Ruster berjalan pelan dan memasuki ruang kerja Raven, ia membawakan satu gelas coklat panas dan sepotong cake yang banyak cream dengan atasan ada buah strobery. Makanan dan minuman di taruh di atas meja kerja, Ruster mengulum senyumannya. Ia senang Raven tidak menyadari kehadirannya. karena pria itu gila kerja dan telalu serius dengan urusan kantor. Dengan perlahan-lahan, Ruster berjalan mengintari meja dan berakhir di belakang Raven.
Pelukkan hangat dan sensual membuat Raven menaruh berkas perusahan Wings di atas meja kerja.
“Kenapa belum tidur siang?” ucap Raven yang menarik Ruster untuk duduk di atas pangkuannya.
“Karena tidak ada yang menemani,” lirih Ruster yang bermanja-manja pada Raven.
“Meo kemana?” tanya Raven tetiba.
“Mengantar Keith dan ibu kebandara, jadi aku sendirian di dalam kamar. Lalu aku tidak bisa tidur,” gerutu Ruster dengan nada manjanya. Ia membuka satu perkancing kemeja Raven hi
Seorang pria mulai berjalan ke arah dapur, setelah langkah Romeo terhenti.“Honey, kamu mulai bandel. Aku sudah bilang jangan kerja keras,” timpal Raven yang lebih parah dari penampilan Romeo. karena, Raven belum mengancing kemeja putihnya, bahkan rambutnya masih berantahkan. sikap posesif Raven terhadap istrinya, membuat ruster memutar matanya.Ruster berjalan ke arah salah satu suaminya.“Pagi hubby, aku tidak kerja keras. Hanya membuatkan sarapan ringan,” balas Ruster yang memeluk Romeo lalu memeluk Raven.Mata Raven menurun menatapi wajah berseri-seri istrinya, ia tidak bisa marah lagi. selain hanya memasang wajah tersenyum, saat Ruster mengancingkan semua kancing di kemeja putihnya.“Ven, aku sudah bilang berapa kali. Keringkan dulu rambutmu,” celoteh Romeo yang mengeringkan rambut kembaranya.Romeo sebenarnya sudah jengkel dengan sikap Raven yang selalu menyusahkan. Tapi sekaligus senang, karena mere
"Jika pengaruh, aku orang pertama yang akan kena duluan. daripada kalian berdua yang hmmm," balas Lius Versalius yang mengantungkan kalimatnya. ia tidak akan membahas seks menyimpang dari kedua sahabatnya yang tidak normal."Jadi sudah berapa tahun kau sterilisasikan diri?" tanya Romeo yang penasaran. berbeda dengan Raven yang hanya diam."Sudah hampir enam tahun, anak kedua sudah berusia tujuh tahun. jadi sudah cukup lama dan kegiatan panas di atas ranjang tak pernah pudar," jelas Lius Versalius menjilati bibirnya dengan maksud tertentu yang hanya bisa di pahami kedua kembar. karena keduanya memiliki kegiatan seks yang besar.“Ck, sial. Kau memang brengsek,” umpat Romeo yang kesal dengan sikap Lius yang seolah mengejeknya.Sedangkan Raven hanya diam tidak bersuara. ia hanya melirik pertengkaran Romeo dan Lius sejak tadi.“Ven, kamu baik-baik saja?” ucap Lius yang menyentuh dahi Raven, untuk memastikan Raven tidak demam.
Lius Versalius menatapi kedua kembar dengan senyuman penuh maksud."Terserah sih, aku mau ajak kalian makan sehat. baru kita mulai operasinya," jelas Lius Versalius yang menatapi Raven dan Romeo bersamaan."Sekarang masih bisa, jika siang ini tidak bisa. aku harus pulang ke rumah untuk asuh anak. istriku mau jalan sama temannya," balas Raven jujur."Aku bisa sih?" timpal Romeo dengan senyuman."Tidak enak makan sama dirimu, terasa janggal. bagaimana jika besok kita makan dulu baru esok lakukan operasi. tenang saja, dengan aku mah gratis dan cepat. tidak perlu biaya?" jelas Lius Versalius yang menolak tawaran Romeo secara halus."Benar juga, enak bersama-sama. jika tanpa Raven terasa jangal," balas Romeo yang melirik ke arah Raven.Raven membalas tatapan Romeo dengan tatapan kesal."Jangan marah Ven," ujar Romeo lirih sambil memeluk kembarannya."Melihat kalian, mata aku semakin sakit deh. lebih baik, kalian pulang saja daripada
