama dan kamar anak-anak. Entah karena nalurinya, Dean menangis keras, terdengar bujukan nanny. Aku meninggalkan Irene yang memandangku pergi ke kamar bayi menemui Dean. “ It’s time to breastfeed?” tanya Flora pada nanny. “ Not yet.” Jawabnya. Flora memeriksa celana Dean dan pampersnya, kering, membelainya lembut , berbisik, “ Mom akan melawan siapapun yang akan mengganggu dad dan mom. “ Kata Flora. Flora sengaja berbahasa Indonesia agar nanny tidak mengerti apa yang dikatakannya. Flora kembali ke ruang tamu dan tidak nampak Irene. “ She just left.” Kata Asdara. Flora menghembuskan nafas, Kedatangan Irene bukan urusanku, biar Reno yang menyelesaikannya. Aku akan mempertahankan pernikahanku jika
Malam di kamar kerja Reno, aku di kamar berkutat dengan pikiranku kapan saat yang tepat mengatakan kepada Reno perihal kedatangan Irene. Aku tidak ingin menyimpannya terlalu lama, takut nanti Irene tanpa sepengaetahuanku menemui Reno. Dia sudah tahu tempat tinggal Reno, pasti dia tahu tempat kerja Reno. “ Belum tidur?” tanya Reno mengagetkanku. “ Apa yang sedang kamu pikirkan sampai terkaget-kaget mendengar suaraku?” tanyanya. “ Hum..” “ Merancang pose nikmat malam ini?” Flora melempar bantal ke arah Reno, “Lebih dasyat daripada itu.” “Wow. Perlukah kita minum wine?” “ Singkirkan pikiran ngeresmu !” Kata Flora kesal. “Sorry, apa itu ngeres? Suatu yang hot-hot?” “ Scary.” Jawab Flora . “ So, what’s the problem.” “ Yang saya takutkan selama ini terjadilah!” “ Apa yang kau takutkan?” “ Kemarin Irene datang ke kondo kita.” Terlihat wajah Reno marah padam, urat di wajahnya terlihat jelas, bibirnya ditarik ke belakang memperlihatkan gigi yang mencengkeram. Flora ketakutan me
Flora menerima telepon dari mbak Maya, bahwa mama jatuh di kamar mandi ,sekarang sedang dirawat di rumah Sakit . Flora bingung, takut dan gelisah. Bingung , jika menjenguk mama di Surabaya, tentu memerlukan perjalanan yang jauh dan melelahkan bagi Dean, Ia harus kubawa, karena ia masih bayi dan menyusu, , terlambat sedikit saja dia langsung menangis, batnnya . Takut, kehilangan mama yang sangat dicintai anak-anaknya, Rasanya baru saja berkumpul kemudian berpisah di bandara Cangi. Gelisah, menyampaikan ke Reno sekarang atau tunggu sampai dia pulang kantor. Hari ini dia sedang meeting membahas proyek pembangunan hotel di Bangkok. Apalagi mbak Maya mengatakan bahwa mama jatuh di kamar mandi , tanpa ada yang tahu. “Mama koma, tidak sadarkan diri. Kata dokter pembuluh darah mama pecah.” “Yana menelpon mama, tapi tidak ada jawaban. Karena gelisah, Yana dan Meilani ke rumah mama. “ kata Mbak Maya dengan menangis. “Kata Yana kemarin mama masih sehat, masih nyetir ke rumah Yana,” ka
Flora terbangun ketika mendengar suara Reno tertawa, membuka matanya ,melihat Reno duduk di ujung tempat tidur sedang menelpon. "Are you happy? " tanya Reno. “ You think I’m happy to meet you? I’m scared met you.” Reno mendengkus kasar, dengkusannya membuat Flora bertanya dalam hati siapa yang menelpon Reno. Flora menatap Reno yang asyik menelpon seseorang, wanita atau pria? Batin Flora. "Flora ? No, she’s sleeping" . Mendengar namanya disebut, Flora langsung bangun," Siapa yang menelponmu pagi-pagi?" tanyanya. Reno langsung mematikan telepon , melempar ponselnya ke tempat tidur, tdak lama terdengar dering telepon yang sangat tidak diharapkan Flora. Dibiarkan terus berdering. “Kenapa kamu tidak angkat?” tanya Reno. “Angkatlah buatku, aku lagi malas.!” Jawab Flora, menatap Reno lekat-lekat ingin mengetahui reaksi Reno. Reno mengambil ponsel Flora dari nakas,” Devil woman? Siapa itu?” tanya Reno. “Bacalah messagenya, kamu akan tahu!” Reno menggulir dan membaca message.