Dahi Raven langsung mengerut dalam menangkapi perkataan Romeo.
"Jangan katakan padaku, merk dan warnanya sama dengan yang lama?" ucap Raven dengan nada tidak sukanya pada selera Romeo soal mobil yang itu dan tidak itu terus.
"Tentu saja, emang mau mobil kayak gimana lagi. tipe mobil produksi yang khusus untuk keluarga Van Diora hanya dua jeniskan?" balas Romeo yang kesal dengan sikap Raven yang tipe memilih dan ia langsung menjitak kepala Raven dengan kepalan tangannya.
"Aduhhh... Kepalaku bisa botak?" oceh Raven yang tidak terima di jitak kepalanya oleh Romeo.
"Bagus botakkan, biar mirip sama Jack. Udah sula kepalanya," cibir Romeo dengan mata menyindir.
"What!?" pekik Raven dengan suara keras.
"Kenapa!? Mau protes?" ucap Romeo dengan berkacak pinggang di depan Raven. Ia tidak akan kalah debat dengan Raven yang asli menyebalkan dari Jack maupun Lius Versalius.
"Itu... Itu..."
Raven dan Romeo berdecak kesal, padahal mereka berdua mau mampir beli camilan buat Ruster dan sekaligus beli mawar putih. Sebagai tanda terima kasih di buatkan bekal makan berapa hari ini. Tepatnya mau sok romantis dan berakhir di atas ranjang. Tapi semua gagal karena mulut embel bocor dari Jack yang tukang ngaduh."Jack itu sebenarnya mihak siapa sih? tanya Romeo dengan bisik-bisik gaya ibu-ibu tetangga yang hobi nghibah."Kerja kepada kedua setan di depan kita. Sekarang apa rencana mu, masa malam ini aku tidur di luar lagi?" ngeluh Raven dengan bisik-bisik gaya ibu curhat masalah kehangatan ranjang."Hmmm aku takut mati Ven, kau aja yang duluan. Aku masih mau hidup dengan incip-incip tubuh Ruster yang wow," balas Romoe yang langsung kibarkan bendera putih. Yang menandakan ia menyerah sebelum berperang dengan kedua ayahnya yang asli lebih gila dari siapapun di dunia ini."Ya sudah, aku juga nyerah.
"Mau," ucap Raven dan Romeo bersamaan demi menjaga perasaan istri tercinta. maka mereka berdua akan memakannya tanpa coment lagi atau menghindar.Ruster segera berdiri untuk menghindangkan dua mangkok sup kepada suaminya."Aku tidak mau," tolak Reihan."Aku sudah kenyang," alasan Rayyan.Wajah Reina langsung sedih, air matanya langsung menetes kencang."Apakah karena aku gagal memotong wortelnya jadi kalian tidak mau memakannya," lirih Reina dengan air mata semakin derasnya. padahal ia sudah berusaha baik untuk memotong wortel untuk membantu Ruster memasak.Raven dan Romeo yang menatapi mangkok berisi sup yang banyak wortel berbentuk jelek, keduanya tidak berani bersuara dan memilih memakan dengan lahap. berbeda dengan kedua ayah mereka yang kini sibuk menghibur sang ibu yang menaggis meraung-raung.Raven dan Romeo tidak akan kaget lagi dengan sikap sang ibu. karena di dalam keluarga Van Diora. anak satu-satunya dari Raphael Van
"Ven... jangan-jangan kau biang keok semua permasalahan ini?" ucap Romeo yang menyadari semua ini rencana Raven. tapi ia sudah terlambat menghindar setelah mendapatkan amukkan dari kedua ayahnya."Aku tidak terlibat dan bye," pamit Raven yang mengambil tas, jas dan dasinya. ia segera pergi menyelamatkan nyawanya dari kedua setan kembar yang kini frustrasi karena tangisan sang ibu belum kunjung berhenti."Raven, ternyata semua ulahmu kah?" pekik Romeo membahana gila yang kembali mendapatkan siraman air minum berserta gelasnya."Jangan menuduh aku seperti itu. dosa lo," balas Raven yang kabur terbirit-birit meninggalkan Romeo yang kini menjadi sasaran amukan kemarahan kedua ayah.Romeo yang tidak terima, langsung mengejar Raven dengan menyambar tas dan jasnya. ia melupakan tugas mencuci piring hari ini. karena emosinya sudah menguasai isi kepalanya.Reihan dan Rayyan mengumpat kesal atas sikap kedua anaknya yang meninggalkan tugas untuk mereka berdua
Romeo mendekati bayi mungil tersebut dan mengendongnya dengan hati-hati agar tidak membangunkan Time yang tertidur lelap. ia menaruh ke dalam kotak bayi yang merupakan bekas kotak bayi milik kedua putranya."Bahaya tidur di samping Raven, nanti ke timpak olehnya. lebih baik putri daddy tidur di sini," ucap Romeo yang membaringkan putri tercintanya.Ruster melihat Romeo sungguh lebay dan ia mengulum senyuman. ini bukan pertama kalinya ia melihat Romeo seperti ini. dulu juga ia sering melihatnya saat kedua putra masih bayi. Romeo dan Raven akan bergantian merawatnya setiap malam. tanpa pernah membangunkan dirinya."Ayo kita tidur," ajak Ruster kepada Romeo dengan cara memeluk tubuh Romeo dari belakang.Romeo menyentuh tangan Ruster yang melingkar di perutnya karena dasarnya sudah mendesir ke salah satu tempat."Kau mau mengoda aku kah, Sayang?" ucap Romeo yang membalikkan badanya dan hendak mencium Ruster tapi langsung di halangi Raven dengan meletak
