"Maafkan aku Sayang, aku lupa dengan pakaian sehari-harimu. lain kali aku belikan yang model terbaru," balas Romeo yang mengecup bibir Ruster.
"Ngak mau lagi, baju aku sudah banyak. tidak tahu lagi mau taruh di mana," tolak Ruster yang mendorong dada Romeo. Romeo terkekeh dengan penolakkan Ruster.
Ruster bisa menebak dari balik ketawa Romeo. karena Romeo pasti akan mengaduhkannya ke Raven dan di pastikan satu lemari baju akan bertambah lagi di dalam ruang khusus penyimpan pakaian mereka bertiga.
"Jangan tawa lagi," protes Ruster yang merajuk.
Romeo mengelum senyumannya, ia mengenggam jemari Ruster dan membimbing Ruster untuk berjalan bersama-sama. bahkan Romeo rela menyesuaikan langkah kakinya untuk bisa sejajar dengan Ruster.
Dari kejauhan, Liam Sein menatapi keduanya dengan tatapan kebencian. dalam hati, Liam bersumpah akan menghancurkan semua kebahagian Ruster yang berani membandingkan dirinya dengan pria lain.
Setelah keduanya sudah perg
Orang yang di utus Liam mulai mengikuti Vio secara diam-diam dan merekam semua yang Vio lakukan dari penjualan wanita hingga obat-obtan dan senjata berbahaya. semua di lakukan oleh Vio demi bisa hidup enak dan ia sudah melakukan pekerjaan ini dalam waktu lama. jadi tidak ada rasa takut dan iba kepada wanita yang ia jual. selain para wanita, Vio juga menjual anak-anak di bawah umur. tepatnya perdagangan manusia untuk tujuan tidak baik semua ia lakukan dengan rapi tanpa tercum oleh pihak kepolisian setempat.Liam yang melihat semua rekaman tersebut tersenyum dengan tawa jahatnya."Wanita bodoh," cibir Liam yang memutar video tersebut berapa kali dan berapa bagian ia potong. lalu mengirimkannya kepada Vio sebagai pengirim misterius yang meminta uang di sertai dengan ancaman akan menyebarkan video tersebut ke publik dan otomatis Vio akan menjadi incaran banyak pihak kepolisian semua negara atas apa yang di lakukan oleh Vio selama ini.Vio yang terkejut dengan ancama
Sang kasir sudah selesai menghitung belanjaan melihat ke arah kartu yang di serahkan oleh Romeo. ia langsung segera memprosesnya dan meminta kode pin khusus untuk menyetujui proses pembayaran.Dengan jemari cepat, Romeo mengetik kode pin tersebut."Terima kasih Tuan, ini kartu anda. semoga hari anda menyenangkan," ucap sang kasir kepada Romeo.Romeo mendorong troli keluar dari antrian di kasir dan Ruster mengikuti dari belakang."Meo, mau aku bantu bawakan semua belanjaan ini?" tawar Ruster yang berjalan di samping Romeo yang mendorong troli ke arah pakiran."Tidak perlu, Sayang. kita kan pakai troli dan bukannya di angkut semua barangnya," jelas Romeo yang merangkul Ruster dengan sebelah tangannya. untuk menunjukkan sikap posesifnya kepada para pria yang sedari menatapi Ruster dengan tatapan ingin berkenalan atau sebagainya.Sesampai di pakiran mobil, Romeo mengeluarkan semua belanjaan yang tersimpan di dalam troli dan meletakka
Kedua kembar hanya bisa saling memandang satu sama lain, kemudian mendapatkan kecupan dari Ruster yang pamit untuk memasak.Keduanya menatapi kepergian Ruster dari dalam kamar dengan tatapan tidak berdaya."Gimana jalan-jalannya?" tanya Raven tetiba."Lain kali giliranmu. hari ini aku jadi perhatian semua orang karena benda norak ini," balas Romeo yang mencopot bando kelinci pink di atas kepalanya dan menaruh di atas meja.Raven menelan saliva dengan gugup."Maksudmu, kau memakai itu berkeliling mall seharian?" tanya Raven dengan wajah kagetnya."Ya ialah, bisa kau bayangkan gimana tatapan orang."Raven tidak bersuara lagi, ia melihat Romeo melepaskan pakaian satu persatu."Aku mau mandi duluan," pamit Romeo yang mengakut semua pakaiannya ke dalam kamar mandi.Raven menarik bando di atas kepalanya dan melihat bentuk telinga kelinci berwarna pink tua dengan bling-bling yang cukup membuat matanya sakit."Jangan kata
