"Mereka adalah milikku, bagaimana kau bisa berpikir aku tidak akan menginginkanmu karena keberadaanya?" Jeremy merunduk untuk mencium perut Geby yang sedang berbaring lembut di bawah naungan tubuhnya dengan begitu polos.
"Kupikir kau tidak akan menyukai kehamilan."
"Aku yang ingin membuatmu hamil, dan mengandung benihku bukan wanita manapun!"
"Kehamilan akan membuat pinggangku semakin membesar dan jelek."
"Kau juga semakin sesak dan panas," balas Jeremy dengan tatapan matanya yang seketika ikut menembus ke jantung Geby.
Geby hanya tidak berharap Jeremy akan begitu terus terang mengatakannya. Geby sampai harus kembali menghela napas sejenak sebelum berani bicara.
YUK vote...vote...
Bagi Geby, Jeremy bukan hanya sekedar pria yang dia cintai, tapi juga suami, ayah dari anak-anaknya, dan juga keluarganya. Dengan predikat sebanyak itu rasanya mustahil Geby bakal mau mengalah hanya karena wanita murahan yang berkeliaran di sekitar suaminya. Pria seperti Jeremy Loghan pasti tidak akan luput dari godaan wanita di manapun dan sampai kapanpun. Tapi Geby benar-benar sudah tidak perduli ada berapa banyak wanita yang memakai inisial nama Jeremy di punggung, di dada, di perut atau di pusar. Pria itu adalah miliknya dan Geby berhak menyingkirkan siapapun yang mengganggu seperti hama. Sejak sore Geby sudah menunggu kepulangan suaminya dengan perasaan tidak sabar. Dua hari saja rasanya sudah seperti tidak tertahankan untuk mereka saling berjauhan. Tapi mendadak Jeremy malah memberitahu jika tidak bisa pulang malam ini karena sudah terlalu larut. Sebenarnya Geby kecewa tapi
"Untuk apa kau membawanya kemari!""Ovelia akan tinggal utuk dua hari sampai penerbangannya besok lusa.""Kau tidak harus membawanya pulang ke rumahku!" tegas Geby yang sedang tidak mau basa basi untuk menghadapi wanita manja macam Ovelia.Sebenarnya Ovelia juga terkejut dengan keberanian Geby menentang Jeremy di depan semua orang."Mr. Papkins. Antar Nona Ovelia ke kamar tamu." Jeremy masih terdengar cukup tenang ketika bicara pada pelayannya.Geby sudah benar-benar ingin mencakar wanita di sebelah suaminya itu apa lagi ketika ia melihat kesombongan Ovelia yang sedang merasa lebih dibela.Setelah Ovelia pergi mengikuti Mr. Papkins
Jeremy tidur sampai hampir sore dan sama sekali tidak bergerak seandainya saja bukan karena Geby yang mengganggunya. "Bangunlah bayi besar..." bisik Geby di dekat telinganya. Kau sudah mendengkur seperti raksasa dan membuat mereka semua takut. "Aku tidak mendengkur saat tidur," ternyata Jeremy mendengarnya. "Dari mana kau tahu?" Geby memang berbohong masalah dengkurannya tapi seharusnya memang Jeremy tidak tahu. Jeremy mengangkat sedikit kepalanya, membuka sebelah matanya sambil mengeryitkan dahi karena masih malas. Dengan tubuh besarnya yang masih tertelungkup Jeremy mengulurkan tangannya untuk meraih perut Geby.
Jeremy hanya langsung pergi ke kamarnya untuk menyusul Geby yang Jeremy yakin hanya sedang pura-pura tertidur seperti biasanya. "Apa yang dia katakan padamu?" Tiba-tiba lengan Jeremy sudah melingkar di pinggang Geby yang sedang meringkuk. "Apa pedulimu!" Nampaknya Geby masih ingin merajuk. "Sudah puluhan kali kukatakan kau tidak perlu cemburu padanya. Tapi aku tidak akan tinggal diam jika ada yang bicara macam-macam tentang dirimu atau keluargamu." Geby langsung berpaling untuk menatap pria di belakangnya, menilai keseriusan Jeremy yang tiba-tiba menyebut keluarganya. Karena yang Geby tahu selama ini Jeremy juga kurang menyukai keluarga Harlot.
