Leila terbangun dari sofa begitu dia dengar suara pintu rumah terbuka. Yusuf masuk dengan muka lusuh.
“Kamu telat-telat juga ujungnya! Huh! Katanya tadi kita bakal sama-sama ke rumah sakit buat ikut beres-beres!” omel Leila manja.
“Maaf ya, La ... kamu taulah, ada banyak kerjaan yang belum kelar tadi.” Yusuf menghampiri Leila.
Leila penuh perhatian menghampiri kemudian membantu melepas jas yang dikenakan Yusuf, kemudian ikut diambilnya pula tas kerja Yusuf dari tangannya. “Sini biar aku yang bawa ke kamar.”
“Makasih, ya. Jadi ngerepotin,” ucap Yusuf basa-basi.
“Apaan ngerepotin! Aku ini istri kamu, Suf. Emang udah seharusnya itu jadi tugas aku. Lagian ya, kamu tuh nggak perlu ngerasa segan atau ngerasa ganjil kalau aku bantuin, harusnya kamu senang dong, Yang!”
“Iy
“Halo, Bella ...!”Sapaan tiba-tiba dari Agus mengentak kesadaran Bella yang tengah fokus mengecek laporan. Dengan muka mutung dia menyahut, “Heh! Bikin kaget aja! Kalau aku jantungan gimana, hah?!” sergahnya.“He he. Jangan baper gitu, dong. Nih, aku beliin kamu ice coffee. Diminum ya.” Agus meletakkan secangkir ice coffee di atas meja kerja Bella.“Duh jadi ngerepotin. Makasih, ya.” Bella meneguk kopi tersebut, tapi baru saja dia mencium aroma kopi yang menguar, perutnya tiba-tiba mual. Bella langsung bangkit dari kursinya kemudian berlari ke toilet.Panik, Agus pun menyusul. “Bella! Kamu nggak apa-apa?! Kamu kenapa?!” tanya Agus.“Huek ... huek ...” Bella mual-mual di wastafel, perutnya serasa berguncang di dalam.Bukan hanya mual, kepala Bella pun kemudian tera
Bukan hanya alat test-pack yang mengonfirmasi bahwa Bella positif hamil, dokter pun telah menyatakan hal yang sama, Bella positif mengandung delapan minggu. Sikap tenang yang tadi ditunjukkan Yusuf perlahan memudar, kepalanya bagai diantuk palu godam, dia kini menghadapi kenyataan, ini bukan masalah kecil.“Kita harus gimana, Mas? Aku nggak mau gugurin anak ini, ini buah hati kita,” tanya Bella setelah mereka kembali ke kantor majalah GLAM.Saat ini keduanya tengah berada di area parkir bawah tanah, hanya berdua.“Kamu pulang aja ya sekarang, aku akan cari solusinya, nanti aku hubungi kamu. Kamu naik taksi nggak apa-apa, kan? Aku harus ketemu sama klien, aku nggak bisa ninggalin mereka gitu aja. Maaf banget, ya.”“Mas nggak lagi berusaha untuk kabur dari masalah, kan?” cecar Bella.“Bel! Kamu ini ngomong apa, sih? Kamu terlalu
Bella menunggu dengan was-was keputusan yang akan dibuat oleh Yusuf. Sampai larut malam sekalipun, dia tak mampu untuk memejamkan mata. Ketika pintu apartemen terbuka, Bella langsung bergegas menghampiri, dia tahu Yusuf yang datang.“Gimana, Mas?! Apa keputusan yang akhirnya Mas buat?! Mas udah bicara sama Leila, kan?” tanya Bella tak sabaran.“Ya. Aku udah bicara sama dia, kita duduk aja dulu.”Yusuf duduk di sofa meski wajahnya masih terlihat cemas.“Mas, tolong jawab aku sekarang, apa kata Leila tadi?” tanya Bella tak sabaran.Yusuf menarik napas panjang, kemudian dia menjawab, “Kita udah buat keputusan tadi, Leila nggak mau cerai,” jawabnya.“Hah? Terus?! Terus gimana kalau nggak mau cerai?! Mas nggak mau tanggung jawab?! Mas tau kan seserius apa masalah ini?! Tau, kan?! A
Sampai jarum pendek jam dinding menunjuk angka 10, mata Bella masih tak kunjung terpejam. Apa yang diucap oleh Agus beberapa hari yang lalu di depan rumahnya masih membayangi pikiran Bella.Menikah ... Dengan Agus? Menerimanya sebagai suami sekaligus ayah bagi anaknya nanti? Bella harus bagaimana sekarang, apa yang akan dia katakan kepada Yusuf?Suara pintu apartemen yang terbuka mengejutkan Bella, bergegas dia bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu.“Mas Yusuf? Ngapain lagi?” sapa Bella tak ramah sama sekali.“Kamu masih marah? Kamu masih jengkel soal yang kemarin?” Yusuf mendekat perlahan.“Pikir aja sendiri! Nggak tau!”“Aku nanya baik-baik loh ... aku udah sepakat sama Leila—““Udahan ngomongin itu, aku nggak mau dengar!” putus Bella sinis.“Bel—““Tanpa Mas pun aku bisa kok membesarkan anak ini. Aku udah buat keputusan.&rd
