Kedua kembar hanya bisa saling memandang satu sama lain, kemudian mendapatkan kecupan dari Ruster yang pamit untuk memasak.
Keduanya menatapi kepergian Ruster dari dalam kamar dengan tatapan tidak berdaya.
"Gimana jalan-jalannya?" tanya Raven tetiba.
"Lain kali giliranmu. hari ini aku jadi perhatian semua orang karena benda norak ini," balas Romeo yang mencopot bando kelinci pink di atas kepalanya dan menaruh di atas meja.
Raven menelan saliva dengan gugup.
"Maksudmu, kau memakai itu berkeliling mall seharian?" tanya Raven dengan wajah kagetnya.
"Ya ialah, bisa kau bayangkan gimana tatapan orang."
Raven tidak bersuara lagi, ia melihat Romeo melepaskan pakaian satu persatu.
"Aku mau mandi duluan," pamit Romeo yang mengakut semua pakaiannya ke dalam kamar mandi.
Raven menarik bando di atas kepalanya dan melihat bentuk telinga kelinci berwarna pink tua dengan bling-bling yang cukup membuat matanya sakit.
"Jangan kata
Romeo membuka pintu ruang kerja dan mempersilahkan Raven masuk ke dalam. karena kini mereka berdua harus serius bicara. Raven duduk di kursi CEO dan Romeo duduk di depan Raven. keduanya saling berhadapan satu sama lain. "Hari ini aku tidak sengaja bertemu dengan Liam dan memamerkan kemestraan di depan matanya," ucap Romeo yang membuka pembicaraan yang membuat wajah Raven yang semula tenang langsung menjadi dingin. "Lalu dia bagaimana?" tanya Raven dengan nada tidak baiknya. "Masih menatapi kemestraan kami berdua dan sepertinya ia punya rencana lain untuk mendapatkan Ruster kembali atau hanya perasaanku saja," balas Romeo dengan menompang dagu dengan tangannya. karena biasanya duganya suka meleset. "Minta Marco mengirim berapa orang ke rumah ini dan berapa orang untuk menjaga Ruster dari jarak jauh," perintah Raven dengan menajamkan tatapan matanya ke arah Romeo. "Jika itu sudah aku lakukan sebelum pulang ke sini. malam ini berapa orang
Romeo menatapi kembaranya dengan dahi berkerut dalam."Ven, kau curang?" pekik Romeo yang tidak terima. karena pekerjaan terbanyak ada padanya sedangkan Raven itu banyak santainya."Curang di mana?" balas Raven dengan bodohnya. tepatnya ia tidak perduli dengan penderitaan Romeo."Jangan bertengkar, aku saja yang keperusahan kalian berdua. gimana?" tawar Ruster untuk memberikan solusi agar keduanya tidak bertengkar semakin menjauh.Kedua kembar langsung terdiam dengan banyak hal yang mereka pikirkan."Tidak," tolak Romeo tegas."Kenapa?" tanya Ruster binggung."Karena aku tidak ingin pria lain melihatmu dan aku tidak ingin Time kesepian, aku tidak keberatan selalu pulang malam. asal makanan buatanmu di sisakan untukku," jelas Romeo yang pindah tempat duduk dan mengelus kepala Ruster."Apa yang di katakan oleh Romeo memang benar, aku akan membantu pekerjaan Romeo. sehingga kami akan pulang bersama-sama dan tidak ada yang pulang c
Mau tidak mau, Romeo mengikuti saran Raven untuk kembali ke bekas kamarnya dengan hati mengerutu.***Di kamar utama, Reina lebih sibuk menyusui Time dengan susu botol dan Ruster memilih mandi sembari memikirkan nasib suaminya kini merana. karena Ruster tahu, keduanya pasti mengumpat di dalam kamar lain. mengingat ibu mertuanya sedang di dalam kamarnya.Memikirkan keduanya yang kini bersedih hati, Ruster mengulum senyuman bahagia."Sesekali membiarkan keduanya merana," batin Ruster.Reina menatapi menantunya yang sudah selesai mandi."Malam ini aku tidur di sini, banyak hal yang ingin aku ketahui darimu. soal kedua anakku," ucap Reina yang ingin tahu keandaan kedua anak kembarnya yang kini kompak merahasiakan sesuatu.Ruster mengulum senyuman melihat sikap ibu mertuanya yang cemberut dan ia yakin, suatu saat dirinya akan seperti Reina. yang di tinggal oleh anak-anak. sekarang saja kedua putranya lebih senang di luar memperlajari segal