Ketika Jeremy mengajak Geby turun untuk sarapan ternyata Ovelia sudah pergi, bukan Jeremy yang mengatakannya tapi Mr. Papkins yang berbisik kepada Geby ketika mereka berpapasan di lorong. "Sekretaris tuan muda sudah pergi tadi pagi-pagi." Mr. Papkins mengatakannya sambil menyiratkan senyum dukungan untuk Geby kemudian mengangguk pelan. Geby hanya tidak pernah tahu sebanyak apa orang-orang di rumah ini yang akan tetap lebih loyal padanya. Geby membalas senyum Mr. Papkins untuk berterimakasih. Ketika menyusul Jeremy untuk duduk di meja makan Geby juga sengaja tidak menanyakan apapun pada Jeremy mengenai Ovelia. Menurut Geby tidak semua harus dibahas di antara keluarga, cukup dengan melihat tindakannya saja. Geby juga sudah bertekad untuk menganggap sekertaris Jeremy yang manja itu seperti angin lalu dalam kehidupan Jeremy yang tidak layak memberikan kesan ataupun mempengaruhi kebahagiaan mereka. Pagi ini mereka masih sangat bahagia hingga jadi seperti p
Jangankan Geby bahkan Ovelia sendiri awalnya juga tidak pernah tahu kenapa Jeremy memilihnya. Jeremy Loghan sedang meneliti urutan nama di dalam berkas yang baru diletakkan ke atas mejanya. Saat itu Ovelia sedang duduk gelisah menunggu gilirannya untuk wawancara. Dia duduk bersama beberapa kandidat lain yang juga sedang menunggu di luar ruangan berpintu geser lebar. Walaupun sudah melewati beberapa wawancara sebelumnya tapi kali ini Jeremy Loghan ingin menyeleksi sendiri asisten pribadinya. Ovelia mendapatkan urutan ke enam tapi tidak tahu kenapa tiba-tiba namanya yang justru dipanggil lebih dulu hingga membuat yang lain ikut bingung memandangnya. Ovelia segera berdiri setelah menunjuk dirinya sendiri sambil memastikan namanya sekali lagi pada pria bersetelan rapi yang barusan meman
Hanya Geby yang berambut gelap, bermata kelabu dan tidak berkulit pucat. Geby kembali memperhatikan pantulan dirinya sendiri di depan cermin dan masih belum menemukan jawaban sama sekali kenapa Jeremy menginginkannya. Andai saja manik matanya biru pasti dia akan lebih mirip seorang Loghan. Geby juga jadi ingat tentang para Loghan yang sebagian besar berambut gelap dan bermata biru, kecuali James tentunya. James memang lebih mirip ibunya yang berambut terang. Mungkin itu juga alasan Jeremy menyukai wanita seperti itu. Karena Jeremy ditinggalkan seorang ibu saat usianya masih sangat kecil dan anak-anak biasanya memang akan cenderung mencari sosok dari ibunya. Tiba-tiba Geby juga jadi penasaran dengan ibu Jeremy dan mungkin nanti ia bisa coba mencari tahu. Ibu adalah sosok yang sangat berati bagi Jeremy dan Geby benar-benar ingin ikut me
"Apa yang kau baca?" Nampaknya Geby baru menyadari kehadiran suaminya. Jeremy sudah berdiri di ambang pintu ruang baca melihat istrinya yang sedang duduk menekuni buku tebal di pangkuannya. Geby segera meletakkan buku tersebut dan berdiri untuk berjalan menghampiri suaminya. Geby langsung mencium dan memeluknya seperti dua orang yang baru kembali bertemu setelah sekian lama. Tubuh Geby terasa hangat dan juga lembut ketika menempel erat pada Jeremy. Tidak tahu kenapa untuk berpisah sepanjang siang saja rasanya sudah seperti ini. Sebenarnya Jeremy sama sekali tidak keberatan mendapatkan sambutan manis macam itu dari istrinya, tapi dia tetap merasa heran. "Ada apa? " Jeremy menangkup pipi Geby yang hangat dengan kedua telapak tangann