Jonathan masih terbayang-bayang dengan ucapan terima kasih dari Karina. Ia bisa melihat senyum cantik itu lagi, bagai matahari yang terbit di pagi hari, terlihat sangat indah.“Gimana ini, aku pengen ketemu Karin, aku mau dia. Sama Azka juga. Aku kangen kalian!” Jonathan menjatuhkan kepalanya di atas meja kantor, lalu memejamkan sepasang matanya.Terlintas lagi kenangan bersama dengan Karina. ia rindu masa itu. “Nggak bisa begini. Aku harus kasih tau Karina, kalau aku masih cinta sama dia.”Jonathan segera bangun, dan keluar dari ruangan. Ia melihat jam di pergelangan tangan masih ada waktu untuk mencari Karina. Kebetulan Karina pulang agak sore. Sengaja menunggu di depan pintu masuk proses. Jonathan merasa Karina mungkin sebentar lagi akan keluar. Benar saja, tidak butuh waktu lama. Karina muncul di depan pintu keluar. Ia masih harus absen pulang di mesin finger milik perusahaan di dekat pintu tadi. Jonathan berencana akan mengajak Karina bicara sebentar. Lalu memberitahu pelan-p
Azka butuh sosok ayah, anak laki-laki itu kadang terlihat sangat kuat dan pemberani. Juga paling memiliki tubuh yang begitu bagus dengan tinggi lebih dari teman seusianya dan tatapan mata yang tajam. Berbeda dengan anak kebanyakan, memang Azka adalah tipe anak cerewet juga banyak bertanya seperti anak-anak yang lain. Namun, dalam berbicara, Azka memiliki pilihan kata yang sungguh luar biasa dan sesuai realita. Tidak takut memberikan pendapat, meski harus mengatakan kejelekan temannya sendiri. Karena itu sesuai kenyataan. Bagi Azka sendiri, berbohong hanya akan menimbulkan masalah baru. Karena itu, ia tidak akan berkata hal palsu untuk menjaga perasaan orang lain, terutama teman sekolahnya.Karina sangat memahami perilaku dan sikap tersebut. Itu sangat mirip dengan Jonathan.Di masa lalu, Jonathan pun dengan lantang mengatakan kalau dirinya ingin bertanggung jawab atas kehamilan Karina. Ia tidak akan lari dan tetap berusaha meyakinkan dunia. Kalau Karina yang sederhana adalah memang
“Jadi, gimana? Apa acara kencan ini tidak jadi saja. Aku rasa, saat kamu bersamaku itu hanya akan buang waktu kamu ‘kan” Jonathan menatap datar. Pandangannya hanya lurus ke depan. Ia bahkan tidak menoleh sedikitpun pada Laura yang sudah berusaha maksimal untuk penampilannya hari ini.“Kamu kurang waras Jo! Gimana bisa aku udah susah payah luangkan waktu buat kamu. Kamu malah pengen kencan kita nggak jadi.” Laura merasa tak habis pikir. Ia pun menatap sopir yang sudah sangat siap untuk disuruh. “Heh sopir, udah jalan aja sekarang! Kamu udah dikasih tau belum kalau Tante Kirana udah pesen resto buat aku makan sama Jo hari ini?”Kenneth mendengar itu hanya bisa membatin. Cara bicara Laura sungguh terasa tidak ramah. Wanita itu bahkan memanggil dirinya sopir seakan dirinya hanya sebatas sopir. Padahal Kenneth adalah suruhan luar biasa dan bisa dibilang pengawal, juga tangan kanan Jonathan. “Kok diam aja sih. Heh sopir, kamu dengerin aku bicara nggak!”“Iya! Denger Nona!”“Ya udah jalan!
