Share

BAB 7 HUBUNGAN DINGIN

Mr. Papkins melihat Geby kembali dari istal tapi tidak membawa kuda. Geby langsung masuk ke kamarnya dan tidak keluar lagi sampai beberapa lama. Sebenarnya Mr. Papkins juga khawatir tapi rasanya tidak etis untuk ikut campur.

Geby berdiri di depan cermin melihat dirinya sendiri yang masih sangat marah tapi tidak bisa asal memaki pada pria seperti Jeremy Loghan walaupun pria itu sudah sangat berani menciumnya. Kenyataanya mereka berdua sama-sama orang dewasa yang berpendidikan dan tidak selayaknya bertengkar seperti tadi. Sangat memalukan untuk sekedar dipikirkan apalagi dibahas.

Geby cuma kembali berkumur-kumur kemudian mengambil tisu untuk membersihkan bibirnya entah untuk apa karena sebenarnya juga tidak berguna kecuali hanya untuk sedikit menghibur kekesalannya sendiri sebelum berani keluar dari kamar untuk mencari James.

"Di mana James?" tanya Gaby pada Mr. Papkins.

"Tuan muda James masih berada di ruang kerjanya bersama Mr. Rich.

Mr.Rich adalah notaris kepercayaan James yang kali ini juga sedang mengurus surat perjanjian James dan Jeremy. Seharusnya tidak ada jadwal Mr. Rich untuk menemui James hari ini. Karena mestinya baru besok Mr. Rich kemari untuk penandatangan surat perjanjian. Geby yakin ada sesuatu jika James sampai memanggilnya secara mendadak.

Geby sedang menunggu gelisah karena Mr. Rich belum juga keluar, padahal nyaris satu jam dia duduk di ruang baca yang cuma bersebelahan dengan ruang kerja James. Geby sudah hampir menghabiskan seperempat lembar buku tiga ratus halaman tanpa bisa menyerap apapun ke dalam otaknya yang sedang tumpul.  Geby malah mulai memperhatikan lukisan yang digantung di atas perapian. Lukisan Jeremy loghan dan James Loghan yang berada di antara lukisan sang kakek Sir Wiliam Loghan. Dua pemuda tampan yang pastinya membuat bangga sang kakek. Geby hanya heran bagaimana James dan Jeremy bisa menjadi dua orang yang saling membenci seperti sekarang. Tidak ada yang pernah mau membahas mengenai masalah mereka, seolah hal itu dianggap tabu untuk dibicarakan dan semua yang berada di rumah ini sangat loyal pada keluarga Loghan.

Jika Geby membaca kebencian di mata Jeremy Loghan sepertinya memang bukan sesuatu yang dapat diredakan hanya dengan kata maaf. Jeremy Loghan yang dia lihat sekarang jelas sekali sangat berbeda dengan pria dalam lukisan itu. Geby masih memperhatikan lukisan besar Jeremy Loghan dan cuma fokus pada tatapan matanya yang teduh sampai ia tidak sadar jika sedang ada yang memperhatikannya.

Jeremy sudah berdiri di ambang pintu yang dari tadi memang dibiarkan terbuka lebar. Tentu Jeremy tahu apa yang sedang dilihat wanita itu, tanpa berniat menyapa Jeremy kembali melangkah pergi tanpa suara.

"Oh,Tuanku apa yang Anda cari di sini?" kaget bibi Beatris begitu melihat tuan mudanya sampai berada di dapur.

"Buatkan teh, dan antar ke balkon kamarku."

"Baik, Tuanku." Beatris tersenyum pada tuan mudanya. "Anda tinggal mengatakan pada pelayan jika ingin sesuatu."

Jeremy cuma mendengarkan tanpa berkomentar apa-apa dan sudah kembali pergi seperti mimpi bagi Beatris.

Sudah lama sekali sejak terakhir Beatris melihat tuan mudanya berkeliaran di lorong-lorong rumah ini. Siapapun bisa rindu melihat dua anak laki-laki yang saling ribut berkejaran dan mengganggu mereka. Kadang rasanya anak-anak tumbuh terlalu cepat tanpa mereka sadar semuanya telah berubah dan tidak bisa kembali lagi.

Tuan mudanya yang tampan dulu tidak seperti itu, sampai sebuah tragedi menjadikan hatinya sekeras batu.

****

Begitu Mr.Rich keluar dari ruang kerja James, Geby segera menyusul masuk dan menghampiri James dengan perasaan cemas.

