"Apa kau tidak bisa mencari orang lain untuk mengkhianatiku!"triak Jeremy ketika Olivia mengaku sedang mengandung anak James.
Setelah kecelakaan yang menimpa kedua orang tuanya, Jeremy hanya tinggal memiliki James, mereka sangat dekat sebagai saudara dan Olivia sudah membuat kakak laki-lakinya tega ikut menjadi pengkhianat.
Jeremy sangat murka saat itu juga dan pergi, tapi tetap tidak sesakit hati kebenciannya ketika mendengar James menikahi Olivia yang ternyata tidak sedang hamil.
James menikahi Olivia hanya selang dua bulan setelah dirinya pergi dari rumah. Jeremy baru sadar jika Olivia sengaja berbohong mengenai kehamilannya untuk mengusir dirinya agar pergi menjauh, karena ternyata Olivia lebih memilih James sebagai anak pertama yang pastinya bakal mewarisi kerajaan bis
Karena tidak mau kembali gagal seperti kemarin-kemarin. Tobias memutuskan untuk menemui ayahnya, dia langsung terus terang bercerita jika Geby sedang hamil dan ingin pergi dari Jeremy Loghan. Tobias hanya tidak menyangka jika akan dengan begitu mudah untuk membuat sang ayah setuju membantunya. Padahal Tobias sadar jika idenya kali ini sangat gila yaitu 'menculik Geby dari suaminya!' Artinya ini sama sekali bukan masalah sepele mereka akan terlibat dengan seorang Jeremy Loghan yang bukan hanya memiliki kekuasaan tapi juga bisa menuntut mereka secara hukum. Walaupun bukan masalah bagi Tobias karena dia tetap akan melakukan apapun demi Geby tapi seharusnya sang ayah jauh lebih bijak untuk tidak asal begitu saja menyetujui ide gilanya. "Geby." Bibi Beatris menghampiri Geby yang sedang menemani Lily membaca di kamarnya. "Mr. Papkins
Jeremy Loghan kembali menghentakkan kaki ke tubuh kuda hitamnya dan membuat beberapa suara semacam derikan mengunakan lidahnya yang berdesis dengan getaran layaknya seorang penunggang kuda profesional ketika sedang berkomunikasi dengan kudanya. Dia coba mengarahkan Prince ke jalan setapak yang lebih rata menuju ke savana. Karena tadi Jeremy sudah menunggangi kuda Arab jantan itu dari arah perbukitan di sebelah Barat, kali ini dia ingin kembali pulang. Matahari sudah semakin tinggi dan terik membuat keringatnya mengalir deras dan merembas basah ke sekujur tubuh. Bagian punggung dan dada kemeja putihnya terlihat merekat mencetak gumpalan otot punggung dan dadanya yang meregang. Nafas Jeremy ikut memburu panas oleh hentakan tiap kaki kudanya yang sedang berlari seperti peluru. Pagi yang sempurna untuk berkuda, tanah kering juga lebih stabil untuk kaki-kaki kuda berderap. Jeremy bisa
Sepertinya bukan hanya dedaunan musim gugur saja yang bisa runtuh berguguran serempak, karena hati Geby juga seperti sedang demikian. Geby sudah pernah kabur dari Jeremy berulang- ulang kali tapi dia tidak pernah merasa sesedih hari ini. Mungkin karena kali ini dirinya tahu tidak akan pernah bisa menemui Jeremy Lagi dan mungkin juga karena pengaruh kehamilan yang semakin membuatnya sensitif. Tapi dia tidak boleh kembali, tidak boleh berbalik arah, dia harus tega, harus kuat, dan harus siap menghadapi semuanya. Semua, yang akan ada di depannya nanti. Geby meraba perutnya dan harus siap menatap masa depan. Tobias tersenyum dan merentangkan tangannya untuk menyambut Geby yang baru keluar dari dalam mobil. "Aku takut tidak bisa memelukmu lagi seperti ini," bisik Tobias sambil mempererat pelukannya.