Tepatnya, Lesti adalah kaki tangan kepercayaan Raven dalam urusan mengawasi Ruster. sehingga ia langsung melaporkan kepada Raven. jika Ruster dan Aelin sudah keluar dari dalam rumah. Di dalam kantor, Raven yang sudah selesai menyantap bekal buatan Ruster. bergegas untuk segera pulang ke rumah. "Mau aku antar tidak?" tanya Romeo yang melihat kembaranya meraih jas di kursi. "Ada Jimmy, yang antar aku pulang dan berapa pekerjaan minta Jack kirim ke rumah saja. aku kerjakan di rumah sambil mengasuh Time," perintah Raven pada Romeo yang ikutan berdiri dari tempat duduk. "Baiklah, aku akan meminta Jack mengantarkan berkas kantor untukmu. lalu perusahan Wings gimana?" tanya Romeo yang sudah tahu, perusahan itu akan bangkrut dalam waktu dekat. "Bayar saja semua utang perusahan itu dan gaji para pekerjannya. nanti kita lihat, mau di alihkan ke mana perusahan itu." "Bagaimana jika jadikan sebagai perusahan kain, mengingat perusahan itu awalnya b
Kedua wanita langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut."Dia siapa?" tanya Aelin yang merasa tidak asing dengan wanita yang mendekati Ruster dan memeluknya seperti seorang sahabat. sampai cipika cipiki segala."Vio Shark, sahabat karibku. dia yang mengenalkan aku kepada Romeo," balas Ruster yang memperkenalkan Vio kepada Aelin."Senang berkenalan denganmu, aku Aelin Wings."Kedua wanita saling menatap satu sama lain setelah sekian lama, karena keduanya saling mengenal satu sama lain. terutama Aelin, akhirnya ia paham. kenapa si setan menugaskan menjaga Ruster, karena teman baik Ruster adalah Vio Shark seorang pemilik klub malam yang tidak baik yang tidak perduli dengan teman atau musuh. asal uang berbicara, maka semua akan sama di mata Vio Shark."Senang berkenalan denganmu, Aelin. aku harap kita bisa jadi teman," akhirnya Vio membalas perkenalan tersebut dengan berpura-pura baru mengenal satu sama lain. begitu juga dengan Aelin."Ngomo
Wajah Ruster kembali memerah, ia mengedipkan kedua matanya."Siapa?" tanya Vio yang semakin idak sabaran."Romoe dan Raven Van Diora."Seketika darah di tubuh Vio langsung membeku. mendengar nama terkutuk itu keluar dari bibir Ruster."Tidak salah?" tanya Vio sekali lagi untuk memastikannya, karena Vio ingat ia hanya menjual Ruster kepada Romeo dan setelah itu ia kabur jauh-jauh dari Los Angels untuk menghindari pihak berwajib yang akan menangkapnya atas laporan Ruster di kemudian hari."Tidak, salah dengar. suamiku Romeo dan Raven Van Diora," balas Ruster dengan wajah malu-malunya.Aelin terkekeh geli, melihat tampang terkejutnya Vio dan Aelin juga menduga semua rencana Vio hari ini pasti kandas semua. karena mengusik barang Van Diora maka sama saja mengantar nyawa dengan suka rela."Jadi yang benar yang mana? Romeo atau Raven?" tanya Vio sekali lagi, karena barusan ia mendengar nama kedua pria kembar itu di sebutkan dari bibir Ruste
"Tentu saja romantis, Ruster ini kan wanita kesayangan mereka berdua. jadi wajarkan mendapatkan perhatian seperti itu," ucap Aelin dengan nada menyindirnya kepada Vio."Sudah, jangan mengodaku lagi. ayo kita pergi makan," balas Ruster yang tidak ingin Vio dan Aelin yang merupakan calon iparnya saling bertengkar karena hal tidak masuk akal.Mata Vio terbelalak melihat kartu hitam edisi khusus tersebut yang memang di buat secara khusus di pergunakan untuk keluarga Van Diora di tangan Ruster yang membayar biaya perawatan rambut di salon."Kali ini pakai kartu punya siapa?" goda Aelin dengan mengedipkan mata nakalnya."Punya Raven, tadi punya Romeo sudah aku pakai beli baju. aku punya dua kartu, jadi mesti adil mengunakanya. jangan sampai ada pilih kasih di antara keduanya," jelas Ruster yang memasukkan kartu hitam tersebut ke dalam dompetnya.Dalam hati, Aelin berharap ia tidak kena tuduh oleh Raven. karena Ruster memakai kartu Raven untuk mentr
***Vio mengendari mobil mewahnya memasuki salah satu pakiran di restoran dan Ruster melihat sekeliling pakiran mobil yang terasa tidak asing dengan logo di setiap sudut pakiran mobil yang sepertinya pernah di lihatnya entah di mana."Ayo turun," ajak Aelin yang melihat Ruster melamun."Iya," balas Ruster yang melepaskan tali pengaman dan ia berjalan mengikuti Aelin di samping.Berapa kali Ruster menatapi Aelin yang sangat cantik dengan make up yang segar dan tetiba ia menjadi minder dengan diri sendiri."Mencemaskan Raven ya?" tanya Aelin yang melihat Ruster berjalan sambil melamun."Begitulah," dusta Ruster mengaruk pipinya yang sudah merona."Cih, enak banget si setan dapat perhatian dari wanita sebaik dirimu. padahal sikapnya tidak ada yang bagus," cibir Aelin yang masih dendam dengan Raven yang mengagalkan rapatnya tadi."