"Apa ada masalah?"tanya Geby sambil menggenggam tangan James yang cuma balas tersenyum dan menggeleng.

James tidak bilang jika ia melakukan semua ini untuk Geby dia juga tidak bertanya mengenai kejadian di istal. James sengaja berpura-pura tidak tahu selama Geby baik-baik saja.

"Kupikir ada sesuatu yang sangat penting sampai kau mendadak bertemu Mr.Rich."

"Jangan terlalu cemas, Geby. Aku tidak apa-apa. Mr. Rich juga sudah selesai mengurus semuanya, besok aku dan Jeremy tinggal menandatanganinya di depan kalian semua."

Malam itu mereka makan malam bersama dalam satu meja. Mr. Rich juga ikut hadir untuk beramah tamah dengan Jeremy Loghan yang sebenarnya juga tidak terlalu perduli dengan semua usahanya untuk bersikap sopan. Jeremy hanya memperhatikan James yang sedang dibantu oleh nona Harlot untuk mengambil makanan dan sesekali juga memotongkan makanannya. Bukanya James tidak sadar dengan perhatian Jeremy terhadap dirinya dan Geby, tapi dia memang membiarkannya. Baik Jeremy atau pun Geby sama-sama tidak ada yang tahu jika Mr. Papkins melihat kejadian siang tadi di istal.

Sepanjang makan malam itu Geby  memilih lebih fokus pada James dan sama sekali tidak mau melihat pada Jeremy. Jujur Geby jauh lebih suka memandangi wajah Jeremy Loghan yang menempel di dinding dari pada harus melihat orangnya di depan mata.

Selesai makan malam Geby juga langsung mengantar James kembali ke kamarnya dan menemaninya sampai cukup larut. Ketika Geby keluar dari kamar James sebenarnya Jeremy juga belum tidur, dia mendengar suara pintu yang dibuka dan ditutup, artinya Geby baru keluar dari kamar saudaranya. Jeremy memang masih berada di ruang baca yang cuma bersebelahan dengan kamar dan ruang kerja James yang sengaja dibuat berdekatan. Jeremy sedang memandangi ketiga lukisan yang dipajang di atas perapian, mungkin sebenarnya dia juga  penasaran dengan apa yang dipikirkan Geby tadi siang.

Jeremy tahu semua anak-anak Harlot. Mereka adalah orang-orang yang cerdas dan berpendidikan tinggi, dua dari mereka bahkan sudah duduk di parlemen. Jika ada salah satu yang memilih tinggal bersama pria cacat seperti saudaranya tentu alasannya juga bukan hal yang bakal sederhana.

*****

Jeremy sudah menandatangani semua kesepakatannya dengan James dan akan pergi hari ini juga, jadi ini adalah kali terakhir dirinya akan melihat James. James duduk di kursi roda dengan seorang wanita mendorongnya mengelilingi jalanan paving di sekitar kolam. Gadis kecilnya juga tidak berhenti tertawa dan berceloteh sambil berlarian kecil mengikuti mereka. Gambaran keluarga yang tetap sempurna. Memang tidak ada jaminan siapa yang akan lebih mendapatkan orang yang tepat. Dari tamparan wanita itu kemarin Jeremy melihat jika seorang Harlot seperti benar-benar mencintai saudaranya. Jeremy hanya tinggal menunggu apa James akan membawa wanita itu ke dalam pernikahan, karena picik sekali jika seorang Harlot tidak memiliki tujuan apa-apa.

Jeremy masih berdiri di pagar balkon dan tidak menyangkan jika Geby akan mendongak ke arahnya. Mata mereka bertemu untuk beberapa saat sebelum kemudian Jeremy berpaling lebih dulu meninggalkan balkon.

Rasanya masih sangat keterlaluan bagai Geby jika ada saudara yang sengaja membiarkan saudara seperti ini. Dari surat perjanjiannya yang tadi sama-sama mereka dengar, Jeremy Loghan memang baru akan mau kembali jika James sudah tidak ada. Geby tidak keberatan menemani James dengan kondisi apapun tapi bukan berarti Geby tidak mengerti keinginan James yang sesungguhnya. Terlepas dari apapun masalah mereka berdua dan entah siapa yang lebih bersalah, Geby tahu jika James tetap ingin dimaafkan sebelum ajalnya.

Tapi akhirnya Jeremy Loghan memang tetap pergi dan memilih tidak peduli.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status