Romeo membuka pintu ruang kerja dan mempersilahkan Raven masuk ke dalam. karena kini mereka berdua harus serius bicara. Raven duduk di kursi CEO dan Romeo duduk di depan Raven. keduanya saling berhadapan satu sama lain. "Hari ini aku tidak sengaja bertemu dengan Liam dan memamerkan kemestraan di depan matanya," ucap Romeo yang membuka pembicaraan yang membuat wajah Raven yang semula tenang langsung menjadi dingin. "Lalu dia bagaimana?" tanya Raven dengan nada tidak baiknya. "Masih menatapi kemestraan kami berdua dan sepertinya ia punya rencana lain untuk mendapatkan Ruster kembali atau hanya perasaanku saja," balas Romeo dengan menompang dagu dengan tangannya. karena biasanya duganya suka meleset. "Minta Marco mengirim berapa orang ke rumah ini dan berapa orang untuk menjaga Ruster dari jarak jauh," perintah Raven dengan menajamkan tatapan matanya ke arah Romeo. "Jika itu sudah aku lakukan sebelum pulang ke sini. malam ini berapa orang
Romeo menatapi kembaranya dengan dahi berkerut dalam."Ven, kau curang?" pekik Romeo yang tidak terima. karena pekerjaan terbanyak ada padanya sedangkan Raven itu banyak santainya."Curang di mana?" balas Raven dengan bodohnya. tepatnya ia tidak perduli dengan penderitaan Romeo."Jangan bertengkar, aku saja yang keperusahan kalian berdua. gimana?" tawar Ruster untuk memberikan solusi agar keduanya tidak bertengkar semakin menjauh.Kedua kembar langsung terdiam dengan banyak hal yang mereka pikirkan."Tidak," tolak Romeo tegas."Kenapa?" tanya Ruster binggung."Karena aku tidak ingin pria lain melihatmu dan aku tidak ingin Time kesepian, aku tidak keberatan selalu pulang malam. asal makanan buatanmu di sisakan untukku," jelas Romeo yang pindah tempat duduk dan mengelus kepala Ruster."Apa yang di katakan oleh Romeo memang benar, aku akan membantu pekerjaan Romeo. sehingga kami akan pulang bersama-sama dan tidak ada yang pulang c
Mau tidak mau, Romeo mengikuti saran Raven untuk kembali ke bekas kamarnya dengan hati mengerutu.***Di kamar utama, Reina lebih sibuk menyusui Time dengan susu botol dan Ruster memilih mandi sembari memikirkan nasib suaminya kini merana. karena Ruster tahu, keduanya pasti mengumpat di dalam kamar lain. mengingat ibu mertuanya sedang di dalam kamarnya.Memikirkan keduanya yang kini bersedih hati, Ruster mengulum senyuman bahagia."Sesekali membiarkan keduanya merana," batin Ruster.Reina menatapi menantunya yang sudah selesai mandi."Malam ini aku tidur di sini, banyak hal yang ingin aku ketahui darimu. soal kedua anakku," ucap Reina yang ingin tahu keandaan kedua anak kembarnya yang kini kompak merahasiakan sesuatu.Ruster mengulum senyuman melihat sikap ibu mertuanya yang cemberut dan ia yakin, suatu saat dirinya akan seperti Reina. yang di tinggal oleh anak-anak. sekarang saja kedua putranya lebih senang di luar memperlajari segal
Melihat wajah kusut Raven, Romeo terkekeh."Aku yakin, mobilmu pasti kena pakai dan akan pulang dalam keandaan hancur ha ha ha.." tawa Romeo meledek kembarannya."Ck," decak Raven kesal."Mendingan kau habiskan sarapan paginya, aku yakin Jimmy pasti akan mengaduh kepada Ruster. mengingat Jimmy sangat sayang pada Ruster," jelas Romeo yang menyerahkan makanan ke atas piring Raven. bahkan ia meminta pelayan untuk menyiapkan makanan yang di masak oleh Ruster untuk di angkut ke perusahan."Kegilaan mu sungguh parah, Meo.""Ya, aku Sayang sama Ruster dan semua masakan yang di masak oleh Ruster. aku akan memakannya tanpa tersisa dan tidak akan membuangnya," jelas Romeo yang menatapi berapa kotak makanan yang tersusun rapi di atas meja.Raven yang selesai makan, langsung memasukkan semua kotak ke dalam tas khusus dan ia berjalan duluan untuk ke arah pakiran."Ven.... susunya kau tak habiskan?" pekik Romeo yang berlari mengejar Raven ke arah p
Melihat kedua tuan sudah tenang. seorang intelijen mulai bersuara."Tuan, orang yang gagal membunuh anda barusan. sudah mati mengenaskan di lampu merah simpang empat, sepertinya seseorang sudah membunuh mereka dengan cara menabrak motor tersebut dengan mobil bermuatan berat. hingga wajah mereka tidak di kenali lagi," jelas salah satu intelijen yang menyamar jadi bodyguard."Periksa semua rekaman CCTV di jalan. jika perlu copy semuanya dan kirimkan ke Marco Jong," perintah Romeo yang masih mencemaskan kembarannya yang duduk dengan wajah pucat.Raven bukan ketakutan karena insiden barusan, tapi ia ingin segera menyelesaikan semuanya tanpa memberikan mereka ampun.***Jack berjalan tergesah-gesah, bahkan ia meninggalkan ruang rapat. ketika mendengar insiden yang menimpah kedua tuanya."Tuan Romeo dan Raven," saut Jack yang masuk ke dalam ruangan dengan wajah pucat pasihnya. ia segera menghampiri keduanya dengan memeriksa tubuh kedua tuannya apa