Remasan kedua tangan Romeo yang memainkan puncak kedua dadanya. menimbulkan sensasi liar dalam diri Ruster. Aliran darahnya mendesir hebat dan ia selalu suka dengan setiap sentuhan dari kedua pria yang ia cintai. sekaligus berstatus sebagai suaminya."Suara desahan mu, sungguh indah. Sayang," puji Romeo yang mendudukan Ruster di pinggir ranjang. dengan kedua kaki Ruster yang masih terbuka lebar dan memperlihatkan warna intinya yang pink basah dan mengkilap akibat ulah Raven.Mata Ruster memperhatikan kedua pria kembar yang menanggalkan piyama di tubuh mereka masing-masing.Ruster merasa wajahnya semakin panas, melihat tubuh berotot kedua pria yang tidak mengenakan apapun dan semakin mendekatinya. lalu ia terperangah saat telapak kakinya di kecup oleh Raven. kemudian merambat sampai ke daerah intinya yang sudah berdenyut mendambahkan sentuhan.Raven tersenyum penuh kebahagian, ia membukanya lebar celah inti tubuh Ruster dan memasukan kedua jarinya kelembah
"Katakan pada kami berdua. kau adalah istri kami berdua," ucap Raven yang semakin gencar menghentakkan rudalnya ke dalam inti Ruster yang membuat Ruster memekik berapa kali. Tapi kenikmatan yang di berikan oleh Raven ternyata hanya sesaat dan itu membuat Ruster kesal."Ya aku adalah istri kalian berdua," balas Ruster dan ia semakin frustasi saat Raven sengaja memperlambat gerakannya. hingga tangan Ruster merambat kebelakang bokong Raven untuk meminta Raven lebih dalam lagi memasukinya lagi dengan cepat.Raven terkekeh, lalu menciumi tengkuk leher Ruster yang lembut."Katakan apa yang kau mau?" bisik Raven dengan suara serak dan mengoda gairah Ruster."Lebih cepat," balas Ruster mendengus kesal dengan ulah Raven yang selalu seperti itu menyiksanya dengan kesenangan sesat dan membuatnya memohon seperti wanita jalang."Katakan lebih jelas Honey biar aku bisa mengerti dan melakukan apa yang kamu inginkan," ucap Raven yang semaki
Wajah Ruster merona, melihat tingkah Raven yang masih mencari kesempatan untuk menyentuhnya."Udah Ven, aku lelah."Raven menatapi wajah Ruster yang memohon, ia tersenyum tipis dan mengecup bibir Ruster kembali. lalu mengangkat tubuh Ruster untuk duduk di sofa.Ruster menatapi kepergian Raven dengan binggung, setelah mendudukkan tubuhnya di sofa dan tidak lupa Raven memakaikan dress tipis di tubuhnya.Di depan lemari, Raven mencari celana boxer untuk di kenakan dan ia menarik sprai baru untuk menganti sprai lama yang basah oleh percintaan mereka bertiga barusan.Romeo yang masuk ke dalam kamar, melihat Raven membereskan atas ranjang. ia sempat menahan tawanya. karena biasanya Raven tidak pernah melakukan pekerjaan seperti ini. kini Raven bisa melakukannya tanpa protes sama sekali."Rapikan serapi-rapinya," ucap Romeo dengan candaan yang di hadiahkan lemparan bantal oleh Raven."Ven," ucap Romeo yang menaikkan suaranya. ketika me
"Semoga Romeo dan Raven tidak seperti ini di masa depan," batin Ruster di dalam hati sambil menyusui Time yang kini tidur di atas pangkuannya.Di kantor, Raven berteriak keras kepada para berapa bodyguard yang menyamar jadi pelayan pria di rumah untuk memperketat penjagaan kepada istri dan anaknya. ketika tahu sang ibu membawa pergi dua orang penting di rumah yaitu Jimmy dan Lesti."Kenapa Ven?" tanya Romeo yang kembali ke kantor, setelah menghadiri rapat membosankan. karena Jack tidak masuk kerja. sehingga mau tidak mau ia harus pergi mengantikan semua tugas Jack yang kini sakit."Meo, lebih baik kamu pulang kerumah deh. aku akan di semuanya di perusahan!" perintah Raven kepada kembarannya yang menatapnya dengan dahi berkerut."Pulang? ini masih awal Ven?" tanya Romeo yang tidak mengerti dengan perintah Raven yang dadakan seperti ini."Ruster sendirian di rumah, aku kurang percaya sama berapa pekerja di rumah?" jelas Raven yang membuat Romeo terke