Siang dengan matahari tersenyum cerah, perlahan mendung hitam mengikis dari arah selatan. Jonathan berdiri di tepi jendela ruangannya yang terbuka, menatap pemandangan langit siang itu. “Minggu-minggu ini memang sepertinya akan hujan ringan Pak!” ucap Kenneth. Ia mendekati sang bos sambil membuka tutup lembaran kertas di tangannya.“Pantas sejak kemarin selalu mendung.”“Ehm … Pak!”“Iya!”“Apa pak Jo setelah makan siang akan mengecek pembangunan tempat penimbunan bahan seperti kemarin?”Jonathan berpikir sejenak, sebenarnya kemarin ia hanya ingin menemui Azka. Bukan untuk mengecek pembangunan itu. “Sepertinya siang ini aku mau turun ke proses saja. Mungkin lusa aku akan kunjungan luar lagi."“Baik Pak!” jawab Kenneth. “Kalau begitu akan saya siapkan perlengkapannya!”Tiba-tiba, belum sampai Kenneth meletakkan kertas yang diceknya tadi. Arga masuk begitu saja ke dalam ruangan Jonathan. Membuat Kenneth dan Jonathan terkejut dan merasa kalau Arga tidak sopan.“Tidak punya attitude ya
Makanan kesukaan Azka ada di depan mata. Ini sama persis dengan makanan yang diterimanya beberapa waktu lalu dari Om baik. Azka hanya sesekali bergumam, mengatakan ini adalah makanan yang sama dengan pemberian om baik pada ibunya. Komposisi dan rasanya sama persis. Azka setelah mencicipi makanan tersebut. Kemudian menatap Karina."Apa ibu berjumpa dengan om baik? Kok bisa makanannya sama seperti ini!""Enggak, ibu cuma bertemu dengan bos ibu di kantor.""Oh!" jawab Azka singkat. Ia lanjutkan lagi makannya dengan ekspresi begitu menikmati.Karina masih bingung. Kebetulan yang keterlaluan. Ia dengan mudah sore ini dapat tumpangan dari Jonathan. Sedangkan selama ini, dirinya tahu kalau siapapun jarang ada yang dapat bantuan sedemikian rupa. Terpaku sendiri di meja dapur, dengan mata kosong karena memikirkan semua hal. Termasuk mie goreng Jawa yang penuh sayuran pemberian Jonathan. Makanan itu memang favorit Azka. Juga sama dengan makanan yang didapat dari Om baik. Mungkinkah kalau o
Laura dengan muka kesal dan sebuah tangan menutup hidungnya. Ia meminta kunci mobil pada Angel, dengan menengadahkan satu tangan.Angel melihat telapak tangan Laura yang seperti meminta sesuatu. “Apa? Kamu mau apa?”“Kunci mobil!”“Ku-kunci? Buat apa?”Laura menarik rambutnya ke belakang. “Aku mau langsung cari penginapan saja. Kamu stay disini dan selidiki Jonathan. Apa aja yang dilakukan di sini!”“Ya kerja lha Ra, emangnya Jonathan mau apa lagi!” Angel mengangkat kedua tangannya. “Aku nggak yakin, bisa aja dia disini ada gebetan. Makanya dia betah banget kerja di tempat beginian. Asli bau banget!”Angel mau tidak mau harus setuju. Ia pun merogoh saku celananya untuk mengambil kunci mobil. Lalu memberikannya pada Laura. “Ini!”Laura menerima kunci mobilnya. “Jangan lupa ya, cari tahu tentang Jonathan. Aku nggak mau kamu pulang dengan tangan kosong, minimal dapatkan fotonya satu. Kalau dia betulan kerja di sini!”“Hokey!” jawab Angel malas dan dalam hitungan detik. Dengan cepat Lau
Karina masuk ke dalam proses dengan hati yang perih. Ia coba kuat, menyingkirkan hatinya yang masih ingin memiliki Jonathan, karena pada dasarnya, memang Jonathan masih jadi miliknya.‘Tapi Jo taunya aku sudah mati, terekubur di dalam tanah dan udah nggak akan bisa kembali. Sial!!! Kenapa perasaanku jadi kacau begini,’ batin Karina. Perempuan itu coba menengadahkan wajahnya mengangkat ke atas. menahan agar air matanya tidak sampai jatuh, Namun, tidak kuat, tetes itu tetap mengalir ke pipinya membuat basah. Terpaksa Karina menahan dan sedikit sesenggukan. Ia usap cepat bekas air matanya sebelum ketahuan orang. “Rin, kamu dicariin pak Arga. Katanya disuruh ke ruangannya. Map kamu ada yang ketinggalan di mejanya soalnya,” ucap admin lain yang baru saja mendapat telepon dari asisten Arga. “Map!” karina mencoba ingat, dan ada satu map yang terlupakan. Padahal map itu akan ditunjukkan dan dicocokkan dengan data di komputernya malah terlupakan. “Iya udah aku ambil.”“Eh sekalian titip i
Jonathan tidak bisa berpikir jernih. Bahkan siangnya saja, tidak merasakan lapar ataupun kepikiran untuk makan.Jonathan sedang berada di kantin para petinggi Internusa yang seperti restoran, memang menunya yang tersedia sangat istimewa, harganya pun hanya bisa dijangkau oleh mereka yang gajinya di atas rata-rata. Ada Laura yang menemani Jonathan di meja makan tempat dirinya berada. Ia merasa bergairah menikmati makan siangnya, berbanding terbalik dengan keadaan Jonathan.Laura sudah menyelesaikan suapan terakhir. Dia memang makan hanya sedikit, karena masih harus menjaga bentuk tubuh yang pro untuk karir di dalam dunia modelnya. Ia kemudian membersihkan sisa makanan yang mungkin membekas di ujung bibir, baru melihat ke arah Jonathan yang baru disadari hanya jadi patung sejak tadi. "Kok nggak makan?" tanya Laura. Melihat raut wajah dan isi piring milik Jonathan dengan teliti."Iya, nggak tau!""Kok nggak tau.""Nggak laper!""Jo, kamu kok gini sih. Please dong Jo. I Love you.""Ngga