Hampir satu minggu tak ada kabar dari Yusuf kepada Bella. Bella menunggu dalam kekhawatiran di apartemen seorang diri. Saat di kantor pun, pekerjaannya tak bisa dia kerjakan dengan baik hingga membuat Agus bertanya-tanya. Berkali-kali Agus membawakan makanan maupun minuman sekaligus menghibur Bella, tapi tak ada respons positif dari Bella.“Bel, gimana dengan pertanyaan aku yang malam itu? Kamu udah punya jawaban?”“Jangan desak aku, Gus. Yusuf udah bilang dia mau menikahi aku, menceraikan Mbak Leila, tapi sampe sekarang dia belum datang nemuin aku juga, udah satu minggu.”Wajah Agus ikut berubah murung, bisa dia mengerti bagaimana gundah dan sedih yang dirasakan oleh Bella saat ini.Sementara itu, di lain pihak, malam ini Yusuf sengaja datang ke Bar, sebelum dia memberanikan diri untuk menjumpai Bella dan membuat jawaban pasti perihal hubungan mereka. Di sana, dia memesan sebotol wiski untuk menemani malam yang rumit.&ldqu
Nyaris tak bisa dipercaya oleh Leila ketika beberapa petugas kepolisian muncul di depan pintu rumah. Dan yang mereka tanyakan adalah, “Apa benar ini kediaman Yusuf Aktaf?!”Leila terpaku, bingung. “I-iya, Pak ... saya istrinya, ada apa ya, Pak?”“Yusuf Aktaf telah melakukan tindakan penganiayaan sekaligus membuat keributan di sebuah bar. Sebelumnya kami sudah mengirim surat pemanggilan tapi tidak direspons, karena itu kami harus membawa yang bersangkutan segera!”Leila langsung membentangkan tangan, menghalangi. “Bapak nggak bisa berbuat seenaknya! Bapak nggak tau siapa Yusuf Aktaf?! Siapa kami?! Kami ini bukan orang sembarangan! Bisa-bisa malah Bapak nanti yang kena masalah!”“Silakan selesaikan di kantor aja, Bu. Tugas kami hanya membawa Pak Yusuf Aktaf ke kantor sekarang!” tegas mereka.Saat polisi menangkap Yus
Air mata Bella langsung banjir lagi ketika dia temui Yusuf di penjara. Kondisi pria itu tampak begitu murung, tubuhnya tidak terlihat dalam kondisi prima seperti biasanya.“Mas Yusuf ... kenapa semuanya jadi begini, Mas?” Bella mendekat.“Kenapa kamu harus nangis? Nggak ada yang perlu ditangisi, Bel. Aku malah senang banget, aku bisa ketemu sama kamu. Aku bisa melihat muka kamu yang cantik, aku kangen sama kamu.”Yusuf membelai rambut Bella kemudian dia tarik Bella ke dalam pelukannya. Yusuf membenamkan wajah di leher Bella, dia ciumi dan dia rasakan benar-benar wangi rambut Bella.“Apa semua ini ulah Malik? Dia yang udah memfitnah Mas, kan? Jawab aku, Mas! Ini semua karena dia, kan?!”Yusuf memejamkan matanya, ingin sekali dia mengatakan ‘iya’ kepada Bella, tapi dia menahan diri.“
“Kamu yakin, Bel? Kamu yakin banget sama keputusan kamu ini?”Berkali-kali Agus menanyakan lagi perihal keputusan Bella untuk menerima lamarannya.“Kamu kan yang bilang mau jadi ayah dari anak aku, mau jadi suami aku, terus kenapa sekarang kamu ragu? Hm? Kamu juga nggak bisa pegang omongan, ya?!” sergah Bella naik darah.“Bel ... calm down, kenapa harus marah-marah, sih? Kenapa kamu harus sesensitif ini? Aku Cuma mau mastiin kalau keputusan kamu ini tepat, dan kamu udah mikirin banget-banget, aku nggak mau juga kalau kamu gegabah, atau hanya sebagai pelampiasan aja.”Tak salah jika Agus menyebut keputusan mendadak Bella sebagai pelampiasan belaka, toh memang Bella baru saja dihantam kenyataan pahit atas kehamilan Leila, tapi mana mungkin dia mau jujur mengaku.Bella yang kepalang emosi berdiri begitu saja, “Okelah kalau