Melihat wajah kusut Raven, Romeo terkekeh."Aku yakin, mobilmu pasti kena pakai dan akan pulang dalam keandaan hancur ha ha ha.." tawa Romeo meledek kembarannya."Ck," decak Raven kesal."Mendingan kau habiskan sarapan paginya, aku yakin Jimmy pasti akan mengaduh kepada Ruster. mengingat Jimmy sangat sayang pada Ruster," jelas Romeo yang menyerahkan makanan ke atas piring Raven. bahkan ia meminta pelayan untuk menyiapkan makanan yang di masak oleh Ruster untuk di angkut ke perusahan."Kegilaan mu sungguh parah, Meo.""Ya, aku Sayang sama Ruster dan semua masakan yang di masak oleh Ruster. aku akan memakannya tanpa tersisa dan tidak akan membuangnya," jelas Romeo yang menatapi berapa kotak makanan yang tersusun rapi di atas meja.Raven yang selesai makan, langsung memasukkan semua kotak ke dalam tas khusus dan ia berjalan duluan untuk ke arah pakiran."Ven.... susunya kau tak habiskan?" pekik Romeo yang berlari mengejar Raven ke arah p
Melihat kedua tuan sudah tenang. seorang intelijen mulai bersuara."Tuan, orang yang gagal membunuh anda barusan. sudah mati mengenaskan di lampu merah simpang empat, sepertinya seseorang sudah membunuh mereka dengan cara menabrak motor tersebut dengan mobil bermuatan berat. hingga wajah mereka tidak di kenali lagi," jelas salah satu intelijen yang menyamar jadi bodyguard."Periksa semua rekaman CCTV di jalan. jika perlu copy semuanya dan kirimkan ke Marco Jong," perintah Romeo yang masih mencemaskan kembarannya yang duduk dengan wajah pucat.Raven bukan ketakutan karena insiden barusan, tapi ia ingin segera menyelesaikan semuanya tanpa memberikan mereka ampun.***Jack berjalan tergesah-gesah, bahkan ia meninggalkan ruang rapat. ketika mendengar insiden yang menimpah kedua tuanya."Tuan Romeo dan Raven," saut Jack yang masuk ke dalam ruangan dengan wajah pucat pasihnya. ia segera menghampiri keduanya dengan memeriksa tubuh kedua tuannya apa
Liam membalikkan badannya, ia menatapi wanita muda itu dengan tatapan mencemoh. "Silahkan saja, asal kau mampu. aku tidak mau terlibat dalam urusanmu," balas Liam Halminton dengan nada dingin. Wanita muda itu tersenyum lebar. "Aku tahu," balasnya dan langsung pergi dari kantor Liam Halminton dengan berlengak lengok. *** Di salah satu mall, Reina sibuk menarik Ruster kearah toko pakaian dalam yang menjual aneka pakaian dalam mengoda dan terawang. wajah Ruster memerah padam melirik setiap pakaian dalam yang terpajang di setiap rak. sedangkan kedua pria menunggu di luar seperti bodyguard. "Bu, kamu yakin mau beli ini?" tanya Ruster yang melihat Reina memilih berapa pakaian dalam yang sudah kurang bahan dan mudah sobek. "Iya dong, sebelum aku punya anak. aku selalu beli ginian, tapi selalu berakhir di tempat sampah. karena kedua binatang itu," cercah Reina sebel dengan kedua suaminya yang membuat barang kesukaanya berakhir di tong
"Puas belanja deh, akhirnya dapat banyak barang yang aku suka. kita lihat barang lain lagi yuk," ajak Reina kepada menantunya. kali ini keduanya masuk ke toko pakaian biasa dan Ruster sudah tidak ada niat belanja lagi. karena ia tidak membutuhkan pakaian lagi. mengingat ia kemarin beli banyak baju dress polos untuk pakaian di rumah."Kok kamu tidak beli?" tanya Reina heran."Semalam aku beli banyak dan belum aku keluarkan sama sekali," jelas Ruster yang baru ingat dengan barang belanjaanya. ia pun langsung menghubungi Romeo untuk bertanya soal paper bag yang di bagasi mobil Romeo.Romeo yang sedang melihat rekaman CCTV di laptop, terkejut dengan suara dering ponsel dan ia segera mengangkatnya."Hallo Sayang, ada apa?" tanya Romeo dengan suara sedikit paniknya."Meo, baju aku di dalam bagasi mobil. ada di simpankan tidak?' tanya Ruster yang panik."Baju!?""Baju yang aku beli kemarin," jelas Ruster yang masih memikirkan bajunya. karena
Dahi Raven langsung mengerut dalam menangkapi perkataan Romeo."Jangan katakan padaku, merk dan warnanya sama dengan yang lama?" ucap Raven dengan nada tidak sukanya pada selera Romeo soal mobil yang itu dan tidak itu terus."Tentu saja, emang mau mobil kayak gimana lagi. tipe mobil produksi yang khusus untuk keluarga Van Diora hanya dua jeniskan?" balas Romeo yang kesal dengan sikap Raven yang tipe memilih dan ia langsung menjitak kepala Raven dengan kepalan tangannya."Aduhhh... Kepalaku bisa botak?" oceh Raven yang tidak terima di jitak kepalanya oleh Romeo."Bagus botakkan, biar mirip sama Jack. Udah sula kepalanya," cibir Romeo dengan mata menyindir."What!?" pekik Raven dengan suara keras."Kenapa!? Mau protes?" ucap Romeo dengan berkacak pinggang di depan Raven. Ia tidak akan kalah debat dengan Raven yang asli menyebalkan dari Jack maupun Lius Versalius."Itu... Itu..."