Tobias terus menggenggam tangan Geby sambil memperhatikan layar monitor di depan mereka yang belum bisa berhenti membuat haru. "Percayalah kita bisa melalui ini," bisik Tobias untuk meyakinkan Geby sambil mengecup punggung tangan wanita itu yang berada dalam genggamannya. Geby masih berbaring dengan seorang dokter yang sedang menggerakkan alat USG di atas kulit perutnya yang masih rata, untuk bisa melihat kondisi janinnya dari beberapa sisi. Geby sudah beberapa kali menghapus benih air mata harunya yang sudah tak terukur lagi karena akhirnya bisa melihat mahluk kecil yang sedang tumbuh dan berdenyut-denyut di dalam rahimnya. Kehamilannya sudah masuk sembilan minggu. Geby tahu perjuangannya tidak akan mudah tapi Geby menginginkannya, Geby tetap menginginkan benih Jeremy yang se
"KAU HARUS MATI!" tekan Tobias dengan rahangnya yang mengeras kaku. ***** Rumah keluarga Harlot di kawasan Medina merupakan salah satu hunian paling elit dengan pekarangan luas yang masih ditumbuhi banyak pepohonan besar dan halaman belakang langsung menghadap ke danau Washington. Tempat tinggal yang sangat nyaman dibanding rumah mereka dulu di Manhattan, karena tidak ada kebisingan di sini dan udaranya terasa jauh lebih sehat untuk dihirup. Mereka juga bisa langsung memarkir yacht di halaman belakang. Sudah hampir delapan tahun keluarga Harlot pindah ke kawasan Medina. Mereka juga bertetangga dengan rumah keluarga Loghan yang sekarang sudah lama tidak ditempati. Rasanya seperti kembali ke masa lalau, Geby jadi ingat lagi semua kenangannya ketika dulu masih tinggal bersama di rumah keluarganya, ketika sepupu-sepupunya belum menikah, ketika mereka masih sering berkumpul bersama, dan tentunya ketika dia masih belum mengenal James Loghan. Kadang Geby juga hampir
Geby yakin dirinya sedang bermimpi karena hal terakhir yang dia lihat tentang Jeremy Loghan adalah saat pria itu berjalan pergi keluar dari pintu rumah keluarganya. Geby tidak melihatnya lagi dan tidak akan bisa melihatnya lagi. Rasanya hampir sama seperti ketika dirinya hanya mendengar suara tembakan peluru yang menembus kepala Walker tanpa pernah benar-benar melihat sendiri ketika Jeremy mengarahkan peluru tajam itu ke kepala kudanya kecuali hanya di dalam mimpi. Kali ini di dalam mimpinya Geby melihat Jeremy berada di atas tandu yang baru dikeluarkan dari ambulance dan Tobias berdiri di sampingnya dengan setelan rapi. Tobias membuka kain tudung yang semula menutup tubuh Jeremy dan Geby benar-benar tidak sanggup ketika harus melihat jejak luka di sekujur tubuh Jeremy yang sudah mulai memucat dan kebiruan. Pria itu sudah tidak bernapas, tidak bisa bergerak, tidak bisa bicara atau meneriakinya lagi, dan entah dia pergi ke mana. Geby hanya tahu jika dirinya tidak akan
Yang Geby lihat cuma kegelapan, dia juga sedang tidak bisa meraih apapun, tapi dia tetap merasakan bagaimana kewanitaanya sedang diserang. Geby tidak tahu kenapa matanya harus ditutup padahal tangannya sudah terikat dan tidak bisa kemana-mana dengan seorang pria menunggangi tubuhnya. Kecuali siapapun itu dia hanya tidak mau terlihat. Padahal ingatan terakhir Geby ia masih berada di rumah keluarganya dan sekarang Geby merasa tubuhnya juga sudah ditelanjangi. Geby merasa kedua buah dadanya sedang dicengkram seperti digunakan sebagai pegangan sementara pria itu terus melakukan penetrasi ke dalam tubuhnya. Rasanya penuh dan sesak, walupun tidak sakit tapi tetap saja mengerikan. Geby sudah sepenuhnya sadar dan dapat merasakan dengan pasti jika dirinya sedang disetubuhi oleh seorang pria yang tidak mau ia lihat atau dikenali. Bibir pria itu terasa panas menangkup kedua puncak payudara Geby bergantian. Geby hanya merasa semakin tidak benar tapi lumatan lembut dan pa
"Oh sial!" pekik Geby ketika berdiri di depan cermin. "Apa ini?" Geby melihat jejak kemerahan di sepanjang sisi lehernya dan mustahil untuk ia tutupi karena dia hanya mengenakan baju berleher rendah. "Aku tidak bisa keluar seperti ini!" tegas Geby ketika berpaling pada Jeremy. Tanpa bicara apa-apa Jeremy mengambil kemejanya untuk ia pakaikan kepada Geby. Geby juga cukup diam ketika pria itu bantu mengancingkan kemeja tersebut dan merapikan rambutnya sebelum dia ajak keluar. Begitu keluar dari kamar Geby langsung memeluk Tobias yang benar-benar sudah nyaris bosan menunggu mereka berdua. "Terimakasih." Geby juga mencium sepupuny